Tanah Laut (12/6). Desa Ranggang di Kabupaten Tanah Laut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), terkenal sebagai sentra perajin arang yang telah ada sejak zaman penjajahan Jepang. Dari desa yang kaya tradisi pembuatan arang itu, Ketua DPD LDII Tala, Anton Kuswoyo, terinspirasi memanfaatkan limbah arang yang melimpah sebagai sumber daya potensial.
Mayoritas penduduk Desa Ranggang menjalankan profesi sebagai pengrajin arang, mewarisi keahlian mereka sejak zaman penjajahan Jepang, “Proses pembuatan arang dilakukan melalui tungku raksasa berbentuk keong, yang menggunakan belasan kubik kayu dan mencapai suhu pembakaran lebih dari 500 derajat Celsius,” ujar Anton.
Meskipun proses ini menghasilkan arang berkualitas, namun serbuk arang yang terbentuk sebagai limbah sering tidak termanfaatkan karena tidak laku dijual, “Melihat potensi limbah ini, kami melakukan riset kecil-kecilan dan mengolahnya menjadi pupuk organik yang dihasilkan melalui fermentasi bersama pupuk kandang,” tuturnya.
Keberhasilan proses ini terbukti ketika pupuk organik hasil olahannya digunakan untuk tanaman di lahan pascatambang batubara, “Bahkan, perusahaan pertambangan telah memesan pupuk organik secara rutin untuk rehabilitasi lahan pascatambang batubara di wilayahnya,” ujar Anton.
Karya Anton ini tidak hanya diakui secara lokal, namun juga meraih nominasi 5 terbaik Fertinnovation Challenge yang diselenggarakan oleh PT Pupuk Indonesia (Persero). Penghargaan ini menjadi prestasi luar biasa, terutama karena Anton adalah satu-satunya dari Kalimantan yang meraih penghargaan dari perusahaan BUMN tersebut, disertai insentif sebesar Rp5 juta.
Bagi Anton, prestasi dan penghargaan bukanlah hal terpenting. Lebih dari itu, manfaat nyata dari pupuk organik berbahan limbah arang ini menjadi fokus utama, “Di tengah harga pupuk kimia yang tinggi, pupuk organik ini bukan hanya solusi ekonomis, tetapi juga berperan dalam memperbaiki kualitas tanah dan menjaga kelestarian alam,” pungkasnya.
semoga Alloh paring berhasil manfaat dan barokah