Jakarta (13/5). Cuaca panas ekstrem melanda beberapa wilayah di Indonesia, menimbulkan kekhawatiran akan peningkatan kasus penyakit terkait cuaca panas. Bahkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu udara ekstrem berkisar antara 35–38 °C terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. Peningkatan suhu tersebut menjadi perhatian karena dapat menyebabkan penyakit akibat cuaca panas.
Koordinator Penelitian Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Universitas Indonesia, Mikhael Yosia mengatakan, penyakit akibat cuaca panas berkisar dari gangguan ringan hingga serius.
“Salah satu kondisi umum adalah biang keringat atau ruam panas, yang disebabkan oleh tersumbatnya pori-pori kulit oleh keringat. Kulit terbakar matahari juga merupakan masalah yang umum terjadi, terutama saat paparan sinar UV pada pukul 10.00 pagi hingga 14.00 siang,” ujarnya.
Kedua, kulit terbakar matahari. Paparan sinar UV pada siang hari bisa merusak sel-sel kulit, menyebabkan kulit merah, gatal, dan terasa panas. Pada kasus yang parah, dapat menyebabkan pembentukan lenting atau pembengkakan.
“Selanjutnya, sakit kepala akibat panas. Saat tubuh kehilangan banyak cairan dan elektrolit, pembuluh darah di kepala menyusut, menyebabkan sakit kepala yang tajam dan intens,” imbuhnya.
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) juga dapat meningkat saat cuaca panas. Suhu tinggi dan tingkat kelembapan rendah dapat mengiritasi saluran pernapasan, meningkatkan risiko terkena infeksi virus atau bakteri.
“Pekerja di luar ruangan atau mereka yang melakukan olahraga saat cuaca panas berisiko mengalami kram otot akibat panas. Dehidrasi akibat berkeringat berlebihan bisa menyebabkan ketegangan otot yang menyakitkan,” tuturnya.
Selain itu, kelelahan akibat panas dan sengatan panas juga merupakan kondisi serius yang bisa terjadi akibat terpapar cuaca panas yang berlebihan.
“Heat exhaustion menyebabkan gejala seperti sakit kepala, pusing, perasaan lemas, kulit pucat, dan detak jantung cepat, sementara sengatan panas dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh yang cepat dan membahayakan nyawa,” ujar dr. Mikhael yang juga menempuh pendidikan di University of Melbourne di Australia
Untuk mencegah penyakit akibat cuaca panas, Mikhael menyarankan untuk tetap berada di tempat yang teduh, menggunakan pelindung tubuh seperti topi dan pakaian yang menutupi, dan minum air putih secara teratur.
“Selain itu, hindari aktivitas fisik berlebihan di bawah sinar matahari langsung dan pantau prakiraan cuaca untuk waspada terhadap peringatan panas ekstrem,” tandasnya
Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, lanjutnya, masyarakat dapat mengurangi risiko terkena penyakit akibat cuaca panas yang serius.
“Dengan mengetahui gejala dan risiko penyakit akibat cuaca panas, masyarakat dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan. Kesehatan adalah hal yang utama, terutama di bawah paparan cuaca ekstrem,” pungkasnya. (FWI/LINES)