Jakarta (3/2). Lebih dari satu dekade terakhir, bangsa Indonesia menghadapi ancaman disintegrasi yang tak disadari. Ancaman itu datang dari media sosial, dengan aktor-aktor yang saling hujat dan menebar kebencian, yang jauh dari karakter bangsa.
Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri (Wakabaintelkam) Irjen. Pol. Drs. Suntana, M.si, “Tantangan kami semakin berat pada era 4.0 ini, kami merasa kewalahan dalam menghadapi kasus-kasus di dunia maya. Kami seringkali menetralisir provokasi yang dibuat oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang berdampak memecah kesatuan dan persatuan bangsa,” ujar Suntana.
Dalam pandangan Suntana, Polri terus berupaya menyadarkan seluruh elemen bangsa, agar menghentikan provokasi di media sosial. Pihaknya seringkali mensosialisasikan mengenai bahayanya media sosial, namun karena penjelasan yang disampaikan bersifat umum sehingga masyarakat kerap mengabaikan, “Mereka yang menebar kebencian sering dijerat dengan UU ITE sebagai dasar untuk menanganinya, namun seringkali tidak tepat sasaran,” imbuhnya.
Cara lain yang digunakan Polri, berupa pencegahan dengan mengajak ormas Islam, “Kami bekerja sama dengan MUI, NU, Muhammdiyah dan lain-lain. Kami datang ke IT-nya, untuk melihat sejauh mana kemampuan IT-nya untuk membantu memberikan pencerahan kepada masyarakat. Sehingga bisa bekerja sama untuk meng-counter berita-berita itu,” ucapnya.
Pada era digitalisasi 4.0 banyak kemajuan teknologi memberikan manfaat terutama kemudahan dalam berkomunikasi, “Sebaliknya, kemudahan dalam berkomunikasi melalui internet juga dimanfaatkan tidak sesuai norma yang ada,” papar Suntana. Ia mengingatkan seluruh rakyat Indonesia, bila menerima informasi di media sosial tak cepat berkomentar ataupun menyebarkannya.
“Bila dulu ada media massa yang ada pemimpin redaksinya, ada wartawannya, ada yang punya koran dan lain-lain. Sekarang semua orang bisa membuat berita dan sharing,” kata Suntana kepada LINES. “Saran kami, jangan sharing berita sebelum dilihat, jangan mudah terprovokasi terhadap berita yang belum jelas kebenarannya,” imbuhnya.
Lebih lanjut ditanya soal progam kerja Kapolri yang baru mengusung konsep Prediktif, Responsibiltas dan Transparansi (Presisi). Dia menjelaskan bahwa Kepala Kepolisian RI Jenderal Listyo Sigit Prabowo memiliki delapan progam prioritas dan progam-progam lainnya. “Presisi adalah sebuah progam yang sudah direncanakan oleh Kapolri dan ada tim dari penelitian untuk membuat progam itu,” jelas mantan Kapolda Lampung itu.
“Polisi diharapkan bisa melakukan prediksi yang lebih akurat, melayani masyarakat dengan lebih transparan dan lebih humanis. Dalam hal prefentif, tugas polisi akan efektif bila bekerja sama dengan para tokoh masyarakat dan tokoh agama termasuk yang ada di LDII untuk bersama-sama dengan polri untuk menjaga Kamtibmas serta bisa memberi pencerahan kepada masyarakat sekitar,” jelasnya dalam sesi wawancara.
Suntana berkesempatan mengunjungi DPP LDII pada Rabu (3/2), bersama Brigjen. Pol. Arif Rahman (Direktur Sosbud BIK), Kombes. Pol. Dekananto (Kasubdit 1 Sosbud), Ipda. Agus Riyadi (Panit 1 Sosbud).
Dalam pertemuan itu, Suntana menyatakan bangga dan senang, bahwa Polri telah bekerja sama dengan LDII pada semua tingkatan. “Kami senang dan bangga kepada kawan-kawan di daerah bisa bekerja sama dengan LDII,” ujarnya.
Sementara jajaran pengurus DPP LDII menyambut kedatangan para perwira Polri itu antara lain, Sekretari Umum DPP LDII Dody Taufiq Wijaya, Ketua DPP LDII H. Iskandar Siregar, H. Basseng, Hj. Aselina Endang Triastuti, dan jajaran pengurus lainnya.
Dalam sambutannya Sekretaris DPP LDII Rioberto Sidauruk memaparkan tentang delapan bidang berkelanjutan LDII. Di antaranya bidang dakwah, kebangsaan, pendidikan, energi terbarukan, kesehatan dan obat herbal, ekonomi syariah, pertanian dan lingkungan hidup serta teknologi. Selain itu, Rioberto juga memaparkan tentang tujuan LDII dibentuk, yakni meningkatkan kualitas peradaban hidup, harkat dan martabat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam sesi tanya jawab, salah satu ketua Iskandar Siregar meminta Kapolri Listyo Sigit Prabowo untuk menjadi salah satu narasumber pada Munas LDII IX, yang akan dilaksanakan April mendatang. Acara ditutup dengan penyerahan cendera mata dan foto bersama. (Faqih/LINES)
Barokalloh..Jayalaha LDII..ajzkh