Yogyakarta (13/3). Penentuan awal Ramadhan 1446 H di Indonesia kembali dilakukan melalui metode rukyatul hilal yang digelar serentak di berbagai lokasi, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu titik pantauan utama berada di Pos Observasi Bulan (POB) Syeh Bela Belu, Kabupaten Bantul, Sabtu, (28/2). Kegiatan ini diikuti oleh sejumlah instansi, termasuk DPW LDII Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang rutin berpartisipasi dalam pemantauan hilal di lokasi tersebut.
Ketua Biro Pendidikan Keagamaan dan Dakwah DPW LDII DIY, Tri Bangun mengatakan, tahun ini tim rukyat LDII tidak hanya hadir untuk pengamatan, tetapi juga ikut serta dalam siaran langsung yang diselenggarakan oleh LDII TV. Ia menjelaskan, meskipun cuaca di Bantul kurang bersahabat, semangat peserta tidak surut.
“Sejak siang mendung tebal dan sempat hujan deras, sehingga ketika matahari terbenam pun tidak tampak. Jadi, hilal tidak berhasil kami saksikan secara langsung,” ujar Tri Bangun saat ditemui seusai kegiatan rukyat.
Menurut Tri Bangun, keterlibatan DPW LDII DIY dalam pemantauan hilal merupakan upaya mendukung penentuan awal Ramadhan secara ilmiah dan akurat. “Kami sudah tiga tahun terakhir aktif di POB Syeh Bela Belu. Ini adalah wujud komitmen LDII dalam mendukung proses rukyat yang transparan dan bisa dipertanggungjawabkan,” tambahnya.
Pantauan di POB Syeh Bela Belu kali ini dihadiri oleh berbagai lembaga seperti UIN Sunan Kalijaga, Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Islam Indonesia (UII), SMAIT Abu Bakar, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DIY, serta DPW LDII DIY, “Kehadiran mereka menambah semarak suasana di tengah kondisi cuaca yang kurang mendukung. Meski hilal tidak tampak, para peserta tetap antusias mengikuti rangkaian rukyatul hilal yang menjadi bagian penting dalam penetapan awal bulan Ramadan,” ujarnya.
DPW LDII DIY berharap ke depannya masyarakat dapat semakin memahami pentingnya metode rukyat dalam penetapan awal bulan Hijriah. Tri Bangun menegaskan, “LDII akan terus mendukung kegiatan-kegiatan pemantauan hilal seperti ini, karena selain untuk ibadah, juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya metode ilmiah dalam penentuan kalender hijriah.”