Lembaga Dakwah Islam Indonesia
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Desain Idul Adha 1446 H
    • Desain Hari Pancasila 2025
  • Nasehat Idul Adha 2025
No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Desain Idul Adha 1446 H
    • Desain Hari Pancasila 2025
  • Nasehat Idul Adha 2025
No Result
View All Result
Lembaga Dakwah Islam Indonesia
No Result
View All Result
Home Artikel Opini

Parodi – Catatan Akhir Minggu

2011/02/14
in Opini
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Composed By Ranie Dewiyanti

Saya tergugah ketika sebuah artikel tentang ‘kepalsuan kasih’ saya baca di sebuah harian umum terkemuka. Sebuah kenyataan yang sering kita temui sehari-hari ketika kita menyatakan ungkapan kasih pada seseorang yang telah berkorban untuk diri kita. Atau mengikatkan diri pada sebuah hubungan persodaraan berdasarkan besarnya jasa yang telah seseorang berikan pada kita. Atau ungkapan terima kasih yang tiba-tiba harus kita berikan pada seseorang yang telah terlebih dahulu berkorban untuk kita, sementara jauh-jauh sebelumnya kita sama sekali tidak tergugah untuk memperhatikannya bahkan mengenalnya lebih dekat.

Berikutnya dalam artikel tersebut kita dihimbau untuk :
1. Mencintai sesama dengan hati yang bersih, tanpa ada alasan apapun. Kasihilan tanpa kondisi tertentu, jangan mengasihi karena orang terlebih dahulu mengasihi kita. Jangan mengasihi dengan berpura-pura
2. Tidak tiba-tiba mau mengenal orang dan mencoba mengasihi setelah mereka memberi pengorbanannya untuk kita. Mengasihi bukan bentuk lain dari terima kasih, kita ditolong atau tidak, kita harus tetap mengasihi. Tidak mudah memang, kecuali bila kita bisa menghilangkan keakuan kita, menempatkan oranglain dahulu dan bukan diri kita, dan bila kita bisa berprilaku sebagai pelayan, bukan sebagai tuan
3. Sebaiknya mulai memahami dan menerima ajaran untuk mengasihi musuh kita …. Banyak pihak yang mengatakan “It’s a Must”
4. Tidak membayar seseorang agar kita dikasihi, apalagi hanya untuk beberapa menit saja
5. Menyadari bahwa Kasih itu tidak menyakitkan orang lain
Point terakhir menarik perhatian saya, yang mungkin bahkan harus saya renungkan lebih jauh lagi …

Bahwa Kasih itu tidak menyakiti orang lain … bahwa kasih itu adalah tetap berkonteks pada ‘kedamaian’ dan ‘kebesaran jiwa’ … dan bahwa kasih itu adalah bentuk lain dari kesucian hati kita terhadap orang lain.

Hal yang mana sangat tidak mudah kita jalani … karena tepat ketika kita menyatakan kita mengasihi seseorang, beberapa prilaku lain juga mengikuti kita .. seperti bagaimana kita menuangkan bentuk kasih kita dalam sikap-sikap protektif, posesif dan lain sebagainya … yang sering kita lakukan dengan mengatasnamakan kasih.

Saya menjalani banyak waktu dimana saya harus bercermin dan belajar banyak bagaimana cara mengasihi… dimana juga, saya sempat merasa kesulitan untuk mencari guru sehingga saya dapat belajar dengan baik … hal ihwal yang seharusnya tidak perlu menjadi alasan mengapa pada akhirnya saya harus menyakiti orang lain karena pencarian saya mendapati jalan buntu.. karena toh biar bagaimana pun manusia dilahirkan untuk dapat belajar sendiri dan bekerja keras untuk menemukan sisi bijak dalam dirinya.

Kenyataannya, ternyata saya menyakiti beberapa pihak sehubungan dengan komitmen saya terhadap kasih yang saya berikan pada mereka. Saya menyatakan betapa saya mengasihi, namun saya memaksa mereka menangis karena saya dibuat nangis oleh mereka, atau .. saya mengucapkan berulang-ulang bahwa saya mencintai mereka, namun saya membuat mereka sedih karena mereka mengecewakan saya …. Atau, saya memeluk mereka dengan berapi-api dalam gairah kasih dan cinta, tapi saya membawa kemarahan buat mereka karena mereka menolak cara saya mengasihi mereka….

Kemudian, jika reaksi mereka terhadap apa yang saya lakukan telah berdampak, tiba-tiba saja saya merasa tidak disayangi dan saya totally merasa sendirian …. Lalu pada akhirnya, saya merasa sia-sia untuk mencintai mereka ….

Hmmm, parody article itu sangat mengena buat saya ….
Saya secara bersamaan merasakan kejanggalan sikap yang selama ini saya anggap lebih benar dari sikap siapapun itu yang berada di sekeliling saya … Kalo ternyata saya salah kaprah dengan arti kata “mencintai” dan “mengasihi” … saya sungguh2 merasa menyesal untuk itu ….

