Bantul (22/11), Pakar ‘Sahabat Keluarga’ Kemendikbud Nana Maznah memberikan pelatihan mengasuh anak-anak era millenial pada warga Bantul. Acara ini merupakan rangkaian perhelatan Silbinas Sako SPN 2019 di Bumi Perkemahan Dewa Ruci, Bantul.
Hampir semua orang tua mengakui anaknya memiliki gawai. Pernyataan ini disampaikan oleh Nana Maznah di depan para orang tua yang mengikuti seminar itu. Hadir seratusan peserta yang terdiri dari orang tua muda maupun yang sudah punya anak memenuhi Masjid di Masjid Al Mu’minun Bantul, yang menjadi tempat diadakannya seminar.
Anak-anak dengan rentang kelahiran 1998 disebut Generasi Z. Apa sebabnya? Nana Maznah menjelaskan, teknologi kini membentuk generasi dunia digital. Generasi ini tumbuh bersama teknologi perangkat digital yang disebut gawai. Di dalam gawai, mereka lebih aktif berinteraksi dan berkomunikasi lewat jejaring sosial. Contoh ketika bangun tidur, pertama kali yang dicari adalah gawainya.
“Generasi ini juga mendapat sebutan generasi multitasking. Anak dulu masih bisa fokus, tetapi anak sekarang sambil belajar, sambil lihat hp, sambil ngemil, sambil pakai headset. Intinya mereka terkesan tidak fokus dan ingin sesuatu tetap menyenangkan,” ujarnya.
Lewat media sosial, anak generasi milenial bisa memperoleh informasi baru hingga teman baru. Media sosial juga menjadi tempat ekspresi diri dengan mengunggah foto dan kegiatan sehari-hari mereka.
Masalah yang dihadapi kini, anak-anak cenderung lebih terbuka dengan dunia maya. Lewat dunia ini, mereka memiliki banyak teman baru di jejaring sosial. Sayangnya, pikiran mereka masih polos, belum tahu mana yang baik dan benar. Tidak heran terjadi penipuan, pelecehan, dan berbagai kejahatan lain yang melibatkan anak.
Memang ada dampak positif dan negatif dalam penggunaan gawai. Postingan yang positif bisa meningkatkan taraf ekonomi, kemandirian, hingga menyambung tali silaturrahim. Jika digunakan untuk pornografi hingga kriminal dan terorisme sudah pasti menjadi postingan negatif. Nana Maznah turut meminta orang tua bijaksana dalam menggunakan gawai.
“Orang tua harus bijaksana dalam memanfaatkan gawai bagi anak-anaknya. Jika sudah kecanduan gawai, dampaknya akan berpengaruh ke kondisi kejiwaan mereka. Anak jadi pemurung, pembangkan, dan sebagainya. Jiwanya harus tersentuh dengan kehidupan nyata,” ujarnya.
Sejak di dalam kandungan, ibu dan janin harus memulai dialog dan membentuk koneksi. Emosi ibu sangat mempengaruhi janin. Apa yang ibu rasakan akan dirasakan pula oleh janin lewat tali pusar. Di situlah dekat jauhnya anak tergantung dengan orang tua.
“Begitu dia keluar, kita tetekkan anak itu, fokus dengan anak itu agar mendapat perhatian. Namun, ketika menetekkan anak sambil bermain gadget, maka ikatan akan renggang,” katanya.
Untuk itu, Ayah harus menjaga kondisi ibu dan janin agar terhindar dari setress. Jika ibu melahirkan anak dalam keadaan setress, akan berpengaruh pada anak dikemudian hari. Itulah pentingnya peran ayah dalam menjaga psikologis ibu.
Di akhir acara Nana Maznah memberikan tips bagaimana memperlakukan anak di era milenial. Pertama ajak anak ngobrol bagaimana seharusnya menggunakan gawai. Mereka harus diinformasikan kalimat tata cara menggunakan gawai agar tidak menyinggung perasaan.
“Selalu sampaikan hikmah supaya masuk kedalam pusat berpikir alam bawah sadar, daripada hanya sekedar marah- marah. Jangan memberikan informasi dengan ancaman dan kata-kata tidak baik agar anak-anak merasak aman dan nyaman di lingkungan orang tuanya,” ujarnya.
Di akhir acara, Sako SPN memberikan bantuan sedekah sembako yang dikumpulkan dari para peserta Silbinas Sako SPN 2019. Sako SPN juga memberikan bantuan bibit pohon untuk menghijaukan lingkungan Masjid al Mu’minun. Bantuan itu diberikan secara simbolis kepada Ketua Dewan Keluarga Masjid al Mu’Minun Amir.