Pada zaman Nabi Muhammad SAW, sahabat pernah terlibat suatu diskusi tentang kekayaan yang menimbulkan pertengkaran, hingga memecah mereka dalam dua kelompok yang berbeda pendapat. Kelompok pertama, mendukung bahwa perlu kekayaan untuk memperlancar dakwah seperti Nabi Sulaiman. Sementara kelompok kedua berkukuh, kekayaan bisa membahayakan karena mengambil rujukan Qorun.
Cerita ini disampaikan Ust. Tommy Sutomo dalam tanyangan Oase Hikmah LDII TV beberapa waktu lalu. Ia melanjutkan, dua kelompok tersebut terus berdiskusi tanpa menemukan titik temu karena yakin pada rujukan masing-masing.
Akhirnya datanglah Nabi Muhammad SAW menengahi dua kelompok yang bertengkar tersebut. Nabi bersabda :
لَا بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنْ اتَّقَ
“Sesungguhnya tidak berbahaya kekayaan apabila berada di tangan orang yang bertakwa kepada Allah” (HR Ahmad No. 22076)
Ust. Tommy mejelaskan selama seseorang itu memiliki ketakwaan menjadi kaya tidak berbahaya, justru akan membawa banyak manfaat bagi diri, masyarakat, lingkungan dan orang terdekatnya. “Orang yang bisa melaksanakan zakat mal itu harus kaya dulu. Karena untuk kewajiban zakat ada istilah nisab atau batas minimal kekayaan,” terangnya.
Ia juga mengingatkan tentang rukun Islam terakhir yaitu haji. Orang yang dapat melaksankan ibadah haji adalah muslim yang memiliki kemampuan baik fisik maupun bekal harta. Mereka harus memiliki kecukupan harta untuk diri dan keluarga yang ditinggalkan. Sehingga dalam beribadah haji merasa nyaman dan tenang.
“Islam berpesan agar orang kaya tidak sombong dengan kekayaannya mereka harus tetap memperhatikan dan menyantuni kaum fakir miskin, dan tidak membuat jarak dengan mereka. Karena kemuliaan di sisi Allah tidak ditentukan oleh kekayaan tapi oleh ketakwaan,” pesan Ust. Tommy. Ia menceritakan Nabi Muhammad SAW selalu membesarkan hati kaum fakir miskin dan tidak pernah melecehkan mereka.
Ia menegaskan orang kaya maupun yang belum kaya harus bertakwa. Bagi orang kaya yang dermawan akan dicintai Allah SWT , disenangi manusia, dekat dengan surga dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang kikir, pelit, baqil, itu dibenci oleh Allah, tidak disukai manusia, dekat dengan neraka dan jauh dari surga.
“Maka jika kita hidup sekali di dunia oleh Allah diberi kecukupan harta, usahakan kaya di dunia sampai di akhirat, harta kita barokah. Ingat setiap yang kita sedekahkan, infakkan untuk sabililah itu hakikatnya mengundang rezeki yang banyak lagi dari Allah SAW. Mudah-mudahan kita diberi rezeki yang kaya yang takwa,” tutup Ust. Tommy. (Nabil)
Semoga senantiasa kita semua diberikah kebarokahan didunia dan akhirat serta Rejeki yang halal yang barokah, amiin. Sukses terus buat warga LDII di seluruh Indonesia dan manca negara.
Alhamdulillah lanjutkan utk generasi muda menuju indonesia emas 2025