Akibatnya, banyak jamaah yang tidak tahan. Mereka yang tidak tahan ini kemudian nekat kencing di luar kamar mandi. Bau tak sedap pun menyusup ke tenda-tenda jamaah yang dekat dengan fasilitas tersebut. ”Ini sudah tidak sehat. Kondisi ini bisa menimbulkan penyakit,” ujar Anggito ketika berkeliling mengunjungi tenda-tenda jamaah, Minggu (28/10) dinihari.
Anggito melihat kondisi jamaah hingga sekitar pukul 02.00. Saat itu, meski sudah dinihari, antrean di kamar mandi tetap sangat panjang. Satu kamar mandi terkadang diantre oleh 10-an orang. Satu blok bangunan kamar mandi, berisi 10 buah untuk laki-laki dan 10 buah untuk wanita– digunakan bersama oleh beberapa maktab atau tenda. Satu tenda dihuni oleh sekitar 375 jamaah.
Di Maktab 9 kawasan Mina Jadid, satu tenda yang dihuni oleh 307 jamaah bahkan hanya menyediakan dua buah kamar mandi dan tiga tempat wudhu. Antrean pun mengular panjang. Selain tenda sempit dan sanitasi yang sangat tidak memadai, menumpuknya sampah di sekitar tenda juga menimbulkan bau tak sedap. Tumpukan sampah yang menggunung ini sulit disingkirkan dari sekitar tenda jamaah karena truk-truk pengangkut tidak bisa leluasa masuk kawasan tersebut saking padatnya manusia.
”Ini akan menjadi fokus kami dalam perbaikan pelayanan haji tahun-tahun mendatang,” ujar Anggito. Salah satu yang akan dilakukan pada tahun depan adalah menambah kamar mandi, terutama yang khusus untuk kencing dan buang air besar. Akan diupayakan dibuat fasilitas tambahan kamar buang air besar/kecil yang tidak boleh digunakan untuk mandi. Tujuannya untuk memperpendek antrean jamaah yang menggunakan fasilitas tersebut.
Jamaah haji berada di Mina untuk melaksanakan mabit (menginap) setidaknya selama tiga hari, yakni tanggal 10, 11 dan 12 Dzulhijah atau 26-28 Oktober. Mereka yang mengambil nafar awal (melempar jamarat dua kali) akan meninggalkan Mina sebelum Magrib tanggal 28 Oktober. Sementara yang mengambil nafar tsani akan berada di Mina hingga 13 Dzulhijah atau 29 Oktober. Nafar tsani adalah melempar jamarat secara penuh atau tiga hari berturut-turut.
Meski paling lama hanya tiga hari, kondisi Mina yang tidak memadai bisa saja membuat banyak jamaah sakit. Selain harus melempar jamarat yang menempuh jarak sekitar 6 km pulang-pergi, kebanyakan jamaah kurang istirahat karena tidak bisa cukup tidur dan tidak nyaman dengan kondisi sanitasi. (Dep. KIM DPP LDII)
Sumber gambar : kemenag.go.id