Jakarta (8/11). Indonesia menjadi negara ketiga tingkat kebocoran data tertinggi di dunia. Hal itu disebutkan oleh pengurus Bidang Telematika Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI, Ferry Preska Wathan dalam “Pertahanan Siber dalam Prespektif Geopolitik untuk Indonesia Emas 2045”.
“Indeks pertahanan Indonesia masih di bawah rata-rata. Data menunjukan Sumber Daya keamanan Siber Indonesia masih 4,72 persen dibanding rata-rata biasanya mencapai 6,86 persen,” ungkap Ferry saat memberi pembekalan di Rakernas LDII, di Grand Balroom Minhaajurrosyidin, Rabu (8/11).
Menurut Lemhannas pertahanan siber merupakan suatu upaya menanggulangi serangan siber, yang menyebabkan terjadinya gangguan terhadap penyelenggara pertahanan.
“Ketahanan siber menjadi sangat penting sebab serangannya sudah melalui infrastruktur digital negara. Mulai dari sistem perbankan dan layanan BPJS sehingga terjadi disinformasi yang menimbulkan gejolak multidimensi,” katanya.
Ferry melanjutkan Indonesia merupakan negara yang strategis dalam hal sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Kondisi ini menjadi perhatian pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045, dengan membangun manusia dalam penguasaan IPTEK.
Menurutnya Indonesia terus bergerak dalam mengembangkan dan memanfaatkan IPTEK, dengan sistem digitalisasi ke setiap penjuru. Tujuannya untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kebocoran data kembali.
“Di samping itu, pemerintah sudah melakukan beberapa gerakan seperti transfomasi digital dengan berbagai sistem seperti Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik (SPBE), Satu Data Indonesia (SDI) dan lainnya,” katanya.
Dari upaya yang sudah dilakukan pemerintah, Lemhannas berharap dengan sistem yang dimiliki, pemerintah dapat meningkatkan pertahanan siber di Indonesia.
Semoga yang diberi amanah menjaga kerahasiaan data di NKRI inimenjalankan amanahnya dengan baik sehingga keutuhan NKRI baik SDA,SDM juga kewilayahannya bisa terjaga