MAKAH- Sekitar 200 jamaah calon haji yang menderita sakit hingga pelaksanaan wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijah atau 25 Oktober, akan disafariwukufkan untuk menyempurnakan ibadah haji mereka. Dalam safari wukuf ini, jamaah yang sakit dinaikkan ambulans atau bus –tergantung sakit mereka– kemudian dibawa ke Arafah.
Menteri Agama Suryadharma Ali memperkirakan, calhaj yang disafariwukufkan mencapai 200-an orang. Mereka yang sakit parah atau tetap membutuhkan infus, akan diangkut dengan ambulans. Adapun yang sudah mulai pulih menggunakan bus. Calon haji yang sakit keras sehingga tetap tidak sadar saat wukuf, akan dibadalhajikan atau hajinya diwakilkan oleh orang lain.
”Saat ini ada 196 jamaah yang masih dirawat di BPHI Makah dan 27 orang dirujuk ke rumah sakit-rumah sakit Arab Saudi. Jika sampai hari H mereka belum pulih, atau jika mendadak ada jamaah lain yang sakit, akan kita safari wukufkan,” jelas Suryadharma ketika meninjau Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Makah, Senin (21/10) waktu Arab Saudi.
Wukuf merupakan syarat mutlak haji. Seorang jamaah yang tidak melaksanakan wukuf hajinya tidak sah. Prosesi wukuf dilaksanakan pada 9 Dzulhijah mulai matahari tergelincir (setelah dhuhur) hingga maghrib pada hari yang sama.
‘’Saya ingin memastikan bahwa semua jamaah asal Indonesia bisa melaksanakan wukuf, termasuk jamaah yang masih sakit,’’ tegas Suryadharma Ali. Saat ini, sebagian besar pasien yang menjalani perawatan di BPHI Makah atau dirujuk ke RS menderita penyakit bawaan dari Tanah Air, seperti hipertensi, jantung, gagal ginjal, dan diabetes.
‘’Kelelahan dan keharusan beradaptasi dengan cuaca ekstrem di Tanah Suci membuat penyakit mereka kambuh atau semakin parah,’’ kata Menag.
Menag menambahkan, melihat profil jamaah haji Indonesia yang didominasi lansia, fasilitas di BPHI terbilang jauh dari memadai. Ruang ICU misalnya, hanya sanggup menampung 12 pasein. Kemarin, 20 pasein harus dirawat di ruang tersebut sehingga terpaksa berdesak-desakan.
”ICU sampai overcapacity. Ke depan, kami akan usulkan agar fasilitas BPHI ini ditingkatkan. Apalagi jika melihat profil jamaah kita yang didominasi oleh lansia,” ujar Suryadharma Ali. Selain itu, rasio tenaga medis dengan jumlah jamaah juga sangat tidak berimbang. Seorang perawat harus melayani 40 pasien dan seorang dokter menangani hingga 168 orang. Hingga 21 Oktober, BPHI telah memberikan 196 ribu kali layanan kepada para jamaah. ”Penambahan tenaga medis ini menjadi sangat penting. Ini akan menjadi salah satu prioritas kita pada tahun-tahun mendatang,” tambahnya. (Dep. KIM DPP LDII)
Sumber gambar : www.okezone.com