Di tempat yang beda, Amir bin Atthufail menyampaikan surat Abu Bakr yang dikirimkan oleh Khalid pada Abu Ubaidah. Abu Ubaidah tersenyum setelah membaca surat yang diterima. Lalu berkata, “Saya taat Allah dan Khalifah Rasulillah.”
Lalu memberi tahu pada kaumnya bahwa kepemimpinan dia dilepas agar selanjutnya mengikuti perintah Khalid. Sebelum itu, Abu Ubaidah telah perintah Syurachbil bin Chasanah yang dulu menulis wahyu Rasulillah SAW, agar pergi membawa 4.000 pasukan berkuda, menuju kota Bushro. Syurachbil dan pasukannya telah sampai pada kota tujuan. Penguasa kota itu ilmuan besar sangat berwibawa bernama Bathriq Abdul-Malik; di kalangan bangsa Romawi dia bernama Bathriq Rumas. Dia telah membaca kitab-kitab kuno dalam jumlah sangat banyak. Jika misa-agung digelar, kaum yang berdatangan untuk mendengarkan khotbahnya melaut. Orang-orang yang bermukim di ujung kota pun berdatangan untuk mendengarkan khotbahnya yang memikat jemaat.
Kota Bushro yang sangat makmur tersebut memiliki 1.000 pasukan berkuda handal yang telah terlatih. Kaum Arab dari Yaman dan Chijaz, banyak yang datang ke kota besar tersebut, untuk berbelanja barang-barang yang diinginkan. Jika hari-raya tiba, singgasana sang raja yang berpangkat bathriq itu dikeluarkan di alun-alun yang sangat luas. Raja Abdul-Malik duduk dikerumuni rakyatnya yang melaut. Pada mereka, Abdul-Malik menyampaikan khotbah pada jemaah.
Lautan manusia bersuka-ria di alun-alun, terkejut oleh derap kaki-kuda Syurachbil dan pasukannya yang membahana. Abdul-Malik bergegas menaiki kuda dan berteriak, “Semua agar siaga!.”
Jawaban mereka, “Siap!” Menggemuruh seakan-akan menggetarkan langit.
Dia berteriak lagi, “Jangan menyerang sebelum kita mendengar perkataan mereka!.”
Dengan kudanya, dia bergerak cepat mendekati Syurachbil dan pasukanya. Teriakan selanjutnya membuat rakyatnya terperangah. Pada kaum Arab yang berdatangan dia berteriak, “Hai kaum Muslimiin! Saya Rumas! Saya ingin menemui pimpinan kalian!.”
Syurachbil muncul untuk mendekati Abdul-Malik (Rumas). Abdul-Malik bertanya, “Siapa kalian?.”
Syurachbil menjawab, “Kami termasuk sahabat Muhammad, nabi-ummi SAW, suku Quraisy, dari keluarga-besar Bani Hasyim, yang dijelaskan di dalam Taurat dan Injil.”
Dia bertanya, “Apa yang dilakukan oleh Allah padanya SAW?.”
Syurachbil menjawab, “Allah telah mewafatkan padanya SAW.”
Dia bertanya, “Lalu siapa yang menggantikan kepemimpinan setelah dia?.”
Syurachbil menjawab, “Atiq bin Abi Quchafah (Abu Bakr) bin Bakr bin Taim bin Murrah.”
Dia berkata, “Demi kebenaran agama saya! Sebetulnya saya tahu bahwa kalian menetapi agama yang benar. Kalian pasti akan segera menguasai negri-negri Syam dan Iraq. Namun saya kasihan pada kalian yang jumlahnya hanya sedikit; sedangkan kami berjumlah banyak sekali. Pulanglah menuju negri kalian! Kami takkan menyerang kalian! Ketahuilah hai saudara dari Arab! Abu Bakr adalah sahabat-karib saya! Kalau dia kemari, pasti takkan memerangi saya!.”
