Gresik (25/2). Biro Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat (EPM) DPW LDII Jawa Timur menggelar sosialisasi program One Pesantren One Product (OPOP), pada Minggu (23/2) di Gedung DPD LDII Gresik. Kegiatan tersebut untuk penguatan pemberdayaan dan kemandirian ekonomi pesantren melalui pengembangan produk unggulan.
Sekjen OPOP Jatim Mohammad Ghofirin mengatakan kehadirian OPOP guna menaikkan kelas kesejahteraan dan kemandirian ekonomi pesantren melalui peningkatan kualitas produk, pemasaran dan juga permodalan.
Sekjen OPOP Jatim yang kerap disapa Gus Ghofirin itu mengungkapkan, OPOP merupakan salah satu program prioritas Gubernur Khofifah Indar Parawansa dan Wakil Gubenur Emil Elestianto Dardak 2019-2024.
Gus Ghofirin menceritakan, sejak OPOP didirikan hingga 2024 pesantren yang tergabung dengan OPOP masih tercatat 1.210 anggota. Dengan demikian, pada 2025, pihaknya akan menyediakan 250 kuota bagi pesantren yang ingin bergabung dengan OPOP.
Dalam pengembangan OPOP, Gus Ghofirin berhasil membangun ekosistem tiga pilar, yakni Pesantrenpreneur, Santripreneur maupun Sosiopreneur. Melalui program tersebut juga dapat membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran dan menaikkan pendapatan daerah.
“Dengan adanya pemberdayaan ekonomi pesantren maka otomatis akan terjadi proses pemberdayaan masyarakat di sekitar pesantren. Dan di situlah kemudian persoalan pengangguran akan teratasi dan kesejahteraan bisa dimaksimalkan, Jika OPOP dijalankan dengan baik, kemudian pesantren betul-betul berdaya ekonominya, maka otomatis akan menaikkan pendapatan daerah,” katanya.
Sementara itu, Ketua Biro EPM DPW LDII Jawa Timur, Dadang Zahrawanugraha mengatakan salah satu tujuan kegiatan tersebut untuk mengembangkan citra positif pesantren. Agar tidak hanya dikenal sebagai pusat pendidikan agama, tetapi juga sebagai pusat pengembangan ekonomi kreatif.
Melalui OPOP, para santri akan mendapatkan pelatihan kewirausahaan, mulai dari produksi, pemasaran, hingga manajemen bisnis. Santri dan masyarakat diajarkan untuk mandiri secara finansial melalui keterampilan yang dipelajari.
Dadang mengungkapkan dari 63 pesantren naungan LDII, masih 10 pesantren yang tergabung dalam program OPOP. “Ini tentunya menjadi tantangan kami mendorong 53 pesantren untuk mendaftar dan mengikuti program OPOP,” ujarnya.