Rutinitas, sering membuat orang mudah bosan, jenuh dan bahkan stres. Ditambah bertemu putaran kehidupan bernama duka dan kesedihan, terasa semakin berat beban di pundak. Itu sebabnya sebagian orang mencari variasi pada kesenangan-kesenangan untuk melupakan sesaat dan ada juga yang memilih hal-hal yang berbahaya.
Daripada melukai jiwa dengan mencoba hal-hal berbahaya, coba temukan variasi kehidupan dengan berbuat baik. Entah mencabut rumput liar di taman, menyirami tanaman, memberi makan kucing, dll. Atau mendahulukan orang yang mau menyeberang, memberi jalan kepada pengendara yang terburu-buru, atau berbagai senyuman kepada setiap orang. Rumusnya sederhana, bila sedang dikunjungi kesedihan, belajar berbuat baik. Jika sedang dikunjungi kebahagiaan, juga belajar berbuat baik. Kebaikan adalah jembatan pendek menuju keterhubungan.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS An-Nahl:128)
Guru-guru bijak sering menitipkan pesan indah bahwa kehidupan itu seperti sekolah. Kapan saja kesulitan dan kesedihan datang lebih banyak dan lebih besar dari biasanya, itu tandanya sedang ulangan umum. Bedanya dengan sekolah, ia tidak ada pemberitahuan. Tidak terjadwal. Tidak ada persiapan. Akan tetapi, begitu bisa melewati ulangan umum, kita naik kelas.
Orang biasa cenderung menyukai kehidupan tanpa kesedihan. Padahal tanpa kesedihan berarti tanpa ulangan umum. Tanpa ulangan umum artinya tidak pernah ada naik kelas. Menuju jenjang yang lebih tinggi dan baik.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ أَنَّهُ قَالَ
“ عِظَمُ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ ”
Dari Anas Ibnu Malik dari Rasulullah SAW, bahwasanya beliau bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allâh mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya.” (Rowahu Ibnu Majah)
Kesedihan adalah berkah, walau jelas membencikan. Orang-orang saleh dan suci zaman dahulu telah menemukan cahaya menawan di tengah kesedihan. Asalkan tidak lari dari danau kesedihan; tidak menggerutu, tetap sabar dan tidak menyalahkan. Selanjutnya berusaha melihat lapisan-lapisan jiwa semakin dalam dan semakin dalam lagi di saat kesedihan. Ada pelajaran, ada cahaya dan ada taman rahasia indah di sana, rahasia yang tidak mungkin diberikan oleh kesenangan. Kesedihan adalah bab penting dalam buku kehidupan yang harus dibaca. Tidak boleh tidak. Sayangnya tidak semua orang mau dan sempat, bahkan kecenderungannya ingin melewatkannya, membuangnya.
Dalam kesedihan atau kesenangan, ingatlah selalu bahwa jiwa lahir bersama sayap-sayapnya. Berhenti merangkak dalam kesedihan dan ketakutan, belajarlah terbang hening menggunakan sayap-sayap cahaya dan cinta. Belajarlah untuk tidak marah sama orang-orang yang menyakiti. Fokus pada pelajaran yang mereka berikan. Karena, orang yang membencikan, musuh atau kesedihan adalah guru yang menyamar. Tatkala seseorang berhenti membandingkan dirinya dengan orang lain, itu artinya yang bersangkutan sudah mulai menanam bibit-bibit kedamaian dan mengusir semak-semak kesedihan dari dalam taman jiwanya.
Agama, dalam hal spiritualitas dan syariatnya, adalah seperti belajar menjadi tukang taman yang terampil bagi pikiran. Serupa taman, kendati kita hanya menanam rumput Jepang, rumput liar tumbuh juga. Kendati manusia hanya mau bahagia, kesedihan datang juga.
Mirip dengan apa yang dilakukan tukang taman terampil, semua yang ada di taman diolah menjadi kompos organik yang diletakkan di bawah pohon. Persoalan waktu kompos ini akan jadi bunga. Dengan cara yang sama, spritualitas menyembuhkan tidak dengan membuang kesedihan, melainkan dengan mengolah kesedihan menjadi bunga kedamaian. Seperti apa yang dilakukan kegelapan pada cahaya, kesedihan membuat kebahagiaan terasa jauh lebih indah dan nikmat di waktu berikutnya.
Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang.
Alhamdulillaah utk nasehat diri sendiri..
Alhamdulilah zajakhumulohhoiroh,atas nasehat
Yg di buat nya.
Alhamdulillah dapat pencerahan
Alhamdulillahi jazzakhumullahu khoiro atas smua nasehatnya
Manfaat banget nasehat ini…