Jakarta Selatan (28/1). Era digital mengakibatkan informasi yang bersifat positif dan negatif berhamburan dalam internet. Era digital juga memungkinkan tampilan media massa kian menarik, sehingga kian menarik pembaca. Terpaan informasi negatig mengakibatkan patologi sosial atau masyarakat yang sakit, yang ditandai dengan kerusakan moral, konsumerisme, dan egoisme. Untuk menjaga agar tak terbawa pengaruh negatif, generasi muda harus memiliki keimanan yang baik, sekaligus mampu memilih bacaan yang sehat.
“Sejak akhir 1997, generasi muda LDII Jakarta Selatan telah menerbitkan Majalah Generus (Generasi Penerus), namun majalah itu berhenti terbit karena kru-nya mengerjakan Majalah Nuansa Persada. Generus menjadi pionir bacaan yang sehat bagi generasi muda saat itu,” ujar Rully Kuswahyudi, salah satu pendiri Majalah Generus. Majalah Generus terus eksis hingga kini, namun bermetamorfosa menjadi buletin, dengan pengelola yang berbeda pula.
Pada 24-25 Januari 2015, pengurus Buletin Generus mengadakan pelatihan jurnalistik untuk meningkatkan kualitas buletin tersebut. Acara yang diadakan di ruang rapat Yayasan Bina Insa Mulia itu menghadirkan praktisi public relation, media massa, dan komunitas fotografi, sebagai pembicara. Mereka belajar mengenai penulisan, manajemen surat kabar, hingga proses mencari iklan, dan meluaskan target pembaca. Para pembicara yang hadir antara lain, Joko Hariyanto praktisi kehumasan, Ludhy Cahyana dari LDII News Network sekaligus produser Beritasatu News Channel, Aldy dan Wildan dari Rumah Studio Photography, dan Reza Anugerah dari Gensela.
“Omset majalah Tempo dan Harian Kompas mencapai miliaran rupiah, namun semua itu tidak dibangun dalam sekejap mata. Kalian harus yakin apa yang kalian bangun akan besar. Membuat media massa bukan sekadar menulis, jepret! Jadi foto, dan cetak. Kalian harus membangun sistem selayaknya dari kapal layar menjadi kapal induk,” ujar Ludhy Cahyana.
Hal yang paling ditekankan adalah konsistensi peserta untuk membangun rubrik yang baik. Dalam membuat rubrik hendaknya memperhatikan siapa segmentasi pembaca dan rubrik yang disampaikan harus tepat sasaran, juga bermanfaat. “Meskipun majalah dibagikan secara gratis, belum tentu seseorang mau membacanya. Bahkan orang akan menyesal membacanya karena membuang-buang waktu. Hal ini dikarenakan rubrik tidak mencapai ekspektasi pembaca,” ujar Ludy Cahyana
Kordinator Buletin Generus, Dimas Putra Ageng mengungkapkan pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas Buletin Generus sekaligus menghasilkan bacaan yang sehat. “Saat ini banyak media-media yang menjadi bahan bacaan anak muda khususnya di wilayah Bintaro Jaya, Jakarta Selatan, namun isinya tak semua positif, seperti konten berbau pornografi dan tidak mendidik. Jika hal seperti ini tidak dinetralisir tentu akan menggerus kepahaman agama generasi muda. Saya mengajak teman-teman untuk bersama-sama memperjuangkan quran hadis melalui Buletin Generus,” ujar Dimas. (Khoir/LINES)