Kubu Raya (23/4). DPW LDII Kalbar menanam ratusan pohon matoa di Desa Rasau Jaya Umum Kubu Raya, pada Selasa (22/4). Kegiatan memperingati Hari Bumi 2025 itu juga menjadi dukungan untuk Program Asta Prioritas (Astaprotas) Kemenag RI.
Ketua DPW LDII Kalbar Susanto menegaskan bahwa pihaknya mendukung program peduli lingkungan itu melalui tanam pohon. “Hari ini secara nasional, Kemenag RI meluncur gerakan Tanam Pohon Matoa dalam rangka memperingati Hari Bumi Tahun 2025, yang jatuh pada hari ini. Jadi kami ikut menyukseskan program peduli lingkungan itu,” jelasnya kepada awak media.
Ia menilai Astaprotas yang dicanangkan Menag RI Nasaruddin Umar menempatkan penguatan ekoteologi yang strategis dalam mengatasi krisis iklim. “Kebijakan tersebut ikut andil mengatasi krisis iklim. Karena dampaknya sangat serius bagi kehidupan umat,” jelas Susanto.
Gerakan tanam pohon juga sejalan dengan program pengabdian LDII di bidang lingkungan. “Astaprotas Kemenag rohnya sejalan dengan delapan program pengabdian LDII, maka kami dukung dan siap menyukseskan apa yang dicanangkan Kemenag. Ini wujud komitmen kami,” tegasnya.
Selain itu ia juga berharap masyarakat atau lembaga lainnya turut memiliki kesadaran kolektif semakin terbangun kolaborasi terhadap penanganan krisis iklim bisa berkelanjutan. “Penanganan krisis iklim mesti dilakukan secara kolaboratif. Jika tidak maka ancaman bencana alam semakin bertambah. Disinilah dibutuhkan kesadaran semua pihak, tanpa terkecuali termasuk lembaga atau organisasi sosial kemasyarakatan,” kata Susanto.
Karena itu, Susanto menambahkan, masalah lingkungan perlu sinergisitas berbagai pihak. “Jadi hilangkan ego kelembagaan, perlu andil seluruh stakeholder agar problem keumatan salah satunya krisis iklim bisa ditangani, sehingga iklim bersahabat dengan umat tanpa kekawatiran adanya ancaman bencana,” tegasnya.
Pemilihan menanam pohon matoa seperti yang digagas Nasarudin Umar, memiliki filosofi ekologis yang menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar, menghasilkan oksigen, mencegah erosi, serta memperbaiki kualitas tanah. Matoa juga menjadi simbol ketangguhan.
“Matoa itu bisa tumbuh di hampir di seluruh wilayah Nusantara, dari tanah Aceh hingga Merauke. Kemampuannya bertahan dalam cuaca ekstrem menjadikannya metafora tentang harapan: bahwa kehidupan bisa bertunas bahkan di kondisi yang genting,” ujar Susanto.