Kediri (24/10). Ketua Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Barokah Kota Kediri, KH Sunarto beserta beberapa pengurus menerima kunjungan Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Iim Halimatussa’diah pada Jumat (11/10), di Kediri, Jawa Timur. Kunjungan tersebut merupakan riset untuk penelitiannya mengenai pesantren dan isu lingkungan hidup.
Iim mengatakan, ia telah meneliti di beberapa pesantren di Jawa Timur. Ponpes Wali Barokah dijadikan sebagai salah satu fokus studi kasus, karena ia mengidentifikasi, mengumpulkan database pesantren yang memang memiliki konsen terkait lingkungan. Menurutnya, keragaman pesantren itu macam-macam, ada yang fokusnya di sampah, dan lain-lain.
“Kami menemukan Ponpes Wali Barokah ini salah satu pesantren yang memiliki konsen pada isu lingkungan, terutama pada aspek energi ramah lingkungan. Meskipun Wali Barokah juga punya program lain,” ungkap Iim yang juga peneliti di lembaga riset Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta.
Iim mendorong pemerintah supaya lebih merangkul dan mendorong inovasi-inovasi yang dilakukan pesantren supaya tidak hanya difokuskan di satu wilayah, tapi juga di wilayah-wilayah lain. “Pemerintah hendaknya mendukung inisiatif komunitas lokal dalam masyarakat, termasuk pesantren yang secara progresif mau menginisiasi, menemukan inovasi terkait transisi energi yang mungkin belum banyak dilakukan masyarakat secara umum di Indonesia,” ujarnya.
Dalam wawancara yang ia temukan, penting juga pemerintah untuk merangkul inisiatif ini dengan memberikan dorongan sekaligus memfasilitasi program transfer teknologi ke pesantren-pesantren, yang belum memiliki kapasitas terkait transisi energi. Terutama transisi energi seperti pengolahan sampah yang di dalamnya terdapat aspek teknologinya
“Kalau terkait panel surya yang teknologinya lebih sulit memang perlu pendampingan, maka pemerintah seyogyanya memfasilitasi inisiatif-inisiatif seperti ini. Sehingga inovasi dari pesantren dapat berkembang, dipupuk supaya lebih mekar, tidak sampai inisiatif ini layu dan mati,” lanjutnya.
Iim berharap, Ponpes Wali Barokah yang sudah mengembangkan teknologi energi terbarukan dengan PLTS Rooftop, dapat membagikan pengalamannya ke pesantren lain. “Pesantren-pesantren yang ingin belajar teknologi bisa saling sharing pengalaman, bisa dalam bentuk studi tiru, atau membuat forum saling belajar antar pondok, sehingga inisiatif pesantren bisa menular ke pesantren lain,” pungkasnya.
Sementara itu Ketua Ponpes Wali Barokah KH Sunarto mengatakan, dengan usia lebih dari 70 tahun, pondok ini mengalami kemajuan-kemajuan terutama tentang kelengkapan sarana prasarana, termasuk dari aspek tata ruang dan tata lingkungan. Prinsipnya pondok menjadi nyaman karena kebersihan pondok ini menjadi prioritas utama.
“Terutama dalam pengelolaan sampah dari rumah tangga rumah tangga pengurus maupun guru. Termasuk juga sampah dari dapur pondok, yang notabene kebutuhan makan para santri yang sepenuhnya disediakan oleh pondok,” ungkapnya KH Sunarto.
Menurut KH Sunarto, saat ini sumber daya listrik sangat penting dalam membantu proses belajar mengajar dan kegiatan-kegiatan penunjang lainnya di pesantren. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Rooftop yang dibangun pada tahun 2017 mampu menyuplai kebutuhan listrik di pondok dan menekan biaya operasional listrik hingga 40 persen.
“Alhamdulillah ini bisa dilakukan secara mandiri dan sudah beroperasi sejak Oktober 2018. Setahun kemudian oleh kementerian ESDM kita dibantu PLTS dengan daya relatif lebih kecil, serta ribuan lampu LED hingga dapat menekan penghematan-penghematan yang harus dibayar tiap bulannya,” ungkap KH Sunarto.
Karena berada di area perkotaan dan jumlah santri mencapai 3.000 lebih, maka fasilitas sanitasi juga tak luput dari perhatian pengurus. Ponpes Wali Barokah dianggap sebagai pelopor dalam hal penyediaan sanitasi lingkungan yang memadai. Perbandingan antara jumlah toilet kamar mandi dengan jumlah santri ini cukup ideal, yaitu sekitar 1 banding 10, sehingga tidak perlu lama mengantri.
Kalau fasilitas pondok tidak memadai maka akan berpengaruh pada kenyamanan, ini sangat tidak baik untuk keberlangsungan proses belajar mengajar. “Semua itu bermuara agar pesantren ini lebih nyaman, lebih sehat dan semua itu ada penunjangnya agar santri kita berperilaku hidup bersih dan sehat,” tutupnya.
KH Sunarto berpesan, apa yang telah disampaikan mudah-mudahan bisa memberikan penilaian, karena harapannya kalau ini dianggap sebagai kajian nanti akan ada tindak lanjut. (Mzdha)
Alhamdulillah
Isu lingkungan hidup dimulai dari pesantren guna membekali calon juru dakwah .