Sleman (13/12). DPW LDII Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menerima kunjungan 35 Pendeta Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB). Acara tersebut dilaksanakan di Aula lantai 2 kompleks Masjid Al Fattah Kalasan, Sleman, pada Jumat (8/12).
Silaturahmi ini menjadi salah satu agenda “Pelatihan Kebhinekaan dan Bina Damai” Angkatan II, kerja sama Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) Yogyakarta dan Bidang GERMASA GPIB.
ICRS merupakan konsorsium dari UGM, UIN Sunan Kalijaga, dan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta. Konsorsium ini bertujuan untuk mengembangkan studi keagamaan di Indonesia.
Materi pelatihan mencakup pemahaman akan kebhinekaan agama, politik dan agama, kemunculan radikalisme berbalut agama, hubungan antar agama, agama berkait lingkungan hidup serta penghargaan akan beragama dan berkeyakinan. Di samping itu, para pendeta GPIB ingin mengenali lebih dekat LDII dan beraneka ragam program kerja keagamaannya.
Ketua DPW LDII DIY, Atus Syahbudin, saat menerima rombongan menjelaskan tentang 8 program pengabdian LDII untuk bangsa. “LDII DIY menempatkan 3 di antaranya sebagai unggulan, yakni pendidikan, ekonomi syariah, serta lingkungan hidup dan ketahanan pangan,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim telah lama dimulai LDII. Warga LDII tidak merokok sehingga mendukung gerakan low carbon serta kerja sungguh dan berhemat (mujhid muzhid).
Selain itu, LDII DIY juga mendukung inisiasi Program Kampung Iklim di beberapa tempat se-Indonesia. “Salah satunya di Kampung Sangurejo Turi yang berhasil memperoleh Juara III Lomba ProKlim 2023 oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sleman,” pungkas Atus.
Ia kembali menekankan bahwa permasalahan lingkungan hidup beserta dampak kerusakan dan keberhasilnya itu tidak memandang agama dan keyakinan. LDII menginisiasi Kampung ProKlim untuk membantu KLHK mengatasi permasalahan lingkungan hidup. Isu lingkungan ini, peredaran oksigen dan air tidak memandang agama.
“Untuk itu, LDII senantiasa mengajak, mari bekerja sama mengatasi isu perubahan iklim,” ungkap Atus, yang juga anggota Departemen Litbang, IPTEK, Sumber Daya Alam dan Lingkungan (LISDAL) DPP LDII.
Setelah Gerakan “Dari Sampah Jadi Jariah” diluncurkan pada tahun 2022, LDII DIY memelopori Pelatihan Dai Proklim, Kyai Peduli Sampah, dan Jugangan Ing Omah (Jugangin Om). Pada Rakerwil LDII DIY 2023, 313 Kelompok Sedekah Sampah Berbasis Masjid diresmikan pula oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY, Kusno Wibowo.
Selanjutnya, dosen Fakultas Kehutanan UGM ini menjelaskan pula mengenai toleransi LDII dalam penggunaan suara sound masjid. LDII mengupayakan untuk sebisa mungkin tidak mengganggu tetangga yang tinggal di sekitar masjid.
“Kami memiliki kebijakan, salah satunya adalah suara sound masjid. Suara sound sistem masjid tidak harus selalu keluar. Kehadiran rutin pengajian harus disiplin dan tidak diumumkan melalui toa masjid. Kami berusaha memahami masyarakat sekitar,” terang Atus.
Perwakilan ICRS, Leonard Chrysostomos Epafras, mengungkapkan rasa senangnya atas penyambutan LDII. Perjumpaan ini meskipun singkat, namun semoga tambah mempererat persaudaraan terutama dengan LDII. “Semoga menjadi langkah untuk bekerja sama,” ungkap peneliti UGM dan media affairs yang menekuni studi inter-religious, religion online, Kristen, Yahudi, dan budaya populer.
Sementara itu, Pendeta Imanuel E. Raintung, perwakilan dari GPIB menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan ini. Ia pun sudah berteman lama dengan Ketum dan beberapa pengurus DPP LDII, serta mengunjungi berbagai Ponpes dalam naungan LDII.
”Kami atas nama Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat, di sini dalam rangka belajar tentang kebhinekaan, dan terpilihlah Lembaga Dakwah Islam Indonesia,” jelasnya.
Menurut Ketua II Majelis Sinode ini, pelatihan “Kebhinekaan dan Bina Damai” ini diharapkan bisa membantu pendeta maupun pemimpin gereja guna memahami kebhinekaan agama dan bangsa.
“Saya bersyukur tanggal 7 November yang lalu, berkesempatan menghadiri Rapat Kerja Nasional LDII yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo,” ungkapnya.
Pelatihan yang bertempat di Yogyakarta ini, menurut Ketua Departemen GERMASA, Pnt. Alex Mandalika, didukung oleh D’Senopati Hotel. GPIB merupakan gereja yang bekerja sama dengan ICRS guna pengembangan inklusifitas kelembagaan gereja.