Jakarta (20/12). Literasi keuangan merupakan bagian penting sebagai salah satu jalan untuk menemukan berbagai solusi kehidupan. Literasi keuangan juga penting bagi seorang ibu rumah tangga. Pasalnya, mereka memiliki peran utama dalam mengurus pengeluaran dan mengatur kebutuhan sehari-hari.
Dengan latar belakang tersebut, DPP LDII mengadakan webinar seri kemandirian wanita dengan tema “Literasi Keuangan untuk Ibu Tangguh, Keluarga Utuh, Indonesia Tumbuh” yang diadakan secara daring pada Sabtu (18/12/2021).
Acara ini menghadirkan Ketua DPP Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) Siti Nur Annisa, sebagai salah satu pemateri menyampaikan pemahaman literasi mengatur keuangan keluarga mulai dari prinsip, pola, dan hal-hal yang perlu dipersiapakan.
Dalam Prinsip keuangan keluarga, bisa dimulai dari pengelolaan keuangan dengan melakukan perencanaan dalam menggunakan uang. Menurut Annisa, menambah pemasukan keuangan, berarti melakukan sebuah usaha dan perlu strategi yang bisa menambah pemasukan, baik secara tetap sesuai dengan kebutuhan, serta membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
“Di era digital saat ini sangat luar biasa pengaruh-pengaruh terutama bagaimana para penjual membuat iklan sehingga kita seakan-akan membutuhkan benda atau barang tersebut,” tutur Nisa.
Selanjutnya, Nisa memaparkan tentang pola pikir keuangan keluarga untuk mengetahui bagaimana cara mengelolanya. Hal yang harus dilakukan di antaranya adalah dengan mengelola pikiran. Menurutnya, pikiran mampu memberi kekuatan terhadap diri sendiri, bahkan hasil penelitian menjelaskan bahwa setiap hari manusia mengeluarkan 60.000 pikiran dan di antaranya terdapat 48.000 pikiran negatif.
“Terkadang kita tidak menyadari telah mengeluarkan 60.000 pikiran yang berkecamuk dalam kepala kita, sehingga yang perlu disadari bahwa pikiran memberi kekuatan. Sehingga tanpa disadari kita sering kali melakukan sabotase pikiran, yaitu tindakan melukai diri sendiri baik secara sengaja ataupun tidak yang menyebabkan muncul pikiran negatif secara otomatis dari dalam diri hingga menghambat tindakan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Nisa menyampaikan hal-hal yang perlu dipersiapkan ketika mengatur keuangan keluarga dengan membuat perencanaan tujuan atau cita-cita. Perlu diperhatikan, agar tidak membandingkan pencapaian diri dengan orang lain dalam mengatur keuangan keluarga. Karena hal tersebut membuat kita menjadi kehilangan tujuan atau cita-cita. Lalu menentukan apa arti pengeluaran yang menghasilkan, tidak selalu berupa uang atau materi tapi bisa berupa dari awal tujuan kita sehingga menghasilkan baik itu tenaga, energi, kesehatan, rasa, perilaku, dan lain sebagainya.
Selain itu, dalam setiap sesi pemaparan materi Nisa juga menampilkan video testimoni dari Diah Herawati, tentang pendapatnya mengenai arti kemandirian bagi seorang perempuan.
“Perempuan harus mengoptimalkan potensi dirinya sehingga mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain. orang tua saya juga selalu berpesan kepada saya seperti itu juga.” tutur Wati.
Kemandirian juga bermakna luas, mulai dari kemandirian fisik yang mengelola menu harian, keuangan, kesehatan. Kemandirian dalam mengatur emosi untuk mengungkapkan perasaaan/pendapat. Kemandirian bertindak dalam mengambil keputusan serta kemandirian nilai, yaitu mengerti mana yang benar-salah, hak-kewajiban, penting-tidak penting, jujur, emosi, tanggung jawab dan menghargai.
Pada penutupan sesi, Nisa mengajak untuk menentukan apa makna bahagia, sejahtera versi diri sendiri. “Kalau kita bisa menentukan, maka kekuatan atau daya jiwa/psikologis kita akan meningkat, sehingga lebih mantap dan mengenali bagaimana karakteristik keluarganya, tidak membanding-bandingkan diri dengan orang lain,” ujarnya.
Selain itu, menurutnya, dengan mengetahui mengelola keuangan keluarga, menambah pemasukan, sehingga muncul rasa nyaman dalam diri hingga akhirnya tumbuhlah rasa syukur. “Yang demikian itu membuat kita bisa lebih mandiri, tangguh dan membuat Indonesia menjadi lebih tumbuh,” pungkasnya. (Dita/Laras/LINES)