Hingar – bingar menyongsong ramadhan telah terasa. Spanduk dan iklan sudah tertempel di mana – mana. Kegiatan – kegiatan pengiringnya juga tampak di segala penjuru, seperti nyekar (ziarah kubur), bersih – bersih masjid dan asesoris lainnya. Tak kalah juga tayangan televisi pun berubah menjadi ”islami”. Ucapan – ucapan selamat berpuasa dan himbaun yang baik lainnya tertera di sudut – sudut yang enak untuk dibaca mata. Ramadhan big sale! Bulan penuh rahmat. Bulan maghfiroh, penuh berkah dan lain sebagainya. Tak ketinggalan dengan kita. Selalu ada riuh – rendah menyambutnya. Pengurus selalu melakukan refreshing jelang datangnya bulan mulia ini. Mengkaji ulang ilmu – ilmunya. Meningkatkan nasehat – nasehat bab puasa. Mengingatkan bagi yang punya hutang segera nyahur. Mengingatkan agar bermaaf – maafan sebelumnya. Banyak taubat. Pencanangan 5 sukses yang harus diraih sebagai bench mark ramadhan: sukses puasanya, sukses tarawihnya, sukses i’tikaf dan lailatul qodarnya, sukses baca qurannya dan sukses zakat fitrahnya. Mudah-mudahan ini tidak menjadi rutinitas yang membelenggu. Ramadahan adalah rutinitas tahunan. Sebulan sekali dalam setahun umat islam diwajibkan berpuasa. Yang intinya agar menjadi orang yang taqwa, penuh cinta dan kehambaan pada Yang Kuasa.
Dari berbagai dalil yang sering mengudara di tempat – tempat pengajian, menurut saya ada satu hal yang luput dari perhatian khalayak. Yaitu membedakan antara puasa – shoum dan bulan ramadhan itu sendiri. Sebab, ketika pengertian ini rancu menjadikan kita mati gaya. Puasa adalah amalan ibadah. Dia bisa dikerjakan kapan saja, selain waktu yang dilarang. Sedangkan ramadhan adalah waktu. Serangkaian hari yang berjumlah 29 atau 30 yang disebut bulan. Waktu yang ditentukan oleh Allah dengan kelebihan dan keutamaan di dalamnya, yang tidak ada di bulan lain. Di bulan ramadhan diwajibkan puasa, ada lailatul qodar, dilipatkan kebaikan dan keburukannya melebihi bulan lain.
Maka ketika datang waktu yang baik itu, secara otomatis bagi penggiat kebaikan akan bersiap diri, melihat keutamaannya. Bagi para pencari pahala akan bergembira menyambutnya. Bagi para pecinta Tuhan akan segera bergegas mengejarnya. Karena waktu yang barokah, bulan suci yang hanya ada setahun sekali. Karena begitu mulianya bulan ini, maka Allah mewajibkannya mengisi bulan ini dengan cara berpuasa. Maka tersebutlah puasa ramadhan. Sebab puasa adalah amalan yang tiada bandingnya. Allah sendiri yang akan membalas. Puasa berbeda dengan amalan lain. Puasa adalah tameng.
Dari Abu Umamah, r.a., dia berkata, ’Aku berkata, ’Wahai Rasulullah perintahkan suatu amal kepadaku.’ Beliau bersabda, ’Berpuasalah karena ia tidak ada yang menyamainya.’ ’Aku berkata, ’Wahai Rasulullah perintahkan suatu amal kepadaku.’ Beliau bersabda, ’Berpuasalah karena ia tidak ada yang menyamainya.’ (Rowahu An-Nasa’i)
Sufyan bin Uyainah ditanya tentang firmanNya: ”Setiap amal anak adam itu untuknya kecuali puasa, ia adalah untukKu,” maka dia berkata, ”Pada hari Kiamat Allah menghisap hambanya, dia membayar kedhaliman yang dilakukannya di dunia dari seluruh amal baiknya sehingga ketika yang tersisa adalah puasa, maka Allah menanggung kedhaliman yang tersisa dan memasukkannya ke surga.”
Dari Abu hurairoh ra. Dari Nabiyullah SAW, dia bersabda, ”Puasa itu perisai/tameng dan benteng yang kokoh dari neraka.” (Rowahu Ahmad)
Mudah-mudahan dengan sedikit catatan di atas menjadi jelas bagi kita mengapa orang antusias ketika datang bulan ramadhan. Saking berkahnya di bulan ini ada yang namanya THR, ada mudik, halal – bilhalal dan kebarokahan – kebarokahan yang lain. Nah, bagi para pencari Tuhan mungkin dalil berikut ini pantas untuk direnungkan.
Beliau SAW bersabda, ’Sesungguhnya Jibril datang kepadaku dan berkata, ”Semoga jauh dari surga orang yang mendapatkan ramadhan lalu dia tidak diampuni.” Maka aku berkata, ’Amin.’ (Rowahu Hakim).
Dan hendaknya setiap amalan yang dilakukan di bulan ramadhan ini dilakukan dengan imanan wahtisaban. Semoga kita bisa mengisi full ramadhan ini dengan kebaikan dan kebaikan, mengurangi dan menghilangkan kejelekan. Yaa baghiyal khoir aqbil, wayaa baghiyasy syarri aqshir. Juga maknailah bulan ini sebagai bulan pelatihan bukan bulan ujian atau peperangan. Sebab jin dan syaitan telah dibelenggu oleh Allah. Selama 30 hari latihlah diri kita untuk benar – benar bisa menemukan jalan cinta kepada Allah agar mendapat gelar taqwa. Dengan demikian tak salah jika kita menyapa Marhabban ya ramadhan – selamat datang ramadhan karena memang ia istimewa.
Untuk alasan itu semua, maka ijinkanlah saya mohon maaf jika ada kekurangan dan kekhilafan selama ini. Semoga kita semua bisa menghadapi bulan latihan ini dengan khusyu dan ihsan. Juga, mungkin selama ramadhan, akan banyak berkurang tayangannya, karena lagi melatih diri, meguru, menimba ilmu, mburu target dan mengepolkan kemampuan yang ada. Jika ada waktu dan kesempatan insya allah dengan senang hati akan on air lagi dengan topik – topik berikutnya.
Oleh :Faizunal Abdillah