Syurachbil menjawab, “Kalau pun kau famili atau anak pamannya, pasti takkan dia ampuni. Kecuali jika kau telah beragama seperti beliau. Beliau hanya manusia biasa yang diberi tugas oleh Allah. Allah perintah agar beliau memerangi kalian. Kami juga takkan diam sehingga kalian memilih salah satu dari tiga pilihan; masuk ke agama kami; atau menyerahkan pajak; atau berperang melawan kami.”
Dia bersumpah, “Demi yang dipergunakan bersumpah oleh kaum yang mengikuti agama kami! Kalau urusan ini diserahkan pada saya, pasti saya menyerah pada kalian. Karena saya tahu bahwa agama kalian benar; sementara mereka berhala-berhala Romawi (maksudnya para tokoh yang dikultuskan) dan rakyat, sedang berkumpul di dalam perayaan. Saya akan datang untuk berkonsultasi dengan mereka.”
Syurachbil menjawab, “Kembalilah! Pertimbangkan yang telah saya jelaskan pada kalian!.”
Abdul-Malik memacu kuda menuju sejumlah tokoh kaum yang berkumpul melaut di alun-alun. Di hadapan mereka dia berkata, “Hai pemeluk agama Nashrani! Dan keluarga besar Air Amudiyah! Sungguh mengenai kalian akan keluar dari negri-negri kalian yang indah ini, dan harta kalian akan dirampas oleh kaum Arab, benar-benar akan segera terwujud menjadi kenyataan! Inilah waktunya! Pasukan kalian yang banyak ini hanyalah sedikit, jika dibandingkan dengan pasukan Tuan Rubis. Pasukan Tuan Rubis yang melaut telah bertempur melawan pasukan Arab berjumlah sedikit di Palestin. Ternyata Tuan Rubis dan orang-orang dekatnya berguguran; yang masih hidup kabur meninggalkan gelanggang perang. Saya mendengar berita bahwa ada lelaki Arab yang muncul dari kota Samawah, bernama Khalid bin Al-Walid. Bahkan dia telah merebut kota Arakah, Sakhnah, Tadmur dan Chauran. Dia tak lama lagi akan datang kemari. Sebaiknya kita menyerahkan pajak pada kaum Arab itu. Agar mereka segera pergi meninggalkan tempat.”
Kaum yang terlalu fanatik dalam beragama Nashrani itu, emosi saat mendengar tutur-kata Abdul-Malik tokoh besar mereka. Suara mereka riuh bersaut-sautan. Intinya mereka akan membunuh Abdul-Malik. Abdul-Malik berkata, “Hai kaumku! Saya ini hanya menguji sampai di mana keimanan kalian! Ternyata kalian sangat peduli pada agama kalian! Sekarang silahkan, sebaiknya kita harus bagaimana?! Saya akan bergerak di depan kalian!.”
Kaum Abdul-Malik telah berkumpul banyak sekali untuk berperang melawan kaum Arab. Perisai-perisai berwarna putih berkilauan mereka bawa, sebagai perlengkapan perang. Arakan-arakan panjang telah mendekati Syurachbil dan pasukannya.
Syurachbil dan pasukannya terkejut saat melihat jumlah mereka yang berdatangan banyak sekali. Syurachbil berkata, “Ketahuilah kawan-kawan! Sungguh Rasulullah SAW pernah bersabda ‘surga di bawah keteduhan pedang-pedang. Dan menurut Allah, amalan lebih menyenangkan untuk mendekat padaNya, tetesan darah di Jalan-Allah, atau tetesan air-mata di tengah malam, karena takut Allah’. Allah berfirman ‘hai khususnya orang-orang yang beriman! Takutlah Allah dengan benar-benar takut padaNya! Dan sungguh jangan mati kecuali kalian dalam keadaan Muslim’.”
Syurachbil dan pasukannya bergerak menyambut serangan mereka yang menggila. Dentingan pedang; benturan perisai, dan teriakan mereka, riuh mengusir sepi.
sumber: mulungan.org