Yogyakarta (24/1). DPW LDII Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendukung konsep “open museum” atau museum terbuka yang diusung Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon. Konsep ini dianggap mampu memperkaya kehidupan masyarakat sekaligus melestarikan budaya secara berkelanjutan.
Dukungan tersebut disampaikan Ketua LDII DIY, Atus Syahbudin, yang juga inisiator Living Museum ProKlim Sangurejo, Sleman, (DIY), “Konsep ini tidak hanya membawa manfaat edukasi, tetapi juga mampu menjadi sarana memperkuat kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan dan budaya,” kata Atus pada Minggu (19/1).
Atus menambahkan, kampung iklim dapat menjadi salah satu implementasi nyata dari “open museum”. Di Sangurejo, kampung ini berhasil mengintegrasikan berbagai program edukasi lingkungan, seperti pemanfaatan air hujan, pengelolaan sampah, hingga pembuatan produk ramah lingkungan dengan konsep yang menarik dan interaktif. “Kami ingin menunjukkan bahwa pelestarian lingkungan dan budaya dapat dilakukan secara menyenangkan,” tambahnya.
Selain itu, LDII DIY juga memiliki rencana strategis untuk mengembangkan konsep serupa di wilayah lainnya, termasuk Kedung Pedhut di Kulon Progo, Desa Kranggan di Bantul, Desa Plosokerep di Gunungkidul, dan Umbulharjo di Kota Yogyakarta. Menurut Atus, setiap wilayah memiliki potensi unik yang bisa diangkat sebagai daya tarik budaya dan lingkungan.
“Kami sudah berdiskusi dengan pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Kolaborasi ini menjadi kunci keberhasilan mewujudkan kampung iklim yang juga berfungsi sebagai ruang belajar budaya,” ujarnya.
Sangurejo sendiri telah menerima penghargaan Program Kampung Iklim (ProKlim) Utama. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa pengelolaan lingkungan yang berorientasi edukasi dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat luas. “Kami berharap lebih banyak daerah dapat mencontoh Sangurejo sebagai model kampung iklim berbasis budaya,” ujar Atus.
Konsep “open museum” yang didukung LDII memiliki keunggulan berupa aksesibilitas yang lebih mudah bagi masyarakat karena berada di tengah kehidupan sehari-hari. Selain itu, konsep ini memungkinkan pengunjung untuk berinteraksi langsung dengan kegiatan edukatif, membuat pengalaman belajar lebih berkesan.
“Materi yang disajikan dalam museum terbuka sangat relevan dengan kehidupan masyarakat sekitar, menjadikannya lebih mudah dipahami dan diaplikasikan,” ungkap Atus. Ia juga menekankan bahwa museum terbuka dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat melalui pengembangan wisata edukasi.
LDII DIY percaya bahwa pelestarian budaya dan lingkungan memerlukan pendekatan kreatif dan inovatif. Dengan melibatkan masyarakat secara aktif, konsep ini diharapkan mampu menciptakan perubahan yang berkelanjutan. “Semangat gotong royong dan sinergi antara semua pihak adalah kunci utama keberhasilan,” pungkas Atus.