MENUJU MAKKATU AL-MUKAROMMAH – DAY 8: PERJALANAN UMROH – Part 1
Alhamdulillah, setelah selama 8 hari 9 malam, akhirnya kegiatan ibadah para calon jama’ah haji (CJH) warga LDII dari Bogor, bersama JCH lainnya yang tergabung dalam Kloter 02/JKS di Masjid Nabawi berhasil diselesaikan. Program kegiatan ibadah utama yang ditargetkan, alhamdulillah berhasil dituntaskan oleh sebagian besar JCH warga LDII dari Bogor, antara lain: Arba’in, sholat-sholat sunnah di Masjid Nabawi – untuk mencari lipatan pahala 1000x, dan sholat-sholat sunnah dan doa-doa di Roudhoh.
Kegiatan Arba’in telah dilakukan mulai sholat Shubuh pada tanggal 13 Oktober 2010 dan telah diselesaikan pada sholat Isya’ tanggal 19 Oktober 2010. Berarti pagi berikutnya, tanggal 20 Oktober 2010, perjalanan akan dilanjutkan ke Makkatu al-Mukarromah.
Persiapan untuk perjalanan harus sudah mulai dilakukan sejak malam tanggal 18 Oktober 2010, dimulai dengan pengepakan koper dan barang-barang lainnya yang akan dibawa ke Mekkah. Tanggal 19 Oktober merupakan hari terakhir pelaksanaan kegiatan Arba’in sambil beristirahat sebisa mungkin dan melakukan persiapan terakhir perjalanan menuju ke Mekkah pada hari berikutnya.
Koper-koper sudah diturunkan dari kamar masing-masing JCH Rombongan X, yang di dalamnya terdapat 20 orang warga LDII dari Bogor, ke lobby hotel pada pukul 01.00 tanggal 20 Oktober 2010 dan ditumpuk berdasarkan nomer rombongannya masing-masing. Sejak kedatangan di Madinah dan selama di pemondokan, JCH tidak mengeluarkan baksis/tips. Tetapi baksis diberikan pada kuli angkut koper di pagi hari tanggal 20 Oktober, sebesar SR. 1 per JCH dan kepada sopir bus yang mengangkut ke Mekkah sebesar SR. 2 per JCH, yang dikoordinir oleh Ketua Rombongan (Karom) masing-masing setelah berdiskusi dengan Ketua Regu (Karu).
Pengecekan dokumen (Paspor) telah dilakukan oleh masing-masing Karom dan alhamdulillah tidak ada masalah. Karena akan berangkat pagi hari, untuk mengantisipsi masalah teknis dan non-teknis, persiapan umroh telah dilakukan mulai malam tanggal 19 Oktober, antara lain: (1) mengecek apakah ada diantara para JCH wanitanya yang sedang datang bulan (dari JCH warga LDII ternyata tidak ada yang sedang datang bulan, alhamdulillah), (2) mandi jinabat oleh JCH perempuan telah mulai dilakukan malam hari tanggal 19 Oktober agar tidak mengantri dan dapat mengeringkan rambutnya pada pagi harinya, dan (3) praktek pemakaian pakaian ihrom untuk JCH laki-laki juga dilakukan pada malam hari tanggal 19 Oktober.
Pagi tanggal 20 Oktober 2010, sejumlah perwakilan JCH berjaga, mengontrol dan memastikan bahwa koper-koper JCH dari rombongan masing-masing telah dimuat dalam bus. Selanjutnya JCH yang telah mandi jinabat dan bepakaian ihrom diberangkatkan menuju Bir Ali sekitar pukul 08.00 pagi. Pemberangkatan diatur satu rombongan JCH bersama barang-barang bawaannya berada dalam satu bus yang sama. Di masjid Bir Ali, yang ditempuh dalam waktu singkat dari Madinah, JCH mengambil miqot untuk umroh karena semua JCH warga LDII dari Bogor rencananya akan mengambil haji Tammatu’. Setelah melakukan sholat sunnah dua roka’at, satu per satu JCH diingatkan untuk melafalkan niat umroh: “Labaik, Allohuma Umrotan” dan perjalanan dilanjutkan kembali menuju Mekkah. Alhamdulillah. dalam proses pengambilan miqot di Bir Ali tidak dijumpai masalah.
