Di era media sosial kerap terjadi fenomena banjir informasi tentang pengasuhan anak. Hal ini membuat orangtua seperti ibu kebingungan karena banyaknya informasi yang tersedia.
Tapi ada satu hal luput dari banyaknya informasi tentang pengasuhan anak tersebut yaitu tentang pengenalan diri sebagai ibu. Hal ini disampaikan Anggota Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan DPP LDII, Nana Maznah Zubir dalam Podcast Lines Talk LDII TV beberapa waktu lalu.
“Ada hal-hal yang belum selesai dalam masa tumbuh kembang kita dulu. Kita merasa membawa ransel penuh dengan pengalaman pengasuhan masa lalu yang membuat traumatis dalam menjalani hidup. Pengalaman tersebut harus disadari oleh ibu, perlu melakukan refleksi diri, identifikasi dan lakukan perbaikan. Tiga hal tersebut harus dilakukan sebelum melakukan pengasuhan anak,” ungkapnya.
Konselor keluarga dan pegiat pendidikan tersebut menegaskan, pola pengasuhan harus menyesuaikan zaman. Tidak bisa memaksakan pengasuhan orangtua zaman dulu. Ia juga menyampaikan orangtua yang sudah memiliki cucu atau kakek nenek, harus menerima dan mengerti anaknya melakukan pola pengasuhan yang berbeda dengannya dulu.
Ingat bahwa anak telah memiliki keluarga sendiri, memiliki pasangan yang memiliki cara tersendiri untuk mengatur pola pengasuhannya tanpa tekanan pihak lain. Nana juga menyoroti tentang pelekatan antara anak dan ibu untuk membangun ikatan batin keduanya. Pelekatan harus dilakukan sejak bayi dalam kandungan sampai anak berumur lima tahun.
“Pelekatan tersebut dapat dimulai dengan mengajak komunikasi bayi dalam kandungan, menggendong dan mengasihi dengan dekapan ibu yang penuh perhatian dan interaksi. Zaman dulu ibu menggendong anak dengan nyanyian dan dekapan penuh rasa, tetapi sekarang banyak ibu melakukannya sambil bermain gawai. Meski anak disusui selama 2 tahun tapi kelekatan tidak ada maka ikatan batin itu akan terasa hilang,” jelasnya.
Nana yang juga penulis buku bertajuk “Orang Tua Mendampingi Anak Menuju Bahagia” dan “Rumah Paudku” menjelaskan jika kelekatan dilakukan dengan baik dan konsisten sampai usia lima tahun, maka ibu dan anak akan memiliki ikatan batin yang terjalin baik sampai dewasa nanti. Anak yang merasa penuh kasih sayang, stimulasi, interaksi, dihargai, didengar, dicintai, akan memiliki kemampuan yang baik dalam menyelesaikan konflik saat dewasa.
Jadi sebelum menjadi ibu harus mampu melakukan refleksi diri, identifikasi diri dan lakukan perbaikan. Setelah mampu melepaskan traumatis masa pengasuhan dulu, ibu siap melakukan pengasuhan anak dengan mengutamakan pelekatan agar terjalan ikatan batin yang kuat dengan anak. (Nabil)