Kediri (27/7). Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr (HC) dr Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) menekankan pentingnya pencegahan stunting dalam mempersiapkan generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045. Menurutnya, apabila persoalan stunting dapat dituntaskan, bangsa Indonesia akan menjadi negara yang kuat dan mampu bersaing dengan negara-negara maju yang lain.
Hal itu ia sampaikan pada Webinar “Cegah Stunting Membangun Generasi Sehat dan Cerdas Wujudkan Indonesia Emas 2045” yang akan dihelat oleh DPP LDII, di Ponpes Wali Barokah Kediri, Jawa Timur, pada Sabtu (27/7).
Menurut Hasto, Indonesia diprediksi memasuki puncak bonus demografi dalam beberapa tahun ke depan. Namun, bonus tersebut dapat menjadi dilema jika gagal dipersiapkan dengan matang. Belum lagi aging population yakni terjadi peningkatan umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lansia, telah menanti di gerbang akhir bonus demografi. Bonus demografi yang ditengarai menjadi stimulus Indonesia Emas 2045 dapat berbalik arah menjadi ancaman perekonomian.
“10 tahun lagi kita harus menangggung orang-orang tua dengan ciri pendidikan dan ekonominya rendah sehingga mereka harus ditopang. Kalau generasi muda lembek tidak berkualitas maka nanti siap yang akan menopang orang tua?,” jelasnya.
Ia menekankan stunting menjadi ancaman serius bagi Indonesia dalam mewujudkan generasi emas 2045 jika tidak ditangani dengan baik dari sekarang. Untuk mengatasi hal itu, ia mengungkapkan BKKBN terus berupaya mempercepat menurunkan prevalensi stunting dengan cara mencegah lahirnya bayi stunting.
Guna mencapai target tersebut, remaja yang akan melahirkan generasi unggul didorong untuk memahami pencegahan stunting dengan memenuhi kebutuhan gizi dan tidak melakukan pernikahan anak di usia dini, “Kalau kurang asam folat dan vitamin D itu bukan hanya stunting risikonya bisa sampai cacat. Dan kejadian-kejadian ini bisa kita cegah sejak sebelum nikah dengan meminum asam folat, vitamin D dan mencegah anemia pada remaja putri,” ucapnya.
Ia mengapresiasi LDII yang memiliki perhatian khusus terhadap permasalahan stunting dengan menginisiasi sejumlah program mempersiapkan generasi profesional religius, “Saya tahu betul di LDII program persiapan generasi berkualitas sejak usia caberawit usia SD, sampai generasi yang mau menikah diberikan edukasi pranikah,” lanjutnya.
Menurutnya, pendidikan pranikah sangat diperlukan. Tak hanya kepada calon pengantin, namun juga kepada para remaja. Hal itu untuk memantapkan mental remaja sehingga dapat mencegah pernikahan dini, hamil usia muda,perceraian, hingga stunting.
“Kehamilan pada usia muda atau remaja antara lain berisiko kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), perdarahan persalinan, yang dapat meningkatkan kematian ibu dan bayi, hingga risiko kanker serviks,” paparnya.
Selain itu, salah satu kunci utama dalam penanganan masalah stunting yaitu pola pengasuhan dan pemenuhan gizi sejak 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Ia mejelaskan periode 1000 HPK merupakan masa paling kritis untuk mempersiapkan perkembangan fisik dan kognitif anak, yaitu bermula sejak masa konsepsi atau awal kehamilan hingga anak berusia dua tahun. “Kalau kita ingin anak sehat, unggul, cerdas, berkualitas itu harus digembleng gizi dan kesehatannya sebelum usia 1.000 hari,” tegasnya.
Hasto menyadari pencapaian target penurunan prevalensi stunting merupakan kerja bersama lintas lembaga dan sektor, sehingga memerlukan langkah- langkah strategis yang terintegrasi. Ia mengapresiasi LDII yang fokus dalam pembangunan dan peningkatan kualitas sumberdaya mulai dari keluarga. Karena menurutnya, keluarga merupakan cerminan dari sebuah bangsa. “Saya optimis dengan pembangunan sumberdaya yang dilakukan LDII akan membangun keluarga generasi yang unggul. Program target ‘Tri Sukses Generus’ LDII ini menginspirasi kita dalam membangun keluarga yang berkualitas,” tekannya.
Pada kesempaan tersebut juga dilakukan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara BKKBN dan LDII yang bekerjasama dalam mewujudkan keluarga berkualitas dan pencegahan stunting di Indonesia, “Kami percaya bersama LDII kami bisa menciptakan dan membangun keluarga yang berkualitas di seluruh Indonesia,” tutupnya.