Jakarta (28/02). Keluarga merupakan tanda kemajuan bangsa. Apabila keluarganya baik, bangsa pun akan baik, sebaliknya apabila keluarga itu buruk, maka akan memberi efek negatif pada kemajuan bangsa. Hal itu menjadi pembahasan dalam webinar yang digelar Departemen Pendidikan Agama dan Dakwah (PAD) DPP LDII pada Sabtu (27/2) lalu.
Ketua Komisi Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Adnan Harahap menjadi salah satu pemateri pada acara tersebut mengatakan, Indonesia merupakan muslim terbesar di dunia dan unit terkecil adalah rumah tangga. Karena itu pembinaan keluarga ideal amatlah penting, menjadi soko guru dari bangsa.
Mengenai keluarga, Adnan menyitir surat An-Nisa ayat 34 dan Ar-Rum ayat 21 yang menjelaskan bahwa dalam Islam, suami merupakan pengendali rumah tangga bukan penguasa atau yang berkuasa, maka laki-laki lebih mengedepankan rasionya daripada emosionalnya karena dia bertanggung jawab mengatasi segala kesulitan dan segala masalah.
Sebaliknya, wanita lebih mengedepankan emosi ketimbang rasio logika. Jika masalah itu diserahkan dan dikendalikan oleh wanita maka realita masalah itu menjadi terbelakang. Manusia diciptakan berpasang-pasangan hingga terjadinya hubungan keluarga dalam perundangan disebut dalam UU tentang pernikahan No.1 Tahun 1974 mengenai hak dan kewajiban, tujuan menikah supaya menjadi sakinah mawaddah warahmah, saling mengingatkan sehingga tercipta baiti jannati.
Sederhananya, menurutnya KH. Aceng Karimullah, Ketua Departemen Pendidikan Agama dan Dakwah (PAD) DPP LDII yang juga menjadi pembicara di Webinar itu mengatakan, baiti jannati dalam keluarga bisa dimulai dengan saling berbicara yang baik. Membangun keluarga, KH. Aceng menjelaskan lebih lanjut, berarti membangun ketahanan ekonomi berupa kemandirian, membangun ketahanan karakter keluarga, dan ketahanan menghadapi dekadensi moral.
“Mari kita bina keluarga dalam suasana beragama yang baik agar menjadi rumah tangga yang bahagia dan romantis, terwujud baiti jannati,” kata Adnan mengakhiri. (Indah RH/Lines)