Ada sebuah cakrawala maha besar yang terbentang di depan saya dalam kurun waktu beberapa tahun ini –seperti yang saya bilang sebelumnya-, saya benar-benar diajarkan oelh seorang guru yang saya temukan tanpa sengaja…

Arti mengasihi dengan sepenuh jiwa begitu nyata dihadirkan, arti mencintai dalam damai dan tenggang rasa tidak henti-hentinya diperlihatkan, arti besarnya sayang tanpa mengharapkan timbal balik pun diajarkan betul pada saya .. dan bahwa kalo benar kita mencintai siapapun, juga artinya adalah tidak menyakiti siapapun itu ….. saya memang diajarkan untuk itu …

Masalahnya, adalah sangat tipis perbedaan dari kata mengasihi dan menyakiti … kita, atau paling tidak saya, sering terkelabui dan tersamarkan bila saya menyakiti seseorang dengan dalih saya melakukannya karena saya mengasihinya …

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

KOMENTAR TERKINI

  • Angka DH on Mendikdasmen Abdul Mu’ti Berikan Apresiasi Atas Pelatihan TPPK oleh DPP LDII
  • Dimitri on LDII Batusopang Gelar Keterampilan Kerja, Wujudkan Generasi Muda Terampil dan Mandiri
  • ahmad shobirin on LDII Batusopang Gelar Keterampilan Kerja, Wujudkan Generasi Muda Terampil dan Mandiri
  • KRISHNA PURNAWAN CANDRA on Menghidupkan Pancasila di Sekolah: Membangun Ruang Belajar yang Aman, Nyaman, dan Menyenangkan
  • Pri Adhi Joko Purnomo on Wali Kota Palembang Ajak LDII Berantas Buta Aksara Al Quran
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Di Balik Kisah Warga LDII Tala, Tugas Kemanusiaan dan Profesional Sebagai Tenaga Kesehatan Haji

Di Balik Kisah Warga LDII Tala, Tugas Kemanusiaan dan Profesional Sebagai Tenaga Kesehatan Haji

May 24, 2025
Mendikdasmen Abdul Mu’ti Berikan Apresiasi Atas Pelatihan TPPK oleh DPP LDII

Mendikdasmen Abdul Mu’ti Berikan Apresiasi Atas Pelatihan TPPK oleh DPP LDII

May 27, 2025
Bukan Cuma untuk Mata, Ini 5 Alasan Wortel Layak Dikonsumsi Setiap Hari

Bukan Cuma untuk Mata, Ini 5 Alasan Wortel Layak Dikonsumsi Setiap Hari

May 21, 2025
Secangkir Bahagia: Belajar Bersyukur dari Kesederhanaan

Secangkir Bahagia: Belajar Bersyukur dari Kesederhanaan

May 27, 2025
Mendikdasmen Abdul Mu’ti Berikan Apresiasi Atas Pelatihan TPPK oleh DPP LDII

Mendikdasmen Abdul Mu’ti Berikan Apresiasi Atas Pelatihan TPPK oleh DPP LDII

16
Di Balik Kisah Warga LDII Tala, Tugas Kemanusiaan dan Profesional Sebagai Tenaga Kesehatan Haji

Di Balik Kisah Warga LDII Tala, Tugas Kemanusiaan dan Profesional Sebagai Tenaga Kesehatan Haji

12
Lanjut Usia, Melanjutkan Kebahagiaan

Lanjut Usia, Melanjutkan Kebahagiaan

4
Secangkir Bahagia: Belajar Bersyukur dari Kesederhanaan

Secangkir Bahagia: Belajar Bersyukur dari Kesederhanaan

4
Ketua Umum LDII: Pancasila Bukan Hanya Dasar Negara, Tapi Jiwa Bangsa

Ketua Umum LDII: Pancasila Bukan Hanya Dasar Negara, Tapi Jiwa Bangsa

June 1, 2025
Menghidupkan Pancasila di Sekolah: Membangun Ruang Belajar yang Aman, Nyaman, dan Menyenangkan

Menghidupkan Pancasila di Sekolah: Membangun Ruang Belajar yang Aman, Nyaman, dan Menyenangkan

June 1, 2025
KLH Ungkap Pentingnya Kesadaran Kolektif Tanggulangi Dampak Perubahan Iklim

KLH Ungkap Pentingnya Kesadaran Kolektif Tanggulangi Dampak Perubahan Iklim

June 1, 2025
KLH Dukung LDII Galakkan Aksi Kolektif untuk Jaga Lingkungan dan Kurangi Jejak Karbon

KLH Dukung LDII Galakkan Aksi Kolektif untuk Jaga Lingkungan dan Kurangi Jejak Karbon

June 1, 2025

DPP LDII

Jl. Tentara Pelajar No. 28 Patal Senayan 12210 - Jakarta Selatan.
Telepon: 021-57992547 / 0811-8604544

SEKRETARIAT
sekretariat[at]ldii.or.id
KIRIM BERITA
berita[at]ldii.or.id

BERITA TERKINI

  • Ketua Umum LDII: Pancasila Bukan Hanya Dasar Negara, Tapi Jiwa Bangsa June 1, 2025
  • Menghidupkan Pancasila di Sekolah: Membangun Ruang Belajar yang Aman, Nyaman, dan Menyenangkan June 1, 2025
  • KLH Ungkap Pentingnya Kesadaran Kolektif Tanggulangi Dampak Perubahan Iklim May 31, 2025

NAVIGASI

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

KATEGORI

Kirim Berita via Telegram

klik tautan berikut:
https://t.me/ldiibot

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.

No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Desain Idul Adha 1446 H
    • Desain Hari Pancasila 2025
  • Nasehat Idul Adha 2025

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.