Setelah melalui dua kali pos pemeriksaan dan satu kali beristirahat untuk sholat Dhuhur dan Ashr (jamak-qoshor), perjalanan akhirnya sampai di Mekkah sekitar pk. 17.00, di Pondokan/Hotel Marwah, Maktab 28, Aziziyah Janubiyah – Rumah No. 418.
Pembagian kamar dan kunci kamar merupakan poin penting yang harus diselesaikan oleh JCH. Seperti halnya di Madinah fihak hotel menyerahkan kunci kamar hanya kepada Karom saja dan Karom bersama Karu akan membaginya kepada JCH. Bagi Ketua Karu yang membawahi warga LDII, perlu melakukan koordinasi yang baik dengan Karom untuk masalah ini agar mendapatkan jatah kamar dengan pengaturan yang sesuai ketentuan-ketentuan agama.
Sejak di Madinah, dua orang Karu yang membawahi 20 orang warga LDII dalam Rombongan X ini telah menjalin kerjasama yang baik dengan Karom X. Beberapa tugas yang seharusnya dilakukan Karom, dibantu dan diambil alih oleh Karu kita sehingga hubungan baik telah terjalin. Dalam pembagian kamar di Hotel Mekkah pun, Karu kita aktif membantu Karom sehingga Karom sangat akomodatif terhadap permintaan khusus dari Karu warga LDII. Ini yang mungkin perlu dijadikan catatan bagi para JCH yang akan berangkat dan mendapatkan amal sholeh menjadi Karu bagi warga LDII, terutama jika jumlah warga LDII minoritas dibandingkan warga yang lainnya.
JCH warga LDII dari Bogor mendapatkan jatah 3 kamar (1 kamar untuk 7 orang laki-laki, dan 2 kamar untuk @ 6 orang perempuan. Satu warga LDII harus bergabung dalam satu kamar dengan Karom X (Bp. Joko Santoso). Setelah membereskan koper dan barang bawaan lainnya, Karu yang mewakili warga LDII minta ijin kepada Karom untuk memisahkan diri dari rombongan dalam pelaksanaan ibadah umroh, dengan alasan sebagian besar JCH warga LDII dalam kondisi lelah akibat perjalanan dari Madinah dan harus istirahat.
Setelah anggota rombongan yang lain berangkat umroh, warga LDII mengatur
transportasi dan logistik dari hotel ke Mekkah untuk pelaksanaan umroh melalui contact person di Mekkah (Pak Mustakim). Umroh insyaAlloh akan dilaksanakan sekitar pk. 21.00 malam karena sehabis Isya’ biasanya kondisi Masjidil Harom sepi dan memudahkan pelaksanaan umroh.
Langkah berikutnya adalah mengisi perut JCH yang sudah kosong karena seharian hanya diisi dengan nasi jatah sarapan yang porsinya relatif sedikit menurut ukuran JCH Indonesia (atau memang karena hari itu betul-betul lapar kalee?). Alhamdulillah, di lantai dasar hotel ada kafetaria Indonesia yang menyediakan makan malam. Meskipun satu porsi makan malam seharga SR. 10, untuk saat itu disimpulkan bahwa yang penting adalah mengisi perut sebelum pelaksanaan umroh pada malam harinya.
Moga-moga Alloh SWT paring manfaat dan barokah dan semoga informasi ini ada manfaatnya.Makkatu al-Mukarommah, 20 Oktober 2010).
MENUJU MAKKATU AL-MUKAROMMAH: PERJALANAN UMROH – Part 2
Melanjutkan dari entry sebelumnya (Perjalanan Umroh – Part 1), jama’ah calon haji (JCH) warga LDII dari Bogor diajak untuk makan malam sesuai selera masing-masing di kantin hotel yang menjual masakan Indonesia. Selanjutnya JCH beristirahat sambil menunggu kedatangan jemputan yang akan membawa ke Masjidil Harom.
