Jakarta (15/6). Jamaah haji yang berada di tanah suci telah memasuki hari-hari menjelang puncak ibadah haji. Namun seiring puncak ibadah haji itu, suhu panas yang tinggi bisa menurunkan daya tahan dan kesehatan jamaah haji, terutama saat wukuf di Arafah.
Peringatan itu disampaikan dua dokter spesialis yang memberikan layanan kesehatan jamaah haji salah satu biro travel haji dan umrah. Mereka adalah ahli penyakit dalam Rio Azadi dan spesialis anestesi Muslim Tadjuddin Chalid yang juga pengurus DPP LDII Bidang Pengabdian Masyarakat.
Mereka selama musim haji bertugas membantu mengecek kesehatan para jamaah dan memantau kondisi para pembimbing dan pendamping selama ibadah haji. Menurut Muslim, lokasi posko kesehatan berada di penginapan yang sudah ditunjuk sebagai akomodasi. Hal itu agar memudahkan jamaah yang ingin konsultasi kesehatan atau membutuhkan pengobatan.
Untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan, tim dokter membuat durasi kunjungan selama dua jam di pagi hari setelah sarapan dan sore hari setelah salat Asar. “Di luar jadwal itu, jamaah yang ingin konsultasi via WA atau telepon tetap dilayani,” ujar Muslim.
Menurut Muslim, pihaknya telah memeriksa kesehatan sekitar 50 orang dan diperkirakan terus mengalami peningkatan setiap harinya. Apalagi tahun ini jamaah haji Indonesia mendapat peningkatan kuota.
Muslim Tadjuddin menegaskan, hal terpenting adalah para jamaah mengkonsumsi dua liter air sehari agar tidak dehidrasi. Mereka juga harus mengudap makanan bergizi dan cukup istirahat.
Rio Azadi juga menambahkan, jamaah haji perlu memahami batasan diri dengan menjalani ibadah sesuai kemampuan. “Konsumsi obat secara mandiri jika memiliki komorbid. Di negeri orang, sistem kekebalan tubuh kita perlu menyesuaikan diri dengan perbedaan iklim, jika tidak menjaga kesehatan dengan baik, bisa jadi terkena penyakit yang tidak diharapkan,” kata Rio.
Selain itu, mental juga berpengaruh terhadap kesehatan. Muslim mengatakan, di Arafah nanti mental para jamaah perlu dijaga apalagi bertemu dengan jutaan orang lainnya dari berbagai macam negara. “Salah satunya sabar saat mengantri, mental itu berasal dari sabar juga, jika tidak bisa sabar maka juga merusak konsentrasi dan ibadah haji,” kata Muslim.
Mengenai persiapan pelayanan kesehatan, pihaknya berupaya memberikan penyuluhan kesehatan sebelum keberangkatan serta membawa obat-obatan umum yang dibutuhkan. “Sejauh ini belum ada kendala terkait pelayanan kesehatan, karena mitigasi dari Kementerian Agama di Arab Saudi sudah ada,” Muslim melanjutkan.
Mitigasi itu antara lain akomodasi tempat berteduh dengan AC yang nyaman untuk mencegah heat stroke akibat suhu panas, peningkatan fasilitas kamar mandi dan toilet, dan asupan konsumsi yang mencukupi.
Hal penting lainnya, calon jamaah haji kini perlu memakai gelang dan tasreh haji melalui aplikasi nusuk yang dibuat pemerintah Arab Saudi sebagai penanda visa haji yang berlaku. Menurutnya, sistem tersebut membuat jamaah haji lebih tertib. “Khusus mabit di Muzdalifah, kini diberlakukan sistem murur, yakni melintas untuk mencegah kemacetan,” ujarnya.