Nganjuk (12/11). Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa berkunjung ke Ponpes Al Ubaidah, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur pada Selasa (5/11). Kehadirannya disambut oleh Pengasuh Ponpes Al Ubaidah, Habib Ubaidillah Al Hasany.
Dalam kesempatan itu, ia juga bertemu dengan 600-an santri peserta tes dan diklat calon muballigh-mubalighot LDII, “Kehadiran Bu Khofifah bagi kami sangat luar biasa. Beliau bisa memberikan pembekalan kepada ratusan santri, yang hanya sebulan di sini. Dengan demikian Bu Khofifah bisa memberikan pengayaan materi diklat,” papar Habib Ubaid.
Berbicara di hadapan 600-an santri, Khofifah mengingatkan segmen yang sangat strategis untuk digarap, yakni Generasi Z atau Gen Z, “Dakwah di kalangan Gen Z sangat efektif apabua yang memberi nasehat adalah kawan sebayanya. Gen Z menyapa Gen Z,” ungkap Khofifah yang juga pernah menjadi Menteri Kesejahteraan Sosial itu.
Ia berpendapat, Generasi Z atau kerap disebut generasi rebahan yang lekat dengan gadget, bisa menerima pesan-pesan dakwah dari kawan seusianya, “Para mubaligh-mubalighoh bisa menjadi penuntun mereka. Bila teman yang jadi tuntunan akan semakin mudah,” paparnya.
Ia menjelaskan, Gen Z juga menghadapi persoalan-persoalan rumit terkait pendidikan dan pekerjaan. Mereka mengalami kesulitan membahasnya dengan orangtua. Namun, berbagi dengan kawan sebaya menjadi pilihan untuk mengurai masalah-masalah itu.
“Dengan memiliki kawan sebaya yang memiliki bekal keagamaan yang baik, berakibat Generasi Z tidak lepas dari koridor agama. Mereka tidak akan melakukan sesuatu di luar dari koridor keagamaan,” ujar Khofifah.
Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024 itu mengatakan, Generasi Z saat mengalami ketidakpuasan dan ketidaksuksesan kerap kali diikuti rasa ketidaksabaran mereka. Akibatnya, menuntun mereka berkonsultasi dengan referensi kawan yang memiliki kedalaman keagamaan yang baik. Dengan demikian mereka akan mendapatkan tuntunan yang baik.
Khofifah pun mengapresiasi kesempatan yang diterima, bisa mengunjungi kelompok-kelompok yang akan mengawal, mengantarkan, dan membimbing masyarakat, “Membangun karakter tidak bisa perseorangan, tapi kita harus menyiapkan kelompok-kelompok yang bisa membimbing, kemudian menggerakkan masyarakat untuk menjauhkan masyarakat dari kemungkaran,” tegasnya.
Ia juga mengajak para santri mengunakan dakwah dengan IT, terutama memanfaatkan media sosial. Dakwah semenit dengan media sosial bisa sangat efektif dibanding dakwah bil lisan, yang temponya cukup panjang, “Selain tidak bergantung pada tatap muka, mesia sosial bisa menjangkau jutaan orang meskipun dengan pesan rata-rata satu menit,” tutur Khofifah.
Ia pun mengajak santri untuk berlatih, membuat pesan dakwah semenit. Ia berharap para santri terus mengembangkan kemampuannya di bidang IT, agar pesan dakwah bisa langsung diterima masyarakat dengan mudah.