Blitar (24/7). Ketua DPD LDII Blitar yang juga anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sugiyono Abdul Mustofa dan Sekretaris FKUB Jamil Masyadi membahas kelestarian alam dengan konsep agama. Perbincangan tersebut dikemas dalam Talkshow FKUB di Radio Mayangkara FM, Blitar, Jawa Timur.
Program yang dipandu penyiar Dinda Puspa itu membahas bagaimana manusia sebagai khalifah di bumi, bertugas menjaga lingkungan untuk memastikan anak cucu bisa menikmati alam dengan baik. Jamil Mashadi mengatakan, “Agama mengajarkan untuk menjaga lingkungan,” ujarnya.
Fenomena dingin ekstrim di musim kemarau kata Jamil, membuat tanah tidak menyediakan pengairan yang baik. Sehingga tanaman cenderung kurang air dan terancam gagal panen. Talkshow itu diharapkan Jamil bisa mengajak para pejabat setempat hingga masyarakat peduli lingkungan, hingga menjadi kebiasaan. FKUB Blitar dalam hal ini menjalin kolaborasi dengan LDII membuat sosialisasi.
Dalam kesempatan itu, Sugiyono juga memaparkan delapan program prioritas pengabdian LDII untuk bangsa. Program itu adalah kebangsaan, dakwah keagamaan, pendidikan, ekonomi syariah, kesehatan herbal, ketahanan pangan dan lingkungan, teknologi digital, serta energi baru dan terbarukan.
“Pada 2018, LDII telah menggelar aksi go green dengan penanaman pohon di pesisir pantai, seperti Wonotirto dan sekitarnya. Program tersebut sudah tertata dan akan berkelanjutan,” ujar Sugiyono.
Ia menerangkan lebih lanjut, Indonesia sebagai paru-paru dunia perlu realisasi go green dan ketahanan bangsa dalam hal pengelolaan air, pangan, dan energi. “LDII punya konsen seperti itu karena umat Islam perlu air tak hanya untuk kelangsungan hidup, juga untuk ibadah. Sebagai umat Islam pasti perlu wudhu seharian,” ujarnya.
Sugiyono menambahkan, dalam pengabdian energi baru terbarukan, ponpes LDII telah menggunakan panel surya yang dipasang di atap. Selain itu, LDII akan melahirkan sekolah Adiwiyata yakni sekolah berwawasan lingkungan, “Sangat penting menyiapkan generasi penerus untuk merawat alam selanjutnya,” sahut Jamil.
Menurutnya, menjaga lingkungan juga perlu sinergi tidak hanya ormas dan lembaga pendidikan, tapi juga dengan pemerintah setempat. Pendidikan berbasis lingkungan di sekolah Adiwiyata, kata Sugiyono, dimulai juga dari pendidikan di keluarga.
Ia mencontohkan penampungan air tanah bisa diterapkan dengan biopori sehingga air tanahnya terjaga. Hal itu Sugiyono ungkapkan, menanggapi isu kurangnya air di wilayah Blitar dan sekitarnya untuk pengairan. Baik pengairan tanaman maupun kelangsungan hidup manusia, “Agama yang mengatur lini kehidupan, mengingatkan manusia juga untuk mengatur alam dengan baik,” ujarnya.
Senada dengan Sugiyono, Jamil juga mengatakan FKUB akan bersinergi lebih lanjut dengan berbagai ormas Islam lainnya. Agar kepedulian terhadap kebersihan lingkungan bisa menjadi materi dakwah di wilayah masing-masing ormas. “Kami mengajak isu menjaga kebersihan lingkungan, tidak hanya dikampanyekan tapi menjadi pembiasaan sehari-hari,” kata Jamil.
Menurut Sugiyono, budaya Indonesia mengenai keteladanan akan mempengaruhi kebiasaan anak-cucu melanjutkan pelestarian. “Apa pun yang kita lakukan hari ini akan berpengaruh pada masa depan. Sekecil apa pun yang dilakukan demi menjaga ketersediaan pangan dan air demi sumberdaya untuk anak cucu. Terapkan perilaku yang baik untuk lingkungan,” pungkasnya.