Sakhnah kota megah dekat Arakah, yang dikelilingi oleh dinding tebal nan tinggi. Penguasa kota ini bernama Bathriq Kaukab. Di waktu yang mendebarkan itu dia mengumpulkan rakyatnya untuk berkata, “Ada berita yang sampai pada saya ‘kaum Arab telah merebut kota Arakah dan Sakhnah’. Banyak orang berbicara mengenai keadilan dan kebaikan kaum Arab. Mereka tidak suka membuat kerusakan. Namun kita memiliki benteng perlindungan yang tebal nan tinggi yang takkan bisa ditembus oleh siapapun. Yang kita khawatirkan hanya kalau kebun kurma dan gandum kita dirampas oleh mereka. Sebaiknya kita berdamai dengan mereka. Jika kaum kita menang dalam peperangan yang akan berlangsung, kita merusak perjanjian damai dengan mereka. Jika mereka yang menang, kita berlindung pada mereka agar kita selamat.”
Rakyat menyetujui rencana penguasa mereka. Di hari yang mendebarkan itu, rakyat mengeluarkan binatang-ternak mereka dari kandang, agar merumput. Sebagian yang lain, sibuk mempersiapkan jamuan istimewa, untuk Khalid dan pasukannya yang tak lama lagi akan segera tiba.
Khalid dan pasukannya berdatangan; mereka menyambut dengan penuh hormat dan mempersilahkan rombongan, agar menikmati hidangan yang telah dipersiapkan. Dalam pertemuan agung itu, mereka mengajukan permohonan damai dengan imbalan emas 300 auqiyah dari mereka untuk kaum Arab. Surat perjanjian damai ditulis untuk mereka. Lalu Khalid dan pasukannya bergerak meninggalkan tempat, menuju kota Chauran.
(bersambung)
sumber: mulungan.org