Sekitar pukul 21.00 jemputan yang ditunggu akhirnya datang juga. Tetapi karena mobilnya hanya dapat memuat 11 orang, akhirnya 20 orang JCH diangkut dua kali. Sebagian JCH diantar lebih dahulu dan sisanya dijemput belakangan.
Dalam koordinasi yang sebelumnya telah dilakukan, pada prinsipnya JCH diarahkan untuk bisa melaksanakan kegiatan umroh secara mandiri dan tidak menggantungkan kepada orang lain. Dengan demikian, meskipun perjalanan dari pondokan/hotelnya dilakukan secara terpisah JCH insyaAlloh yakin akan dapat melakukan rangkaian ibadah thowaf tanpa harus menunggu yang lain. Dengan demikian, JCH yang diantar lebih dahulu telah memulai thowaf di Baitulloh sekitar satu jam lebih awal daripada yang belakangan dijemput. Meskipun demikian, pengaturan telah dilakukan agar tidak sampai terjadi, ada JCH yang hilang atau tertinggal (lihat Entry # 17).
Memastikan bahwa satu-satunya JCH dapat secara mandiri melakukan kegiatan ibadah thowaf di Baitulloh dan sai di Shofa-Marwah penting untuk dilakukan karena sulitnya megkondisikan semua JCH thowaf dan sai secara bersama-sama.
Yang kami lakukan dalam ibadah haji tahun 2010 ini, sebelum berangkat ke Masjidil Harom untuk umroh, telah dikondisikan agar JCH bisa thowaf dan sai secara mandiri. Review dan tanya jawab tentang rangkaian kegiatan umroh telah dilakukan sebelumnya, yaitu pada saat pengajian mingguan JCH warga LDII dari Bogor ketika masih berada di Madinah. Setelah rangkaian thowaf selesai, JCH diindtruksikan tidak langsung melaksanakan sai ke Shofa-Marwah tetapi menunggu di tangga – lurusnya Ka’bah dan Maqom Ibrahim sampai dengan ke-20 JCH telah menyelesaikan thowaf dan berkumpul kembali. Setelah semua JCH selesai melaksanakan thowaf, baru bersama-sama berangkat ke Marwah untuk memulai sai Shofa-Marwah.
Demikian pula ketika sai Shofa-Marwah, ditekankan agar JCH dapat melaksanakannya secara mandiri karena setiap JCH mempunyai irama, kecepatan, dan keperluan sendiri-sendiri sehingga akan merepotkan jika harus sai bersama-sama. Setelah selesai rangkaian sai, kembali diingatkan kepada JCH untuk menunggu di Pintu Marwah sampai dengan seluruh JCH menyelesaikan seluruh rangkaian sai Shofa-Marwah. Baru setelah semua JCH menyelesaikan sai dan berkumpul kembali, maka bersama-sama pulang kembali ke pondokan/hotel. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tidak ada JCH yang tertinggal atau hilang di tengah jalan.
Alhamdulillah, dengan pengaturan seperti itu perjalanan thowaf di Baitulloh dan sai Shofa-Marwah dapat dilakukan dengan lancar oleh semua JCH warga LDII. Yang menjadi catatan adalah karena baru memulai thowaf sekitar pukul 21.30 malam, maka rangkaian ibadah umroh yang dilakukan baru dapat diselesaikan pada sekitar pukul 01.30 dini hari tanggal 21 Oktober 2010. Untunglah sebelum berangkat (sore, pk. 18.00) telah makan malam secukupnya di kantin hotel.
Demikianlah tahapan II kegiatan ibadah haji tahun 2010, yaitu rangkaian ibadah Umroh (thowaf di Baitulloh diikuti sai Shofa-Marwah) yang harus dilakukan oleh JCH telah terselesaikan dengan berbagai kekurangan-kekurangan yang mungkin muncul sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing JCH. Kita semua mengucapkan syukur kepada Alloh atas segala nikmat yang telah diberikan dengan ucapan syukur, alhamdulillah hirobbil ‘alamiin.
