Suprapto, warga LDII asal Daerah Istimewa Yogyakarta menerima Surat Keputusan (SK) Guru Besar dari Universitas Gadjah Mada pada Desember 2024 yang lalu. Ia mengungkapkan, semua itu tak lepas dari karunia dan petunjuk dari Allah SWT.
“Saya menjalani tahap demi tahap, sesuai dengan aturan yang berlaku. Alhamdulillah dengan dukungan dari keluarga dan izin Allah SWT, bisa sampai di posisi ini,” ujar Suprapto.
Suprapto menceritakan, semua diawali setelah menyelesaikan S1 jurusan Matematika UGM. “Saya melanjutkan S2 Ilmu Komputer, Sandwich program UI dan Universitas of Maryland University Collage (UMUC) Washington, USA, bersama 27 teman dari PTN lainnya,” tuturnya.
Selanjutnya, ia mengungkapkan, pada tahun 2008 mulai kembali mengajar di UGM, dan tahun 2009 melanjutkan S3 Ilmu Komputer di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM.
“Sekolah di tempat sendiri ada kurang lebihnya. Kurangnya, dari ketersediaan waktu untuk melakukan penelitian, karena masih mendapatkan tugas mengajar. Tetapi kelebihannya tidak perlu tambahan biaya hidup karena masih mendapat pemasukan dari tugas mengajar dan lainnya,” jelasnya.
Suprapto menjelaskan, dalam menyelesaikan pendidikan S3 membutuhkan waktu lebih lama dari biasanya karena harus membagi waktu dengan pekerjaan yang masih menjadi tanggungjawabnya. Setelah berhasil lulus S3, ia mengaku semakin banyak melakukan kegiatan untuk memenuhi persyaratan pengajuan kenaikan jabatan fungsional sebagai Guru Besar.
”Setelah lulus S3 saya disibukkan dengan pengumpulan kredit poin **sebagai syarat pengajuan kenaikan Guru Besar. Mulai dari publikasi internasional baik sebagai first author maupun bersama mahasiswa S3 Ilmu Komputer lainnya sebagai co-author. Sampai melakukan kegiatan pengabdian masyarakat bersama dosen lainnya,” terangnya.
Pria yang mempunyai nilai Matematika unggul sejak SMA tersebut mengaku termasuk orang yang teoritis, sehingga mengambil topik bahasan tentang graph saat skripsi dan tesis. Saat S1 Matematika, ia mengambil topik skripsi tentang aljabar graph sedangkan, untuk tesis S2 algoritma graph yang disesuaikan bantuan komputer atau pemrograman.
“Singkatnya, graph adalah sebuah representasi yang bisa digunakan untuk memodelkan peta kota, peta transportasi, komunikasi di media sosial dan seterusnya. Sedangkan untuk topik disertasi saya tentang translasi dari bahasa pemodelan (Promela) ke bahasa pemrogaman (Java),” terangnya.
Suprapto mengaku dalam proses pengerjaan disertasi tidak menjumpai kendala yang signifikan yang dapat menghentikan prosesnya. Ia bercerita tantangan yang cukup menantang adalah kesabaran untuk tetap berproses meski mendapat hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
”Pengerjaan disertasi saya tidak membutuhkan data selain sampel-sampel kode bahasa Promela untuk sebuah model. Tetapi membutuhkan alokasi waktu yang cukup untuk mempelajari dan menganalisis agar dapat memahami dengan baik dan benar tentang sintak dan sematik untuk kedua bahasa pemodelan, baik Promela maupun Java. Selanjutnya, mendefinisikan aturan-aturan translasinya,” ujarnya.
Translasi disertasinya merupakan implementasi secara otomatis khususnya dalam bahasa pemograman Java dengan keterbatasannya, yaitu masih ada kode-kode dalam model yang belum bisa ditranslasi secara otomatis menjadi kode-kode program dalam sistem atau aplikasi. Suprapto berharap, disertasinya dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. (Nabil)