DPP LDII menggelar silaturrahim Syawal 2015 pada Selasa (11/08) dengan mengangkat tema “Memperkokoh Nilai-Nilai Moral dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”. Bagi LDII nilai moral memainkan peranan penting dan signifikan dalam perjalanan hidup suatu bangsa. Nilai ini tidak hanya bertahan ratusan tahun saja namun juga memperpanjang usia suatu negara. Hal ini diungkapkan Ketua Umum DPP LDII, Prof Dr KH Abdullah Syam, M.Sc.
Nilai moral ini menjadi pondasi sejak founding fathers meletakkan konsep moralitas dalam Pancasila. Agama diletakkan sebagai konsep pertama dalam pedoman negara. Hal ini berarti agama menjadi faktor terpenting. Yang kedua, kemanusiaan dan nasionalisme yang menjadi aspek demokrasi pada sila keempat dan keadilan pada sila kelima.
“Tanpa moralitas, pembangunan struktural dan fisik akan berjalan timpang. Kesenjangan antara si miskin dan kaya semakin lebar. LDII peduli terhadap pembangunan moralitas dari sisi religiusitas. Dengan penekanan moralitas tiap individu, dengan konsep enam tabiat luhur. Di samping itu akhlaqul karimah yang juga terus diterapkan kepada siapa pun,” ujar Abdullah Syam.
Ia menambahkan, pembangunan moralitas tidak hanya berhenti disini namun juga masih perlu kerja keras. Antar elemen masyarakat, tidak boleh saling menyalahkan agar moralitas terbangun dengan baik. Sehingga terhindar dari degradasi moral.
Di dalam kesempatan yang sama, dalam kata sambutannya Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama Prof. Machasin mengatakan, bangsa Indonesia hanya perlu membiarkan perbedaan, karena dengan perbedaan itu menjadi kaya. “Negara Indonesia ini negara besar, karenanya kita perlu merawat keberagaman,”ujarnya. Hal tersebut merupakan salah satu cara membangun moralitas bersama. Selain itu, melalui pendidikan bagaimana nilai-nilai itu tertanam, dengan cara pembiasaan dari contoh. Lembaga keagamaan sangat berperan penting disini.
Selanjutnya, Sekretaris PP Muhammadiyah, DR. H. Abdul Mu’ti, M. Ed., dalam tausiyahnya mengungkapkan rasa terima kasih dan syukurnya kepada LDII yang telah menyelenggarakan acara silaturrahim ini. Ia menegaskan, hal pertama yang penting adalah merawat Indonesia. Hanya saja, perlu komitmen bersama karena ini (Indonesia) milik bersama.
Kedua, Indonesia masih butuh kewilayahan sayangnya moralitas rontok. Karena yang memimpin negara bisa jadi mafia bukan ahli negara. Contohnya dengan kekuatan uang dan jaringan yang dimiliki, bisa mengatur pengadilan. Di sinilah agama harus hadir sebagai pemandu dan institusi untuk penerang Indonesia yang lebih baik. Kenyataannya selain itu, Indonesia bergeser dari monoteisme menjadi moneyteisme. Ketika moralitas tidak berdaulat, maka mereka yang tidak bermoral yang memimpin.
Hal ketiga, pada 2045, kita memiliki Indonesia yang maju. Perlu kita bangun Indonesia yang beranekaragam dengan kekuatan moralitas. Ini merupakan modal sosial membangun Indonesia. Prakteknya, berangkat dari husnudzon seperti dalam acara halal bihalal ini. Kepada org yang berbeda, kita harus positive thinking.
Kedua membangun cinta kepada sesama diatas perbedaan. Tasamuh penting, toleransi penting. Dan toleransi itu adalah bagian dari moralitas. “Bagaimana kita saling menginklusi bukan mengeksklusi, kedekatan personal antar tokoh, insya Allah kita akan memiliki Indonesia yang aman dan berkemajuan,” tandas Abdul Mu’ti sembari menutup acara silaturrahim Syawal. (Noni/LINES)