Yogyakarta (2/11). DPW LDII Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar acara “Akrab Muda 2024” pada 26-27 Oktober 2024, bertempat di Youth Center, Yogyakarta. Acara ini bertujuan untuk mempererat keakraban di antara mahasiswa baru tahun ajaran 2024, sekaligus memperkenalkan mereka pada budaya khas Yogyakarta.
Kegiatan itu dihadiri lebih dari 100 mahasiswa, Akrab Muda menjadi wadah untuk memahami nilai-nilai budaya yang berlaku di kota yang dikenal sebagai pusat kebudayaan ini.
Acara ini diisi dengan berbagai kegiatan, termasuk sesi materi yang dipandu oleh Gus Suryo, seorang pendakwah dan budayawan. Gus Suryo, yang juga merupakan pendekar beladiri Persinas ASAD menyampaikan materi dengan tema “Penggabungan Tiga Sukses Generus dengan Budaya Jogja.”
“Tiga Sukses Generus ini meliputi akhlak mulia, ilmu pengetahuan, dan kemandirian, yang diharapkan dapat menjadi landasan bagi mahasiswa baru untuk menyesuaikan diri di lingkungan baru,” ujar Gus Suryo.
Di awal sesi, Gus Suryo mengajak peserta untuk bertepuk Pramuka sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah gerakan Pramuka di Jogja. Ia menjelaskan peran Sultan Hamengkubuwono IX sebagai “Bapak Pramuka” yang berkontribusi besar dalam pengembangan gerakan ini di Indonesia, “Hal ini menjadi pengantar yang baik untuk menyampaikan nilai-nilai luhur budaya Jogja yang menjadi fokus dalam seminar,” katanya.
Mengusung tema adaptasi budaya, Gus Suryo menekankan pentingnya pemahaman terhadap unggah-ungguh, tata krama yang mencerminkan keramahan dan sopan santun masyarakat Jogja. Ia meminta mahasiswa baru yang berasal dari luar Yogyakarta untuk mengangkat tangan, dan hampir setengah dari peserta mengaku berasal dari luar wilayah ini.
Gus Suryo kemudian menjelaskan bahwa sikap ramah, seperti menyapa dengan senyum dan menggunakan bahasa yang sopan, sangatlah penting dalam berinteraksi dengan orang lain di Jogja.
Selama sesi tersebut, Gus Suryo tidak hanya memberikan teori, tetapi juga meminta mahasiswa untuk mempraktikkan tata krama dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengajak salah satu mahasiswa baru untuk menunjukkan cara berbicara dan bersikap dalam konteks sosial di Jogja. Misalnya, cara membawa minuman di atas nampan dan tata cara meletakkan gelas, di mana orang Jogja akan mengucapkan “monggo” sebagai ungkapan keramahan setelah gelas diletakkan di depan mereka.
Gus Suryo juga menjelaskan pentingnya menata sandal saat memasuki ruangan, sebagai bentuk adab dan penghormatan yang diwariskan oleh Sultan Agung, “Kebiasaan ini mencerminkan nilai kesopanan yang melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jogja. Dengan mengadopsi tradisi ini, mahasiswa baru diharapkan dapat lebih mudah beradaptasi selama masa studi,” jelasnya.
Sebagai penutup, Gus Suryo menegaskan bahwa memahami dan mempraktikkan nilai-nilai budaya Jogja akan menjadi bekal penting bagi mahasiswa baru. Ia berharap agar mereka dapat menjunjung tinggi nilai budi pekerti, menjaga keakraban dengan sesama, dan membangun sikap mandiri selama mereka tinggal di perantauan.
“Acara Akrab Muda 2024 diharapkan tidak hanya menjadi ajang keakraban, tetapi juga sebagai langkah awal bagi mahasiswa baru untuk membentuk karakter yang kuat dan menghargai budaya lokal,” pungkasnya. (FWI/Thesa)