Jakarta (8/11). Mewujudkan generasi muda mandiri dan berkarakter, membutuhkan peran bersama antara orangtua dan guru. Melalui penerapan pola pengasuhan positif. Hal itu diungkapkan anggota Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan (PUP) DPP LDII Nana Maznah Prasetyo dalam “Workshop Expo Rakernas LDII 2023”, Rabu (8/11).
Workshop bertema “Pengasuhan Positif Ramah Anak Tanpa Kekerasan” ini, merupakan rangkaian Rakernas LDII 2023 di Pondok Pesantren (Ponpes) Minhaajurrosyidin pada 7-9 November 2023.
Menurut psikolog itu, kekuatan pengasuhan positif ada pada interaksi. “Jadi, anak dengan mudah menerima saran serta masukan dengan baik. Apabila orangtua maupun guru mengkomunikasinya dengan cara yang baik dan benar,” kata Nana.
Selanjutnya, bagaimana karakter anak itu terbentuk, dapat dilihat dari kebiasaan orangtua. “Seorang anak akan mencontoh perilaku orangtua, karena mereka merupakan cerminan bagi anak itu sendiri. Untuk itu, orangtua harus waspada dalam bersikap dan bertindak, karena hal itu dapat diikuti oleh anak kita,” imbuhnya.
Dalam pengasuhan positif, orangtua dan guru harus memahami tahap perkembangan anaknya sendiri. “Selanjutnya memahami cara berkomunikasi efektif, serta disiplin positif. Siapapun orangnya, setiap anak Indonesia terlahir cerdas. Lemah di satu sisi, jenius di sisi lain. Hal ini menjadi tugas orangtua atau guru dalam mengoptimalkan kehebatan dan meminimalkan kelemahan seorang anak,” ungkap Nana.
Senada dengannya, Ketua DPP LDII Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) Siti Nuranissa menambahkan, cara membangun komunikasi efektif dengan anak, antara lain memberi kesempatan pada anak agar bicara lebih banyak.
“Selanjutnya mendengar secara aktif, berkomunikasi dengan posisi tubuh sejajar dan kontak mata, berbicara secara jelas, singkat, menggunakan kata yang positif, serta berempati,” jelas Nissa.
Kemudian, orangtua perlu menjadi visioner yang melihat jauh ke depan. “Kesalahan dan kegagalan yang dialami oleh anak merupakan proses belajar, bukan sebagai bahan tertawaan ataupun pelampiasan emosi yang berdampak pada tumbuh kembang anak,” ungkap Nissa.
Dosen Universitas Tarumanagara itu menyampaikan, setiap tantangan dalam pengasuhan adalah ruang belajar. “Mengubah pola pikir pengasuhan berbasis masalah menjadi pola pikir pengasuhan adalah sebuah investasi,” tutupnya. (TY/LINES).
Semoga Alloh paring manfaat dan barokah, utk pembentukan karakter luhur bagi para generus
Good job. Ini uang aku suks
Mantap materinya guna generasi yang gemilang