Jakarta (22/6). Indonesia disebut sebagai ‘Megabiodiversity Country’ karena memiliki kekayaan kenanekaragaman hayati dan ekosistem yang tidak ada di negara lain. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Pusat Pengembangan Generasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PGLHK) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Sinta Saptarina, dalam “Sosialisasi Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah” yang digelar oleh DPP LDII, pada Sabtu (22/6).
Menurut Sinta, kekayaan sumberdaya alam dan kenanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia menjadi aset pembangunan ekonomi nasional, “Sekjen PBB, Antonio Guterres mengatakan ada tiga krisis planet bumi yang meliputi perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, serta polusi, limbah dan sampah,” ucapnya.
Krisis tersebut dipicu oleh beberapa faktor yang saling berkaitan, “Adapun tiga faktor pemicu kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup diantaranya pertambahan penduduk, perubahan ekonomi, serta perubahan pola konsumsi atau gaya hidup,” lanjutnya.
Ia menambahkan, risiko perubahan iklim akan berdampak terhadap kelangkaan air, rusaknya ekosistem darat dan laut, kurangnya kualitas kesehatan, serta kelangkaan pangan, “Menyikapi hal tersebut, Indonesia turut berkomitmen bersama berbagai negara dalam Nationally Determined Contributions (NDC) yang berisi target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) yakni emisi nol bersih di tahun 2025-2060,” papar Sinta.
Untuk mencapai target penurunan efek rumah kaca, ia mengajak LDII untuk bersinergi dengan KLHK dalam mewujudkan masyarakat peduli lingkungan hidup, “Kami juga ingin warga LDII terbuka untuk berkiprah membantu Indonesia menurunkan gas emisi rumah kaca,” ujar Sinta.
Lebih lanjut Sinta menjelaskan, bahwa target umum mitigasi forest and other land uses (FOLU) adalah penjagaan kelestarian hutan, efisiensi energi, pengelolaan limbah padat, cair, dan industri, pengurangan clinker to cement ratio pada industri semen, serta pengelolaan pertanian.
“Pernyataan Indonesia dalam dokumen Enhanced NDC yang perlu digaris bawahi adalah keadilan antargenerasi. Tindakan dan keputusan saat ini mempunyai konsekuensi jangka panjang bagi generasi mendatang. Tanggung jawab generasi saat ini dalam mitigasi perubahan iklim dan beradaptasi terhadap dampaknya, untuk memastikan bahwa generasi mendatang masih mewarisi bumi layak huni,” ucap Sinta.
Dengan demikian, peluang generasi Z untuk masuk pasar kerja formal di Indonesia kian sulit, termasuk oleh lulusan baru (fresh graduate). Menurutnya, pokok penting menggapai Indonesia Emas 2045 ialah stabilitas bangsa, pembangunan keberlanjutan, serta sumber daya manusia (SDM) yang unggul dari segi kuantitas, kualitas, fisik, skill, karakter, hingga disiplin.
“Melalui proses dakwahnya, LDII sangat strategis menciptakan generasi muda yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai angkatan produktif dan pemegang keputusan, perlu pemuda yang tangguh berkarakter, kreatif dan siap membela lingkungan hidup Indonesia. Kami yakin sangat tepat bermitra dengan LDII untuk mewujudkan ini semua,” ujarnya.
Sinta mengungkapkan, untuk mewujudkan generasi peduli lingkungan hidup, KLHK memiliki program penghargaan Adiwiyata serta Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS). Sementara, dalam pendidikan non formal, terdapat program Gerakan Masyarakat Indonesia Bela Lingkungan (GEMILANG) dan pembinaan wirausaha kreatif.
“Kami yakin LDII dapat menjadi agen perubahan perilaku ramah lingkungan hidup. Besar harapan kami agar pemuda Indonesia dapat mengambil peran baik sebagai inisiator, motivator, dinamisator, edukator, katalisator, fasilitator, maupun aktor,” ujarnya. (Nisa/LINES)
LDII peduli lingkungan, generasi LDII SeMoga berkotribusi
LDII UNTUK BANGSA
semoga Alloh paring berhasil manfaat dan barokah
Mantap
ASLAMABAR
Berkarya untuk neger
LDII adalah mitra strategis bagi pemerintah dalam memajukan bangsa dan negara, semoga lancar, manfaat dan barokah.
Lancar barokah
Sukses selalu
Semoga bs mewariskan kebaikan² untv negeri
Kita Jaga Alam-Alam Jaga Kita, Salam Lestari