Jakarta (18/4). Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso memberi arahan dan membuka pelatihan rukyatul hilal yang diadakan Departemen Pendidikan Keagamaan dan Dakwah (PKD) DPP LDII di Pondok Pesantren (Ponpes) Minhaajurrosyiddin, Jakarta Timur. Ia berpesan, agar peserta dapat menerima perbedaan dalam proses pengamatan hilal dan konsisten mengasah kemampuannya.
Dalam pengamatan hilal, baik itu penentuan Bulan Ramadan maupun Bulan Zulhijah, masyarakat Indonesia seringkali menghadapi perbedaan penentuan awal waktu. Hal tersebut disebabkan perbedaan metode, baik itu dengan hisab maupun rukyat.
Namun KH Chriswanto Santoso menjelaskan, perbedaan adalah keniscayaan dan meyakini jika rukyatul hilal adalah bagian dari ibadah yang diajarkan Nabi Muhammad. Maka harus mempelajarinya secara teliti, untuk menentukan titik pengamatan dan perlu banyak berlatih.
“Pelatihan ini bukan untuk mempertajam perbedaan, tapi memahami bagaimana proses pengamatan hilal. Kita memahami bahwa perbedaan adalah suatu keniscayaan yang harus dihargai,” ujarnya.
KH Chriswanto Santoso mengatakan, teknologi saat ini sudah memudahkan pengamat hilal. Permasalahannya, bagaimana mereka bisa mengamati di titik yang tepat. Lalu memperhatikan rentang tempat melihat. Saat ini cuaca begitu rawan hujan terus menerus. Kalau hilal tertutup, maka selesai karena hilal tidak bisa terlihat.
“Kita perlu memperbanyak tenaga yang lokasinya dari Sabang sampai Merauke. Harapannya memperbesar peluang melihat hilal. Maka pengamat hilal harus punya pengalaman, bukan sekedar ilmu dan menghitung. Ini adalah keahlian yang terus menerus,” katanya.
Ia juga mengatakan kemampuan menyaksikan hilal bukan sekedar punya alat yang canggih. Jangan sampai hilal sudah terlihat, tapi karena masalah kemampuan akhirnya juga tidak bisa melihat,
Sementara itu, Ketua Departemen PKD DPP LDII Teddy Suratmadji menjelaskan, selama ini kiprah LDII hanya sebatas menghadiri undangan sidang Isbat di Kementerian Agama. Tahun ini DPP LDII sudah tiga kali melakasanakan pelatihan. Pelatihan pada Ramadan kali ini, diikuti peserta sebanyak 50 perukyat dari DPW LDII luar pulau Jawa. Mereka disiapkan teropong untuk pengamatan hilal daerah masing-masing.
“Mulai tahun ini LDII akan meningakatkan kontribusinya, diserahkan ke PKD DPP LDII untuk ikut merukyat. Insyaallah tahun pertama ini, DPP LDII akan melakukan pengamatan di 52 titik di Indonesia. Target ke depan, ada warga LDII yang berkontribusi dalam pengamatan hilal di semua titik di Indonesia,” katanya.
Materi yang di pelajari peserta antara lain kaidah falakiyah dasar penentu awal bulan Hijriyah. Lalu bongkar pasang dan penggunaan teropong. Terakhir, penggunaan aplikasi software “Hisab Rukyat Penentu Awal Bulan Hijriah dengan Berbagai Kriteria Awal Bulan”.
Menurut Hendro Setyanto, pemateri pelatihan rukyat hilal, menyarankan agar dalam pengamatan hilal, LDII turut mengajak dan mengedukasi warga. Menurutnya, dalam menjalankan ibadah, umat Islam juga mengandalkan pada pengamatan fenomena alam.
Bagi umat Islam, hilal adalah salah satu fenomena astronomi yang penting, karena penentuan awal bulan Ramadan dan Idul Fitri bergantung pada pengamatan hilal. Selain itu, hilal merupakan fenomena benda langit yang menarik untuk diamati dan dipelajari oleh masyarakat umum maupun para astronom.
“Astronomi atau ilmu falak merupakan ilmu yang disandarkan pada observasi. Akan sangat menarik kalau generasi muda kita ajak untuk menyaksikan fenomena alam tersebut secara langsung,” ungkap Hendro
Harapannya, peserta mendapat bekal ilmu yang cukup sebelum merukyat hilal. Sehingga tidak terjadi salah tafsir dalam melihat hilal. Ini hal yang penting untuk membantu pemerintah dalam menentukan awal bulan Syawal yang kali ini bertepatan dengan fenomena gerhana.