Efek pemanasan global kian terasa, yang menimbulkan berbagai bencana di antaranya tanah longsor, banjir bandang, kekeringan, kemarau, dan kebakaran. Bencana itu bahkan menjadi langganan di berbagai wilayah Indonesia.
Dalam rangka mengurangi global warming dan menjaga keseimbangan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sejak 2008 LDII LDII berkomitmen melakukan gerakan go green. Gerakan tersebut di samping sebagai praktik ibadah bil hal juga wujud kontribusi LDII terhadap cinta tanah air dan bangsa.
Pada tanggal 18-19 Juli 2014 bertempat di Aula Sriwijaya Hotel Musi Jayapura, pengurus LDII Kabupaten Jayapura Suparto,S.Sos, Desri Eko Winasis, dan Arrosyid diundang oleh Koordinator Daerah (Korda) Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (FK3I) Papua, untuk mengikuti kegiatan pembinaan kader konservasi. Kegiatan tersebut dilakukan selama dua hari, yang dihadiri oleh 36 peserta kader konservasi yang terdiri dari unsur kelompok pecinta alam, tokoh adat, tokoh masyarakat, pemuda masjid, pemuda gereja, mahasiswa, LSM, karang taruna, dan Pramuka.
Metode pembinaan Konservasi dalam acara tersebut menggunakan metode ceramah/presentasi, praktek, dan observasi di lapangan. Materi yang diberikan terdiri dari kawasan konservasi, pengenalan cagar alam, dasar-dasar ekologi, pengenalan jenis tumbuhan dan satwa liar, kepemimpinan dan team work, serta SAR dan P3K. Sedangkan observasi di lapangan bertempat di Suaka Alam Pegunungan Cycloop dan mendiskusikan hal-hal apa saja yang menjadi sebab akibat fenomena kerusakan hutan dan mencari solusi kongkritnya.
Acara tersebut dibuka oleh Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua yang diwakili oleh Kepala Bidang Tata Usaha BBKSDA Papua Sihono,S.Sos.,M.M. Dalam sambutanya ia mengemukakan bahwa, “Indonesia ini sebenarnya sangat kaya dengan keanekaragaman sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang mana dapat memberikan manfaat penuh bagi seluruh masyarakat. Namun potensi yang besar ini sudah mengalami penurunan kualitas dan kuantitas, yang disebabkan oleh pemanfaatan sumber daya alam hayati yang buruk dan adanya deforestasi yang tinggi,” ujar Sihono.
Menurutnya karena kerusakan sumber daya alam hayati dan ekosistem sudah cukup tajam yang nantinya akan berdampak buruk bagi lingkungan, maka Kementerian Kehutanan membentuk kader-kader konservasi disetiap daerah. “Kader konservasi sangat penting karena sebagai pelopor didalam pelestarian dan pengawetan sumber daya alam hayati dan ekosistem di lingkunganya maupun organisasinya,” tegasnya.
Sekretaris DPD LDII Kab. Jayapura Desri Eko Winasis mengemukakan bahwa, “LDII berkomitmen untuk menjadi pelopor, penggerak, fasilitator dan dinamisator untuk menjaga keseimbangan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilingkungan masyarakat, sehingga fungsi hutan sebagai sistem penyangga kehidupan tetap terjaga,” ujarnya. (Desri/Jayapura)