Oleh Dewan Penasehat DPP LDII KH Edy Suparto
Umat Nabi Muhammad bukanlah umat yang perkasa yang sanggup beribadah terus-menerus sebagaimana umat para nabi terdahulu. Namun Allah SWT memberi rahmat umat Nabi Muhammad SAW dengan Lailatul Qodar. Malam yang mulia tersebut memiliki keistimewaan antara lain:
Pencatatan takdir tahunan di malam Lailatul Qadar
Di antara maksud diturunkannya lailatul qadar adalah waktu penetapan atau pencatatan takdir tahunan. Imam Nawawi rahimahullah berkata:
“Disebut Lailatul Qodar karena di malam tersebut dicatat oleh para malaikat tentang catatan takdir, rezeki dan ajal yang terjadi pada tahun tersebut. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala:
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah (maksudnya: takdir dalam setahun).” (QS. Ad Dukhon: 4).
Mengenai surat Ad Dukhon ayat 4 tersebut, Qotadah rahimahullah berkata:
“Yang dimaksud adalah pada malam lailatul qadar ditetapkan takdir tahunan.” (Jami’ul Bayan ‘an Ta’wili Ayil Qur’an, 13: 132). Begitu pula firman Allah Ta’ala,
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ
“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.” (QS. Al Qadr: 4).
Yang dimaksud ayat ini adalah diperlihatkan pada para malaikat kejadian-kejadian dalam setahun, lalu mereka diperintahkan melakukan segala yang menjadi tugas mereka. Namun takdir ini sudah didahului dengan ilmu dan ketetapan Allah lebih dulu. Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 57.
Sebagaimana disebutkan oleh Ibnu ‘Abbas, bahwa dicatat dalam induk kitab pada malam Lailatul Qodar segala yang terjadi selama setahun berupa kebaikan, kejelekan, rezeki dan ajal, bahkan sampai kejadian ia berhaji. Disebutkan oleh Ibnul Jauzi dalam Zaadul Masiir, 7: 338.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
“Pada malam Lailatul Qodar ditetapkan di Lauhul Mahfuzh mengenai takdir dalam setahun yaitu terdapat ketetapan ajal dan rezeki, begitu pula berbagai kejadian yang akan terjadi dalam setahun. Demikianlah yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, Abu Malik, Mujahid, Adh Dhohak, dan ulama salaf lainnya.”
Sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Al Quran Al ‘Azhim dalam penjelasan ayat di atas.
Syaikh As Sa’di dalam Taisir Al Karimir Rahman berkata:
“Ada salah satu pencatatan kitab yang terdapat pada malam Lailatul Qodar. Kitab tersebut dicatat namun masih bersesuaian dengan takdir yang dulu sudah ada, di mana Allah sudah menetapkan berbagai takdir makhluk, mulai dari ajal, rezeki, perbuatan serta keadaan mereka. Dalam penulisan tersebut, Allah menyerahkan kepada para malaikat.
Takdir tersebut dicatat pada hamba ketika ia masih berada dalam perut ibunya. Kemudian setelah ia lahir ke dunia, Allah mewakilkan kepada malaikat pencatat untuk mencatat setiap amalan hamba. Di malam lailatul qadar tersebut, Allah menetapkan takdir dalam setahun
Semua takdir ini adalah tanda sempurnanya ilmu, hikmah dan ketelitian Allah terhadap makhluk-Nya.”
Hadits-hadits Tentang Keutamaan Lailatul Qodar
- Dari Abu Huroiroh Rodhiyallohu ‘anhu,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ . رواه البخاري
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda, Barangsiapa yang berdiri (sholat malam/menghidupkan malam) pada Lailatul Qadar karena iman dan mengharapkan perhitungan (pahala), maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhori)
- Hadits dari ‘Aisyah Rhodhiyallohu ‘Anha
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ فِي الوِتْرِ، مِنَ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ. رواه البخاري
Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda, Mempersungguhlah kalian (mencari) Lailatul qodar pada malam-malam ganjil dari 10 malam terakhir di bulan Ramadan. (HR. Bukhori)
- Hadits dari Abu Sa’id Al-Khudry,
إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ القَدْرِ، وَإِنِّي نُسِّيتُهَا، فَالْتَمِسُوهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ فِي وِتْرٍ. رواه البخاري
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda, Sungguh aku (Nabi Muhammad) diperlihatkan Lailatul Qodar, kemudian aku dilupakan (lupa) maka carilah Lailatul Qodar di sepuluh malam terakhir pada malam-malam yang ganjil. (HR. Bukhori)
Penjelasan:
Dalam mencari Lailatul Qodar pada 10 malam terakhir jangan sampai ada yang lewat (malam genap maupun malam ganjil) insyaAllah pasti dapat.
Doa Lailatul Qodar
Ada do’a yang pernah diajarkan oleh Rasul kita shollallohu ‘alaihi wa sallam jikalau kita bertemu dengan malam kemuliaan tersebut yaitu doa:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى . رواه الترمذي
Dari ‘Aisyah rodhiyallohuu ‘anha-, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah Lailatul Qodar, lantas apa doa yang mesti kuucapkan?” Jawab Rasul shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Berdoalah:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى . رواه الترمذي
Ya Allah, Engkau Maha pengampun (banyak memberi pengampunan) dan Engkau mencintai orang yang memohon ampun, karenanya ampunilah aku.” (HR. Tirmidzi )
Doa berbuka puasa
Doa khusus yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berbuka puasa (hadits hasan) adalah, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berbuka beliau membaca doa berikut ini:
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Artinya: “Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah” (HR. Abu Daud no. 2357. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Adapun doa berbuka yang tersebar di tengah-tengah kaum muslimin yaitu,
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
“Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku berbuka”
Riwayat tersebut dikeluarkan oleh Abu Daud dalam sunannya no. 2358, dari Mu’adz bin Zuhroh. Mu’adz adalah seorang tabi’in. Sehinggau hadits ini mursal (di atas tabi’in terputus). Hadits mursal merupakan hadits dho’if karena sebab sanad yang terputus. Syaikh Al Albani pun berpendapat bahwasanya hadits ini dho’if. (Lihat Irwaul Gholil, 4/38)
Hadits semacam ini juga dikeluarkan oleh Ath Thobroni dari Anas bin Malik. Namun sanadnya terdapat perowi dho’if yaitu Daud bin Az Zibriqon, di adalah seorang perowi matruk (yang dituduh berdusta). Berarti dari riwayat ini juga dho’if. Syaikh Al Albani pun mengatakan riwayat ini dho’if. (Lihat Irwaul Gholil, 4/37-38)
Di antara ulama yang mendho’ifkan hadits semacam ini adalah Ibnu Qoyyim Al Jauziyah. (Lihat Zaadul Ma’ad, 2/45)
Kesimpulan,
Do’a اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ berasal dari hadits hadits dho’if (lemah). Sehingga cukup doa dari hadits shahih yang sebutkan di atas yang hendaknya dijadikan pegangan dalam amalan. Semoga kita bertambah semangat meningkatkan beribadah di bulan Ramadan dan lebih bersungguh-sungguh untuk meraih “Lailatul Qodar”. Aamiin.
Alhamdulillah.
Mendapat pencerahan..
Semoga barokah