UJI MENU: Kepala Pengawas Katering Haji 2012, Sartoyo (bertopi chef) memandu para juru masak perusahaan katering menguji citarasa dan kualitas menu makan siang bagi para jamaah haji.
MADINAH- Kepala Pengawas Katering Misi Haji Indonesia di Madinah, Sartoyo, mengusulkan agar model layanan katering bagi para jamaah haji saat Armina –Arafah, Muzdalifah, dan Mina– dikembalikan lagi ke model nasi boks. Saat ini, jamaah haji menikmati makan dengan cara prasmanan. Dari banyak sisi, model prasmanan memang bagus. Jamaah bisa makan sepuasnya dan makanan yang tersaji selalu segar dan hangat. Namun cara ini memiliki kelamahan menonjol, yakni memunculkan antrean sangat panjang. Jamaah yang sudah tua atau sakit dipastikan akan mengalami kesulitan karena harus ikut antre dan tak boleh diwakilkan. Selain itu, beberapa kali terjadi jamaah yang antre paling belakang tidak kebagian lauk.”Saya usulkan agar sistem katering saat Armina dikembalikan ke model nasi boks (kotak) karena lebih praktis dan semua jamaah pasti kebagian,” ujar Sartoyo seusai rapat evaluasi pelayanan haji di kantor Misi Haji Daerah Kerja Madinah, Rabu (7/11) malam waktu Arab Saudi.
Saat Armina merupakan puncak haji. Armina dilaksanakan pada tanggal 9-13 Dzulhijah, meliputi wukuf di Arafah, mabit (menginap) di Muzdalifah dan Mina, serta melontar tugu jamarat. Dalam hukum Islam, seorang calon haji yang tidak menunaikan wukuf maka hajinya tidak sah. Wukuf tidak bisa diganti dengan dam (denda) seperti amalan yang lain. Karena itu, dukungan logistik bagi para jamaah seharusnya diberikan sempurna, agar jamaah bisa berkonsentrasi penuh dalam beribadah.
”Saya melihat ada jamaah yang harus antre makan sampai dua jam. Bagi yang muda, ini mungkin bukan masalah. Tapi bagi jamaah lansia (lanjut usia) dan sakit, kasihan sekali,” tambah Sartoyo, ahli masak dari Kota Semarang, yang dipercaya Kementerian Agama untuk mengontrol menu masakan bagi jamaah haji tahun 2012 ini. Jika diberikan dalam bentuk nasi boks, jamaah tak butuh antre. Mereka tinggal mengambil satu kotak dan langsung menikmatinya. Artinya, menurut Sartoyo, waktu milik jamaah tidak banyak tersita hanya untuk antre makan.
Dalam model prasmanan, setiap kloter disediakan satu meja. Jamaah antre dengan membawa piring lengkap. Nasi serta lauk diambilkan oleh 2-3 tiga pelayan sehingga bisa lumayan cepat. Namun jika satu kloter berisi 400 orang dan satu orang butuh satu menit saja untuk mengambil makanan, maka jamaah yang paling belakang baru mendapat giliran setelah 400 menit! ”Saya melihat ada jamaah dengan kursi roda harus ikut antre. Kasihan sekali. Saya kira model ini haus diubah, dikembalikan ke model boks,” tandas Sartoyo.
Terpisah, Kepala Misi Haji Indonesia di Arab Saudi, Saerozi Dimyati di Jedah, menjelaskan, usulan agar model layanan katering Armina diubah dari prasmanan ke boks sudah diterimanya. Namun dia tidak bisa memutuskan karena usulan tersebut harus dibahas oleh panitia pusat di Kementerian Agama. ”Usulan agar layanan katering di Armina dikembalikan ke sistem nasi boks sudah kami terima. Saya akan bawa usulan ini ke panitia pusat untuk dibahas,” ujarnya, kemarin. Dia mengakui, layanan model boks akan menekan antrean sehingga menghemat waktu para jamaah. Dengan demikian, makin banyak kesempatan bagi jamaah untuk memaksimalkan ibadah. (Dep. KIM DPP LDII)