Oleh Ketua DPP LDII Dr Siti Nurannisaa P. B, S.Sn, M.Pd
Sekolah hari pertama tahun ajaran baru 2021 telah dimulai dengan tetap melakukan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Orang tua kembali dihadapkan dengan tantangan pendampingan belajar anak dari rumah. Walaupun dalam menjalani satu tahun PJJ pada tahun ajaran sebelumnya, sudah banyak upaya yang dilakukan orang tua, namun tidak sedikit yang masih mengalami kesulitan. Berkurangnya motivasi, konsentrasi, rasa bosan yang dialami anak, adalah kendala yang paling sering diungkapkan oleh orang tua.
PJJ turut menyumbang munculnya rasa tidak nyaman, seperti lelah, jenuh, cemas, atau takut. Pada kondisi ini seseorang biasanya mudah tersulut emosi, seperti marah tanpa sebab. Misalnya situasi sulit menjalankan peran sebagai orang tua di rumah, tekanan ekonomi, dan ketidaksiapan mendampingi belajar anak. Kelelahan fisik dan kebingungan bagaimana menyesuaikan diri dapat memunculkan reaksi yang berbeda. Saat dihadapkan pada situasi ini seringkali tanpa disadari timbul rasa stress baik pada orang tua, dan kondisi ini sangat berpengaruh pada kemampuannya untuk mendampingi anak.
Langkah awal yang dapat dilakukan orang tua adalah menumbuhkan kesadaran untuk mengenali dan mengelola diri. Kenali hal apa saja yang memicu stress dalam diri, ambil waktu sejenak untuk mengambil jarak, atau melakukan relaksasi untuk menjernihkan pikiran dan emosi, sehingga dapat kembali memberi respon dengan perilaku yang positif.
Langkah berikutnya adalah memperkaya diri dengan pengetahuan dalam proses pendampingan belajar. Misalnya jika anak tidak memahami suatu materi pelajaran tertentu, ambil waktu sejenak untuk memperhatikan, apakah pelajarannya yang terlalu sulit atau cara belajarnya yang tidak sesuai. Anak yang memiliki gaya belajar visual akan mudah memahami pelajaran dengan membaca atau menonton video, namun untuk anak yang memiliki gaya belajar kinestetik, mereka senang belajar dengan gerakan tubuh atau praktik langsung, begitu pula anak dengan gaya belajar audio yang lebih senang belajar melalui suara.
Pada saat pendampingan belajar, orang tua sebaiknya menyesesuaikan waktu dan kondisi belajar. Diskusikan dengan anak, cara apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar atau menghilangkan rasa bosan. Secara seimbang orang tua dan anak bisa saling memberi kesempatan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Dengar, simak, dan perhatikan. Saling mendengarkan akan memunculkan rasa saling pengertian, memahami satu sama lain, aman, nyaman dan lebih mudah untuk bekerja sama mencari jalan keluar dalam proses belajar. Ketika orang tua dan anak dapat mengungkapkan perasaannya, emosi menjadi lebih nyaman, sehingga orang tua bisa tetap memberi respon positif sesuai dengan kebutuhan dan keadaan anak. Beri penghargaan atas pilihan anak, hindari memberi penilaian atas pilihannya, namun tetap arahkan apabila pilihan anak melanggar aturan, atau menyangkut keamanan dan keselamatan diri.
Selaras dengan arahan Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020, orang tua dan keluarga dapat berfokus pada pendampingan belajar, yang mengarahkan pada kecakapan hidup yang merupakan bagian dari pendidikan karakter. Orang tua dapat pula mengoptimalkan proses pendidikan karakter dalam kegiatan keseharian, sebagaimana Nabi Muhammad bersabda didiklah anakmu pertama kali agar mempunyai akhlak yang mulia. Mendidik anak untuk memahami dan mempraktekkan karakter yang baik, seperti jujur, amanah, rukun, kerja sama yang baik, rajin ibadah dan mengedepankan adab yang baik.
Untuk pendampingan belajar, orang tua dapat melakukan tips 10 M sebagai berikut.
1. Memberi nutrisi makanan sehat
2. Mengajak anak bergerak, seperti peregangan atau senam ringan
3. Memanfaatkan waktu di depan layar (screen time) dengan baik
4. Membuat jadwal kegiatan yang disepakati bersama
5. Mengenali karakteristik dan gaya belajar anak
6. Mencari kekuatan anak
7. Menghargai keunikan anak dengan tidak membandingkan satu sama lain
8. Mendengarkan saat satu sama lain sedang menyatakan pendapatnya
9. Memberi apresiasi atas kemajuan anak
10. Mengubah emosi negatif menjadi doa yang positif
Situasi pandemi yang tidak bisa diprediksi sampai kapan, rasanya akan bermanfaat jika digunakan untuk memperbanyak menanamkan perilaku positif dalam pendampingan belajar. Mengubah pola pikir kekhawatiran menjadi pola pikir berprasangka baik yang berfokus pada “hal baru apa yang anak-anak dapatkan selama pandemi” yang mungkin luput dari pandangan orang tua, karena tertutup dengan kecemasan terjadinya penurunan kompetensi belajar (learning lost). Perbanyak komunikasi dari hati ke hati, menjalin kebersamaan, dan tetap menumbuhkan semangat, serta kasih sayang dengan seluruh anggota keluarga.
Kang Hadi JM
Semoga anak anak kita terjaga
semoga artikelnya bermafaat dan barokah
Alhamdulillahijazakumullahukhoiro. Artikelnya sangat bermanfaat
Alhamdulillahjazakumullohu khoiroh. Artikel sangat bermanfaat sbg motivator utk orang tua dan sarana awal mendidik utk guru2 di awal thn pelajaran pada masa pendemi ini. Semoga dgn artikel ini orgtua,masyarakat dan pendidik termotivasi dan bersemangat utk membantu anak2 beradab budi pekerti luhur, dan bersemangat hebat utk tetap belajar mendapat ilmu yg berkualitas.👍👍👍
Saya sangat setuju ada outlet dibuka akhir mg, krn di saat jam kerja sbg guru di hr kerja, cukup sibuk dgn online keg bel meng. Terima kasih.