Niat Karena-Alloh atau Lillaahi-Ta’ala yaitu “Yarjuuna Rohmatahu Wayakhoofuuna Adzaabahu” alias niat yang hanya berharap Rohmat Alloh (ridho Alloh & Surga Alloh) dan hawatir/takut dari Azab/siksa/neraka Alloh, mudah diucapkan namun dalam prakteknya perlu perjuangan dan konsistensi. Yap, beribadah kepada Alloh yang semata diniati karena-Alloh akan mendatangkan pahala dan pertolongan Alloh, sebaliknya bila beribadah yang tidak dilandasi karena-Alloh bukan hanya tidak mendatangkan pahala namun lebih dari itu malah merugikan diri kita sendiri.
Jadi hanya amalan yang “karena-Alloh” saja yang akan dibalas pahala oleh Alloh.
Masih Ingat khan dalam Hadits diceritakan ada orang yang ahli membaca Quran, ahli perang hingga ia mati dalam peperangan tersebut dan ahli shodaqoh. Saat didatangkan dihadapan Alloh dan diperlihatkan pahalanya/ganjaran pengamalan mereka, Alloh bertanya kepada mereka beramal apakah hingga pahalanya sedemikian besar. mereka menjawab kami beramal karena-Mu ya Allah! Alloh pun menjawab : “kadzabta!” alias bohong kamu! kamu ahli membaca Quran karena ingin disebut ahli membaca quran, kamu shodaqoh karena kamu ingin disebut dermawan, kamu berperang karena kamu ingin disebut pemberani..
Wadaw! ketahuan deh, ternyata amalan besarnya tidak dilandasi karena-Alloh. Akhirnya ketiga orang tersebut diseret malaikat atas perintah Alloh untuk dimasukkan neraka, masyaAllah! tanya kenapa? karena ibadahnya riya annas (pamer kepada manusia), sum’ah (ingin didengar).
Banyak pekerjaan ibadah yang rentan perubahan niat ini. Niat bisa terdeviasi dan terdeformasi. Niat Karena-Alloh dan tidak, perbedaannya tipis. Niat Karena-Alloh hanya diketahui Alloh dan dirinya, malaikat saja tidak tahu kita karena-Alloh apa tidak. Kita hadir ke pengajian sudahkah diniati niat karena-Alloh? bukan karena faktor “kebiasaan” misal hari Senin dan Rabu “biasanya” ada pengajian tanpa dipasang niat karena-Allohnya. Apakah kita datang ke pengajian karena “seseorang” misal karena ada “kecengan“? hehe..apa ada yang kene’an ya? kita perlu memantapkan dalam hati apapun ibadah (sholat, zakat, puasa, ibadah haji kita, shodaqoh kita, amal shalih kita) bukan karena ingin dilihat orang lain, bukan karena ingin di dengar oleh orang lain, bukan karena ingin dapat pujian manusia, bukan karena pamer amalan, dll atau karena orang lain tidak mengerjakan amal shalih tersebut kemudian kita juga tidak mengerjakan, lha pahala & surga khan untuk kita sendiri, pahala yo kanggo awakku dewek, kangge kiyambak.
Sering juga kita ada amalan amal sholih, misalnya menjadi panitia dalam kegiatan ibadah. Nah, kadang niat karena-alloh kita juga diuji. Kita memang mau membela agama Alloh, dalam rangka li ‘ila’i kalimatulloh, dalam rangka menetapi dalil “intangshurulooha yanshurkum wayutsabbit aqdaamakum”, dalam rangka melancarkan agama Alloh, laah terus tahu-tahu tidak kebagian kaos panitia, naah mulai deh syetan menggoda niat kita. “sudah, nggak usah datang lagi musyawaroh panitia, tuh khan tidak dihargai (emang harganya berapa?hehe), tuuh khan tidak diperhatikan alias dikacangin (dicuekkan), sudah kalau begitu tidak usah dikerjakan amal sholih jadi panitianya, mengundurkan diri saja”, akhirnya mutung alias pundung tidak mau amal shalih gara-gara tidak kebagian kaos..atau karena hal-hal lain misal tidak kebagian konsumsi, tidak dapat pujian dari hasil kerja kerasnya, shodaqoh kemudian ternyata namanya tidak kesebut sebagai donatur, usulan dan sarannya dalam musyawaroh tidak dipakai, atau malah sebaliknya usulan dan sarannya selalu dipakai dan menjadi rujukan, dll.
