JAKARTA, KOMPAS.com —Mediamassa mainstream saat ini dinilai sudah banyak dikuasai oleh elite-elite politik yang mempunyai berbagai kepentingan. Oleh karena itu, mediasosial yang netral dan bebas dari kepentingan tertentu bisa dijadikan sebagai alternatif. Demikian disampaikan Ketua Forum Telematika KTI Hidayat Nahwi Rasul dalam diskusi bertajuk Peran Media Sosial dalam Meningkatkan Kualitas Demokrasi Indonesia di Jakarta, Selasa (12/11/2013).
“Media massamainstreamsekarang justru banyak dikuasai tokoh-tokoh partai politik yang inginnyapres.Metro TVdikuasai Surya Paloh,TV Onedikuasai Aburizal Bakrie,” kata Hidayat.
Karena telah dikuasai oleh elite politik, konten-konten yang ada dalam mediamainstreamdinilai Hidayat bersifat tidak netral. Konten tersebut, lanjutnya, dapat membahayakan kualitas demokrasi yang ada di Indonesia.
“Sebaliknya, media sosial bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu karena penggunanya adalah masing-masing individu,” lanjut Hidayat.
Pada tahun 2013 ini, menurut Hidayat, sekitar 80 juta penduduk Indonesia telah tersambung dengan internet. Sekitar 60-70 persen dari jumlah tersebut menggunakan media sosial, seperti Facebook, Youtube, Path, dan sebagainya.
Dengan jumlah yang masif tersebut, lanjut Hidayat, media sosial akan sangat efektif jika digunakan sebagai media baru untuk mengawal kualitas demokrasi di Indonesia, apalagi media sosial juga menurutnya memilikifeedbackyang cepat. Setiap individu bisa memproduksi dan bisa pula mengonsumsi informasi sehingga terjadi kecepataninput-outputinformasi.
“Jadi, kalau media sosial ini digunakan dengan benar, saya yakin ini bisa menjadi media baru untuk mengawal kualitas demokrasi di Indonesia,” pungkas Hidayat.
Sumber: Kompas.com