Jakarta (29/7). Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan, peran generasi muda yang adaptif diperlukan jelang Indonesia Emas 2045. Menurutnya, LDII memiliki daya untuk mengisi peran strategis tersebut.
Hal itu ia sampaikan di hadapan peserta “Webinar Sharia Creative Entrepreneurship”, yang digelar Departemen Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat (EPM) DPP LDII. Sandiaga menyebut, sumber daya utama yang memiliki kreativitas, orisinalitas, unik dan tentunya mampu berkolaborasi.
Meski secara fakta industri ekonomi kreatif Indonesia masih tertinggal dari negara lain, Sandi menekankan Indonesia masih memiliki potensi di bidang seni yang bisa digali seperti industri film Hollywood di Amerika atau K-pop di Korea. “Creativepreneur disini harus diarahkan menuju creativepreneur syariah yang menjadi agen perubahan melalui wirausaha dan ekosistem digital,” ujarnya.
Agen perubahan diharapkan memiliki lima kriteria, yakni inovatif, adaptif, kolaboratif, berani mengambil resiko, menjaga relasi, memiliki dan mengasah soft skills, serta memiliki prinsip kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas. Selain itu, memiliki kemampuan leadership, yakni terampil berkomunikasi, terampil mengambil keputusan, konsisten dengan totalitas. “Inilah skill-skill yang dibutuhkan. Para syariah creativepreneur harus mendorong learning and innovation skills,” ujarnya.
Terlebih pada abad 21, dituntut memiliki kompetensi dasar berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. “Jangan terima apa adanya, tapi analisa dan berikan nilai tambah, gunakan akal pikiran yang Allah berikan, mampu berkomunikasi yang baik, dan berkolaborasi untuk menuju Indonesia yang lebih baik lagi,” ujar Sandi.
Secara global, ekonomi kreatif tumbuh lebih cepat, sebanyak 7,3 persen dalam periode 2010-2020. Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso juga mengatakan, kreativitas bisa menciptakan peluang manufaktur baru dan menyerap tenaga kerja yang signifikan. Hal itu sebagai upaya menggerakkan tujuan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pernyataan PBB pada 2019, bahwa 2021 adalah tahun ekonomi kreatif internasional.
Chriswanto berpesan, dalam menghadapi bonus demografi dengan anak-anak muda yang kreatif, perlu menghasilkan sesuatu yang bisa dikembangkan. “Kita bukan robot, karena itu perlu meningkatkan hasil guna, manfaatkan teknologi digital dan perkembangannya,” ujarnya.
Salah satu di antara koridor yang harus dibangun adalah syariah, akselerator menuju indonesia maju. Chriswanto menegaskan, LDII tidak meninggalkan konsep syar’i dalam hal apa pun. Sehingga menghasilkan sesuatu yang kreatif tetap dalam bingkai kehalalan agar mendapat ridho dari Allah. “Banyak peluang jika melihat titik kunci apa yang terjadi di depan kita, kemajuan yang terjadi bukan penghalang tapi memanfaatkan peluang,” katanya.
Alasan LDII menumbuhkan wirausaha kreatif bagi anak muda, karena Indonesia punya potensi SDM yang kreatif dan berbakat, serta budaya yang kaya. Chriswanto mengapresiasi pemerintah di sektor tersebut telah memberi perhatian khusus dalam penciptaan lapangan kerja dan merancang iklim sektor ekonomi kreatif.
Korbid Bidang EPM DPP LDII, Ardito Bhinadi menambahkan, kreatif bisa digali bahkan dibangun sejak dini. “Gagasan muncul ketika pikiran tidak terpapar dengan sampah informasi, dalam keadaan tenang. Namun seberapa banyak yang mewujudkannya dalam produk, tidak banyak,” ujarnya.
Karena itu melalui webinar tersebut, LDII mengajak talenta muda berbagi mengenai pengalaman berbisnis, melahirkan ide, dan eksplorasi gagasan. Mengutip Alquran surat Ali Imron ayat 190-191, Ardito mengatakan, kreativitas yang berkaitan dengan syariah yakni orang yang berakal dan beriman, ingat kepada Alloh dalam keadaan apa pun, mampu berpikir menciptakan kreativitas agar bermanfaat untuk orang lain.