Tak ada satu pun keluarga muslim ingin rumah tangganya kandas di tengah jalan, karena perceraian adalah sesuatu yang dibenci Allah SWT. Memilih jodoh yang saleh itulah kuncinya.
Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nasaruddin Umar mengungkapkan perceraian di Tanah Air sudah melewati angka 10% dari peristiwa pernikahan setiap tahun. Angka perceraian sudah mencapai 354.000, ini sudah melewati angka 10% dari peristiwa pernikahan setiap tahun.
Nasaruddin mengaku prihatin bahwa sekarang 80% perceraian merupakan pasangan muda, baru 2-5 tahun berumah tangga. “Tingginya perceraian itu dapat berpotensi menjadi sumber permasalahan sosial,” katanya seperti dikutip dari bisnis.com edisi, Kamis (14/8/2014). Korban pertama yang paling merasakan dampaknya adalah anak-anak dan istri yang seharusnya memperoleh pengayoman dan perlindungan dari perkawinan.
Menurut Nasaruddin Umar akibat perceraian adalah memunculkan orang miskin baru. “Menjadi duda tidak ada bekasnya, tapi menjadi janda ada bekasnya, juga fitnah lebih rawan terhadap janda daripada duda, selain itu anak tidak berdosa menanggung akibatnya,” kata Nasaruddin.
Bagi DPD LDII Tangerang, membentuk rumah tanggah yang bahagia, sangat menentukan umat Islam untuk membangun bangsa di masa depan. Anak yang lahir dari keluarga bahagia yang mampu menanamkan nilai-nilai Islam, akan menjadi generasi unggul. Dua aspek itu hanya bisa terlaksana bila pemuda dan pemudi jeli dalam memilih pasangan hidup.
Berlatar tantangan itu DPD LDII Tangerang menggelar kegiatan Keputrian pada Minggu (14/9), yang mengundang 150 wanita berusia 17 tahun keatas di Masjid Nurul Aini. Acara yang mengusung tema “Cara Menerima Pinangan dan Tips Mendapatkan Suami Sholih” ini bertujuan memberikan pendidikan agar remaja putri, dapat mencari pasangan sesuai kriteria Rasulullah SAW. H. Abdullah Lucky Hasan selaku pembicara pada kegiatan tersebut, memberikan bekal bagaimana menjadi wanita sholiha.
Menurut Abdullah Lucky Hasan pasangan yang mudah mengakhiri pernikahannya dengan bercerai, menjadi salah satu parameter lemahnya akidah dan keimanan dari istri maupun suami, sehingga hal sepele bisa menjadi salah satu pemicu kegagalan Rumah Tangga.
Dalam kegiatan Keputrian kali ini, wanita LDII ditekankan untuk mencari seorang suami yang sholih. “Karena, untuk mencapai surga, jembatan bagi seorang wanita adalah dengan mencari suami yang sholih,” kata Lucky Hasan. Lucky menekankan mengapa mencari bukan dicari. karena wanita pun mempunyai hak untuk mencari dan melamar laki-laki.
Wanita yang melamar laki-laki tidak ada unsur kehinaan, justru itu perbuatan mulia. Pada zaman Nabi, ada seorang wanita bernama Soudah, melamar Nabi Muhammad SAW karena melihat sosok Nabi yang sangat sholih dan taat kepada perintah Allah dan Rasul. Namun, Nabi menolaknya dan wanita tersebut ditawarkan oleh Nabi untuk menikahi sahabat Nabi yang juga termasuk laki-laki sholih. “Masya Allah, sungguh mulia wanita tersebut. Ia memberanikan diri untuk melamar Nabi yang kepribadiannya sangat sholih hanya karena ia ingin mencapai surga Allah,” ujar Lucky.
