Surabaya (28/3) Bertambah pesatnya populasi penduduk dunia yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan, air bersih, dan energi akan menjadi pemicu munculnya konflik-konflik baru. Sementara itu, konflik-konflik di belahan dunia terjadi akibat persaingan kepentingan antarnegara untuk menguasai sumber energi. Untuk itu, diperlukan langkah antisipasi agar keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terjaga.
Untuk memberi wawasan tentang kebangsaan dan pertahanan keamanan, terkait dinamika internasional yang kian kompleks, DPD LDII kota Surabaya menggelar sarasehan wawasan kebangsaan bersama Korem 084 Bhaskara Jaya di Aula Ponpes Sabilurrosyidin, Surabaya, Sabtu (28/3).
Wawasan kebangsaan yang bertajuk “Peran Pemuda LDII Dalam Menghadapi Proxy War Untuk Menjaga Keutuhan NKRI” diikuti 200 peserta SMA dan Mahasiswa binaan DPD LDII kota Surabaya.
Di dalam materi proxy war, Danrem 084 Bhaskara Jaya, Kolonel Inf Muhammad Nur Rahmad memaparkan sifat dan karakteristik perang yang saat ini telah bergeser seiring perkembangan teknologi. Menurutnya, di masa yang akan datang, ketika energi fosil akan habis pada tahun 2043 dan digantikan dengan bio energi, sasaran konflik akan mengarah pada lokasi sumber pangan yang sekaligus merupakan sumber energi.
Proxy war ialah perang dari berbagai aspek (politik, ekonomi dan budaya) yang menggunakan pemain pengganti, untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan mengurangi risiko konflik langsung, yang menyebabkan kehancuran fatal. Biasanya, pihak ketiga yang bertindak sebagai pemain pengganti adalah negara kecil, namun kadang juga bisa nonstate actors yang dapat berupa LSM, ormas, kelompok masyarakat, atau perorangan. Melalui perang proxy ini, tidak dapat dikenali dengan jelas siapa kawan dan siapa lawan, karena musuh mengendalikan nonstate actors dari jauh.
“Mengapa negara-negara tersebut melakukan proxy war? Karena mereka berpikir ke depannya daripada energi habis untuk berperang lebih baik dikelola. Maka dari itu mereka memanfaatkan proxy war,” ungkap Nur Rahmad.
Salah satu bentuk proxy war ialah munculnya gerakan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Mereka berusaha memberontak pemerintahan yang sah dan menghancurkan sebuah negara. Mereka telah mendapat pasokan senjata dan dilatih berperang. Gerakan seperti ini tidak boleh masuk di Indonesia.
“Pemuda LDII merupakan pilar generasi penerus bangsa dan negara yang sangat dibutuhkan. TNI tidak akan main-main setelah ini seluruh peserta nantinya kami latih bela negara dan nantinya akan mendapat sertifikat. Ketika negara dalam keadaan darurat Pemuda LDII harus berani dan siap melawan proxy war,” ujar Nur Rahmad di hadapan peserta.
Ketua DPD LDII Kota Surabaya, Drs. H. Amien Adhy menyambut baik atas terselenggaranya wawasan kebangsaan seperti ini. Amien Adhy mengungkapkan, bangsa Indonesia setelah melewati reformasi tahun 1998 nyaris pendidikan nasionalisme bangsa ini telah terabaikan, yang ada malah hiruk pikuk politik dan kekuasaan. Sehingga kepentingan nasional, kepentingan dalam bela negara nyaris tidak ada yang memperhatikan.
“Generasi penerus adalah keinginan kita bersama untuk mencapai generasi yang professional religius. Untuk mencapai itu kita harus senantiasa ingin terus mendapatkan gemblengan-gemblengan salah satunya wawasan kebangsaan bersama TNI khususnya Korem 084 Baskhara Jaya. Dengan harapan 10-20 tahun yang akan datang kita siap untuk mempertahankan kedaulatan NKRI, Pancasila serta UUD 1945 sebagai panduan hidup berbangsa dan bernegara,” papar Amien Adhy.
Bhenika tunggal ika, lanjutnya, ialah landasan yang dimiliki bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa besar yang disegani oleh negara lain. Haqiqinya kita dilahirkan di Indonesia walaupun berbeda suku, ras dan budaya kita jaga persatuan dan kesatuan demi keutuhan NKRI. (Sofyan/LINES SURABAYA)