Balikpapan (2/8). DPD LDII Kota Balikpapan mengikuti secara daring penyuluhan pencegahan stunting yang diadakan oleh DPP LDII dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Acara ini juga disertai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara LDII dan BKKBN untuk kerja sama dalam mencegah stunting pada Sabtu (27/7).
Dalam kesempatan tersebut, Anggota Dewan Penasehat DPD LDII Kota Balikpapan, Budi Muhaeni mengatakan, penyuluhan ini adalah langkah konkret LDII dalam mendukung program pemerintah untuk menurunkan angka stunting di Indonesia, “Kami di LDII berkomitmen untuk memberikan pemahaman yang tepat mengenai pentingnya asupan gizi yang baik bagi anak-anak,” ujarnya.
Ia menambahkan, kerja sama antara LDII dan BKKBN melalui penandatanganan MoU ini menunjukkan bahwa pencegahan stunting membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak, “Kami berharap inisiatif ini dapat membawa dampak positif bagi masyarakat luas,” tambahnya.
Budi juga melanjutkan, kesehatan adalah salah satu pilar utama dalam pembangunan sumber daya manusia, “Melalui edukasi yang berkesinambungan, LDII Balikpapan juga ingin memastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang secara optimal,” lanjutnya.
Stunting bukan hanya masalah tinggi badan, tetapi juga berpengaruh pada kecerdasan dan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, memahami dan menerapkan pola makan yang sehat sejak dini sangatlah penting.
“Kami berharap melalui penyuluhan ini, para orangtua dan calon orang tua bisa lebih sadar akan pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan. Dengan asupan gizi yang tepat selama periode ini, kita bisa mencegah stunting dan menciptakan generasi yang lebih sehat dan cerdas,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua DPD LDII Kota Balikpapan, Herry Fathamsyah mengatakan, pertumbuhan dan perkembangan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan fondasi utama dalam membangun bangsa yang kuat dan berdaya saing tinggi.
“Salah satu tantangan besar yang kita hadapi saat ini adalah masalah stunting, yang tidak hanya berdampak pada tinggi badan anak tetapi juga mempengaruhi kecerdasan dan potensi mereka di masa depan,” ujarnya.
Ia melanjutkan, masyarakat harus mengenali stunting sejak dini. Data Kementerian Kesehatan RI Tahun 2023 menunjukkan bahwa 21,5 persen anak-anak Indonesia menderita stunting.
“Ini bukan hanya angka, tetapi representasi dari anak-anak yang masa depannya terancam karena kurangnya asupan gizi yang tepat selama periode 1000 Hari Pertama Kehidupan. Oleh karena itu, pemahaman dan tindakan pencegahan stunting harus menjadi prioritas kita bersama,” lanjutnya.
Dalam upaya menciptakan SDM yang berkualitas dan profesional religius, kita tidak bisa hanya fokus pada aspek akademis dan spiritual saja. Kesehatan fisik, yang mencakup pemenuhan gizi seimbang dan pencegahan stunting, juga harus menjadi perhatian utama.
“Anak-anak yang tumbuh sehat secara fisik akan lebih mampu menyerap ilmu pengetahuan dan memiliki daya tahan yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan hidup,” tuturnya.
LDII Balikpapan berkomitmen untuk mendukung program-program pemerintah dalam mencegah stunting, “Melalui kerja sama dengan BKKBN dan berbagai pihak terkait, kami berharap dapat memberikan edukasi yang menyeluruh kepada masyarakat tentang pentingnya asupan gizi yang seimbang dan pola hidup sehat,” pungkasnya. (FWI/LINES)