Jakarta (17/3). Ramadan merupakan bulan yang istimewa. Hal ini ditegaskan Ust. M. Jarir dalam tayangan “Talk Show **Ramadan LDII TV”, pada Minggu (9/3). Ia menjelaskan Ramadan dikatakan sebagai bulan istimewa karena dalam setahun hanya satu bulan yang penuh keutamaan.
Ust. Jarir menceritakan, ada satu ungkapan dari nabi karena istimewanya Ramadan. Menurut cerita, Nabi Muhammad sampai bersabda “Jika hamba mengetahui pahala yang akan didapat saat Ramadan, maka akan berharap bulan ini berjalan sepanjang tahun,” terangnya.
”Ada beberapa keutamaan Ramadan yaitu pertama, Allah menurunkan Al Quran pada bulan ini. Allah menurunkan 30 juz, diturunkan dari lauhil mahfudz **ke langit Baitul Izza, 30 juz Al Quran diturunkan langsung sekaligus ke langit dunia,”
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ
Artinya : “Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al-Baqarah ayat 185)
Ust. Jarir menerangkan, keutamaan kedua yaitu, ketika Ramadan semua pintu surga dibuka dan tak ada satupun yang dikunci. Begitupun sebaliknya, semua pintu neraka tidak ada satupun yang dibuka oleh Allah.
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
Artinya : “Apabila bulan Ramadan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari Muslim)
Ia juga menerankan, “Saat Ramadan tiba, Allah akan mengobral kenaikan-Nya, Pengampunan-Nya, pahala akan dilipat gandakan. Allah juga membatasi jin dan setan saat menggoda, dan gerak geriknya,” jelasnya.
Ia juga memberikan penjelasan, saat Ramadan tiba semua muslim terpacu untuk beribadah. Hal ini bisa saja terjadi karena setiap malam bulan Ramadan selalu ada panggilan.
يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ يَقْبَلْ، يَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ
Artinya : “Wahai pencari kebaikan, terimalah, wahai pencari keburukan, berhentilah”
Ia juga menjelaskan, hal tersebut merupakan seruan untuk para pencari kebaikan teruslah berbuat kebaikan, terus beribadah pada Allah karena pahalanya luar biasa. Dan para pencari kejelekan, tukang berbuat dosa atau pelanggaran, berhentilah. Selain itu, ia juga menjelaskan pada bulan Ramadan Allah banyak memerdekakan hamba dari neraka.
”Keutamaan lain di bulan Ramadan adalah Lailatul Qodar, malam yang nilainya lebih baik dari 1.000 bulan atau 83,3 bulan. Ini berarti ketika kita dapat menjumpai Lailatul Qodar sama saja kita diberi tambahan umur beribadah selama 83 tahun lebih,” jelasnya.
Guru Pondok Pesantren Nurul Aini, Cilandak, Jakarta tersebut, juga menyinggung hal yang perlu diperbaiki ketika malas beribadah selama bulan Ramadan. Ia menekankan untuk terus memperbanyak wawasan keilmuan agama, ”Ketika malas beribadah artinya, kita menganggap Ramadan ini bulan yang sama dengan lainya. Ketika menganggap sama berarti belum memahami perbedaan Ramadan, padahal bulan ini adalah rajanya bulan dalam setahun,” jelasnya.
Agar Ramadan menjadi lebih berkah, ia mengajak umat Islam memperbanyak zikir, istigfar, dan berdoa. Menurutnya, Ramadan adalah waktu yang tepat untuk mengamalkan tiga hal tersebut. Selain itu ada amalan sederhana lain, yaitu bersedekah untuk buka puasa.
“Tak perlu sedekah yang mewah, sekedar kurma dan air minum saja. kita bisa mendapatkan pahalanya orang yang berpuasa. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan pahala. Tapi ada beberapa hal yang bisa membuat kita tak mendapatkan pahala meskipun berpuasa,” terangnya.
Ust. Jarir melanjutkan, orang berpuasa bisa saja tidak mendapat pahala karena riya, sum’ah dan ujub. Karena berpuasa harus didasari dengan iman untuk mengerjakan perintah Allah dan mencari pahala. Hal lain yang membuat puasa sia-sia adalah berbuat zalim, menganiaya orang lain, mencela, menghina bahkan berkata dusta.
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Artinya : “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan (puasanya) untuk meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)
”Maka ketika sudah bisa menjadi muslim yang baik, ketika sudah bisa beribadah supaya dijaga amalannya,” terangnya. Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَلَا تُبْطِلُوْٓا اَعْمَالَكُمْ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan janganlah kamu merusakkan segala amalmu.” (QS. Muhammad ayat 33)
Ia menegaskan, jangan sampai sudah menjalankan ketaatan kepada Allah SWT untuk beribadah tetapi sia-sia, pahala bisa berkurang bahkan hancur amalannya. Firman Allah SWT :
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
Artinya : “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al Mukminun ayat 60)
Ayat tersebut mengajak setiap muslim memiliki rasa khawatir amalannya tidak diterima oleh Allah SWT. “Jangan-jangan zakat, salat, dan haji saya tidak diterima karena masih ada hal-hal yang menghancurkan amalan. Apalagi dengan sengaja sudah menaruh dendam pada orang lain. Sebagai muslim yang baik sesungguhnya tidak boleh begitu,” tutupnya. (Thifla/Nabil)