Kalau dinasehati, “ya mas khan nggak ngerasain, saya yang ngerasain mas, pediih mas, bagaimana sakit hati ini tidak kebagian kaos..” lalu berdendang lagu dangdut ” sakit hatiiku, tiada terobaati, walau sejuuta senyum kau beriikan…” terereret. .treeet..tret..tret..treeet..tret…
Jadi, niat karena-Alloh mudah diucapkan, berat dalam pelaksanaannya khan? kadang-kadang karena hal sepele, lupa deh dengan niat semula yang hanya berharap Ridho Alloh, surga Alloh semata.
Kita ibadah memang harus dipasang niat karena-Alloh, kita ibadah memang berharap Ridho Alloh dan tentunya dimasukkan surga Alloh, sesuai doa kita “Robbanaa aatina fiddunya hasanah, wafil aakhiroti hasanah, waqinaa adzaabannar”, “Allohumma inni as aluka ridhooka waljannah, wa a’uudzubika min sakhotika wannar” Kita ibadah ya tentunya harus ada pengharapan khan, dan Alloh memerintahkan demikian, dalam doa-doa yang diajarkan Rasulullah juga demikian yaitu mencari ridho dan Surga Alloh dan supaya terhindar dari adzab dan neraka Alloh.
Kalau dalam bahasa sunda “nganjang ka pageto” kita beribadah harus dilandasi visi-misi jauh ke depan, yaitu masuk surga Alloh selamat dari neraka Alloh, tentunya berarti mendapat ridho dan pertolongan Alloh.
Naah, kami kasih bocoran ya, niat ibadah warga LDII. Niat kami beribadah hanya ingin masuk surga selamat dari neraka Allah. So, jangan takut ngaji di LDII, kami sama sekali tidak ada niat ingin mendirikan negara Islam sedikitpun, apalagi makar terhadap negara, naudzubillah min dzaalik. Karena, kalau niat mendirikan negara Islam, itu hanya skala duniawi, niat kami lebih jauh ke depan yaitu hanya ingin masuk surga selamat dari neraka, tidak ada lain. Anda akan kecewa kalau bergabung di LDII kalau niatnya selain niat karena-Alloh, niat karena keduniaan tadi, termasuk misal karena terpengaruh isyu kalau masuk LDII bisa tuker menuker istri, weleh..weleh..aya-aya wae eta isyu ti jalma nu lieur teh..
Moal aya atuh kang tuker menuker istri di LDII mah, jangankan tuker-tukeran istri, lha wong salaman dengan yang bukan mahrom saja dihindari apalagi sampe blokir-blokiran istri, emangnya maen catur bisa blokir benteng dan raja..wkwkwk..
Atau masuk ke LDII (btw gimana masuknya ya, apanan tidak ada kartu anggotanya), maksudnya ikut aktif di pengajian di LDII gitu loh, gitu aja kok nanya. (hehe emangnya siapa yang nanya, siapa yang jawab?). santei aje bro, ini khan forum obrolan santei, ojo serius-serius amat..ternyata ikut pengajian atau kegiatan LDII karena kabarnya banyak aghnia sehingga gampang cari modal usaha atau niat-niat lain keduniaan, yaa paling kita cuma dapet sesuai niat tersebut kemudian tidak dapat pahala dan ridho Alloh. Contoh lagi ingin jadi pengurus LDII biar dapet bagian shodaqoh. Hayya, ya tidak mungkin lah, karena shodaqoh itu amanat dan harom dinikmati yang tidak berhak mendapatkannya. Bahkan di LDII kalau perlu pembelaan dari pengurus sendiri untuk mengeluarkan harta dan tenaganya dalam beramal shalih bukan sebaliknya berapa yang saya dapatkan dari sabilillah, malah apa yang dapat saya bela baik dengan diri maupun harta untuk membela dan melancarkan agama Alloh. ya apa iya? nggih opo nggih?
Akhirnya, kita perlu banyak berdoa, Semoga Alloh senantiasa menjaga niat kita tetap lempeng bin lurus niat Karena-Alloh semata, tidak niat riya, ingin didengar (sum’ah), pupujieun (ingin dipuji) dll.. aamiin…
sepertinya yg benar “kangge piyambak” , bukan “kangge kiyambak”
Alhamdulillah jaza kallohu khoiro. Semoga kita bisa selalu menata hati, hanya karena Alloh. Aamiin.
Jadza kumullahu khoiroh
Alhamdulillahi Jazza Kumullohu khoiro smg Allah paring manfaat dan barokah