Menurut Lucky Hasan sebenarnya wanita boleh memilih suami asal-asalan, yang penting asal sholih, asal faham agamanya dan asal baik budi pekertinya. Lucky juga menjelaskan, suami sholih itu merupakan jembatan bagi wanita menuju surga. Wanita butuh pendamping yang bisa menjaga, menghormati, mengajarkan dan mengarahkan dirinya untuk menjadi istri sholiha agar terhindar dari hal-hal yang dilarang Allah. Jika suami yang dipilih bukan suami sholih atau yang tidak mempunyai keimanan, maka wanita sulit merasakan manisnya keimanan dalam berumah tangga. Ini juga dilihat dari kadar cinta terhadap seseorang. Ketika wanita mencintai laki-laki secara nafsu (tidak sewajarnya dan tidak mengikuti syariat Nabi), maka hanya kebahagiaan dunia yang didapat.
“Cintailah orang yang kau cintai secara biasa-biasa saja, siapa tahu di suatu hari dia akan menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah orang yang kau benci secara biasa-biasa saja, siapa tahu di suatu hari dia akan menjadi orang ang kau benci,” begitu nasihat Lucky sembari mengutip hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi.
Ini berlaku juga untuk seorang wanita yang menikah dengan tanpa restu dan ridho orangtua, sehingga Allah pun tidak ridho dengan hubungannya. Nabi pun juga menasehati orangtua dalam haditsnya: Ketika orangtua memiliki pilihan untuk anak perempuannya, sedang anak perempuannya juga memiliki pilihan laki-laki yang dikenal sholih, maka Nabi memerintah orangtua untuk lebih mengalah pada anaknya dan anak perempuannya punya hak untuk memilih. Dengan begitu, apakah orang yang beriman masih bisa merasakan manisnya keimanan, sedangkan, manisnya keimanan yang paling utama itu adalah mencintai Allah SWT dari segalanya, mencintai seseorang hanya karena Allah SWT dan benci untuk menjadi kufur kembali.
Lucky menjelaskan Rasulullah SAW bersabda: dinikahinya perempuan atau laki-laki karena 4 hal: karena hartanya, karena keturunannya, karena rupanya, karena agamanya. Dan pilihlah karena agamanya, maka tidak akan rugi kamu (HR. Bukhori).
Lucky memberi resep para wanita untuk mendapatkan suami sholih, di antaranya memperhatikan diri sendiri. Apakah akhlak, budi pekerti, sudah pantas untuk mendapatkan suami sholih? Janji Allah, “Perempuan baik akan mendapatkan laki-laki baik, perempuan zina akan mendapatkan laki-laki zina, begitu sebaliknya,” ujarLucky Hasan memberikan tips bagi para peserta.
Untuk menjadi wanita sholiha harus meningkatkan ibadah pada Allah SWT, syariat dijalankan, rutinkan sholat malam, sholat tahajud, supaya terus bisa taqorrub ilalloh (mendekatkan diri pada Allah SWT), perbanyak doa, jauhi dosa karena salah satu penghambat doa tidak dikabulkan adalah banyaknya dosa. Untuk mendapatkan itu semua caranya adalah dengan memperbaiki diri. Luluk Sofiyani, salah satu peserta merasa telah mendapat wawasan baru mengenai cara menerima atau menolak lamaran, pun dirinya merasa lebih mantab dan yakin bahwa jembatan barokah untuk mencapai surga Allah ialah dengan memilih suami sholih.
So, tidak perlu menebak apa yang ada di pikiran pasangan, karena ketika membangun rumah tangga, bukan belajar menjadi dukun. Pun kita tidak perlu selalu harus merasa cocok atau merasa nyaman dengan seseorang, karena mencari pasangan hidup bukan mencari sepatu yang nyaman dipakai. Tanyakan saja kepada orangtua yang sudah menikah berpuluh tahun. Bahkan mereka pun masih sering salah paham, pun tidak selalu cocok atau nyaman dalam membina rumah tangga. Tetapi, hanya dengan selalu berpegang kuat kepada Allah SWT dan ridho terhadap qodar Allah SWT, suami istri bisa melewati rintangan untuk kehidupan yang lebih baik di akhirat. (Retno/LINES)