Tegal (25/12). Ibu adalah madrasah atau sekolah pertama bagi anak. Ibu memegang peran kunci dalam mengantarkan anak menjadi anak yang berkarakter, berakhlak mulia, generasi yang cerdas, faqih dan alim. Demikian sambutan Wakil Bupati Tegal, Hj Umi Azizah dalam acara Seminar Parenting Skill yang diselenggarakan LDII Kabupaten Tegal di Gedung YAUMI CENTER Slawi, Minggu (25/12). Acara yang mengusung tema: Ibu Berdaya, Anak Terbina, Keluarga Sejahtera, Negara Jaya, dengan menghadirkan narasumber Dra Hj Nana Maznah Prasetyo, M.Si, dari S.A.T.U. Consulting – Lembaga Psikologi dan Bantuan Mediasi Jakarta, salah satu penerima penghargaan sebagai Pegiat Pendidikan Keluarga 2016 dari Kemendikbud.
Lebih lanjut Umi menguraikan, kebanyakan para remaja pada saat mau menikah dilatarbelakangi ketertarikan biologis, bukan bagaimana sholatnya, akhlaknya. Mereka tidak memahami tanggung jawab besar setelah menikah, hal inilah yang memicu tingginya angka perceraian, yang terus menerus cenderung meningkat jumlahnya, sehingga perlu diantisipasi bersama, antara lain dengan menjalin komunikasi yang baik antara suami istri.
Terkait pesatnya teknologi informasi, Umi juga mengingatkan untuk mewaspadai hadirnya gadget di dalam keluarga. Komunikasi anak dengan orang tua akan semakin berkurang, anak lebih asyik dengan handphone-nya ketimbang berkomunikasi dengan orang tuanya. Oleh sebab itu, orang tua harus terus mendampingi anak saat menggunakan handphone. Adanya Bonus Demografi yang akan terjadi di Indonesia tahun 2020 yang dibarengi kemajuan teknologi era global harus dibarengi dengan generasi yang unggul berkualitas, dengan demikianperan ibu sangat penting.
Ketua DPD LDII Kabupaten Tegal, H. Walidi, dalam sambutannya menjelaskan bahwa kegiatan Seminar Parenting Skill yang juga dimeriahkan dengan Bazar Remaja dari PC dan PAC se-Kabupaten Tegal didasari mengingat pentingnya peran orang tua khususnya ibu dalam mengasuh anak, karena merekalah kelompok sosial pertama yang dikenal anak, dan melalui mereka anak memperoleh berbagai pengalaman dan pengetahuan yang menjadi landasan bagi perkembangan kepribadiannya.
Menjadi orang tua merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindarkan dalam perjalanan hidup anak manusia. Namun menjadi orang tua yang sekaligus guru pertama dan utama bagi anak ternyata tidaklah mudah. Dalam kenyataanya menjadi orang tua bukanlah tugas yang mudah, karena seringkali orang tua dalam menjalankan perannya tidak dibekali pendidikan yang intensif seperti halnya pendidikan formal yang diterimanya di bangku sekolah/kuliah. Sebagai akibatnya bisa saja muncul berbagai permasalahan dan kesulitan yang dialami orang tua, seperti misalnya kesulitan dalam berkomunikasi, menerapkan disiplin, anak kurang bertanggung jawab, anak tidak mandiri, konflik orang tua anak, dan sebagainya.
Seminar yang juga dihadiri Ketua GOW Hj. Nur Khasanah beserta utusan organisasi wanita se-Kabupaten Tegal tersebut menghadirkan nara sumber Dra. Hj. Nana Maznah Prasetyo, M.Si dari Jakarta, bertujuan memberdayakan peran ibu serta memberikan bekal dalam mengasuh putra/putrinya untuk mewujudkan Generasi Emas Indonesia Tahun 2045. Selaras dengan tiga target pembinaan generasi penerus LDII, yakni remaja yang 1) ‘alim dan faqih memiliki ilmu dan faham agama; 2) memiliki akhlaqul karimah; 3) memiliki keterampilan untuk hidup mandiri.
Sementara Nana Maznah Prasetyo, dalam paparannya mengangkat topik Mengasuh dan Berkomunikasi Secara Positif. Mengapa orang tua dan guru harus memahami pengasuhan? Masa depan bangsa Indonesia 10 – 20 tahun lagi sangat ditentukan oleh generasi muda saat ini. Tumbuh kembang anak akan maksimal bila dididik oleh pendidik yang utama, yaitu orangtua dan guru, yang berkualitas. Dengan demikian orang tua dan guru sangat perlu meningkatkan kualitas dirinya melalui pelatihan.
Untuk mewujudkan cita-cita bangsa melahirkan generasi muda yang tangguh dan berkarakter unggul melalui pelatihan dan pengayaan untuk orangtua dan guru. Adapun pengertian pengasuhan merupakan proses membesarkan dan mendukung perkembangan fisik dan mental yang juga meliputi pikiran (intelektual), emosional, sosial, spiritual dari bayi hingga dewasa dengan tujuan, untuk menghasilkan generasi muda yang cerdas dan sehat.
Untuk memperjelas tugas dan peran ibu, Nana Prasetyo yang juga terlibat dalam penyusunan Seri Buku Untuk Orang Tua tersebut juga merinci tugas orang tua usia 0-2, 2-4,4-6,6-12, 12-18, dan seterusnya. Mengakhiri paparanya, Nana Prasetyo mempertegas bahwa anak ibarat kertas putih, apa yang diajarkan itulah yang ia pelajari; apa yang dengar itulah yang akan dia ucapkan; apa yang dirasakan itu pulalah yang akan mereka katakan; apa yang mereka lihat itulah yang akan mereka lakukan. Setiap Orang tua “kapanpun”, “di manapun”, dan dalam “kondisi apapun”, perlu berkomunikasi yang baik dan positif karena akan membantu perkembangan anak menjadi lebih baik. (Walidi/LINES)