Moga-moga Alloh SWT paring manfaat dan barokah dan semoga informasi ini ada manfaatnya.(Makkatu al-Mukarommah, 20 Oktober 2010).
MENUJU MAKKATU AL-MUKAROMMAH: PERJALANAN UMROH – Part 3
Mengingatkan saja dari entry sebelumnya (Perjalanan Umroh – Part 1 & 2), ada beberapa catatan tambahan yang perlu ditekankan kembali berkaitan dengan perjalanan dari Madinah ke Mekkah, antara lain:
(1) Pengepakan barang dari Madinah betul-betul harus dipersiapkan dengan baik agar tidak ada yang ketinggalan. Dalam perjalanan ke tidak dibatasi jumlah barang yang dibawa, yang penting jelas identitasnya. Oleh karena itu, bawalah semua barang yang terkumpul di Madinah untuk dimanfaatkan di Mekah, termasuk air minum, buah-buahan yang terkumpul serta gula, teh, kopi dan krimer yang didapat dari jatah katering. Di dalam bus biasanya tidak semua kursi terisi karena jumlah jama’ah calon haji per rombongan hanya berkisar antara 42-43 orang sedangkan kapasitas bus lebih dari itu.
(2) Jika berangkat dari Madinah ke Mekahnya pagi hari seperti yang kami lakukan, berarti akan menjumpai waktu sholat Dhuhur dan Ashr di jalan. Hal ini perlu disikapi dengan baik agar pelaksanaan sholatnya bisa berjalan aman selamat lancar dan barokah, tanpa menimbulkan masalah.
(3) Disarankan jama’ah calon haji (JCH, secara sendiri-sendiri atau bersama-sama) menyiapkan bekal makanan untuk perjalanan dari Madinah ke Mekkah karena jarak yang ditempuh relatif jauh (sebagaimana perjalanan Jakarta- Solo), jatah makanan yang diberikan selama perjalanan tidak mencukupi porsi (untuk perut orang Indonesia umumnya) dan jumlahnya (hanya makan pagi saja), dan tidak dijumpai warung makan di jalan atau tidak akan sempat membelinya karena tidak cukup waktu.
(4) Sebelum tiba di Mekkah (atau sehari sebelumnya), jika perlu – Ketua Rombongan JCH warga LDII dapat mengontak contact person di Mekkah untuk menyiapkan catering, paling tidak satu kali saja pada saat kedatangan di Mekkah agar ketika datang langsung mendapatkan asupan nutrisi yang sangat diperlukan JCH (dalam hal seperti perjalanan kami – untuk makan malam sebelum umroh).
(5) Masalah pembagian kamar pondokan di Mekkah betul-betul perlu mendapatkan perhatian yang serius karena JCH akan berada di Mekkah cukup lama sehingga jika pengaturan kamarnya tidak barokah akan membawa kerepotan tersendiri bagi JCH. Sebagai contoh (1) jika harus sekamar dengan JCH lain yang senang merokok – padahal kita tidak merokok atau alergi terhadap rokok – maka akan menimbulkan masalah dan (2) jika harus sekamar yang campur antara JCH laki-laki dan perempuan, dan sebagainya – akan menimbulkan masalah yang lain. Oleh karena itu, masalah pembagian kamar ini harus dikomunikasikan dengan baik oleh perwakilan JCH warga LDII kepada Karomnya masing-masing. Jangan sampai masalah pengaturan kamar yang tidak sesuai dengan yang diharapkan menjadi faktor penghambat kegiatan ibadah yang dilakukan selama di Mekkah.
(6) Mengkomunikasikan dengan baik kepada Karom bahwa JCH warga LDII akan melakukan kegiatan umroh secara mandiri sehingga tidak sampai menimbulkan pertanyaan atau masalah di lapangan berkaitan dengan masalah pelaksanaan umrohnya. Umumnya, karom akan menginginkan semua anggota rombongannya untuk pergi dari hotel ke Masjidil Harom, melakukan thowaf di Baitulloh, dan melakukan sai Shofa-Marwah secara bersama-sama, yang prakteknya setelah di lapangan juga akan sulit dilakukan. Namun demikian, untuk menjaga hubungan baik dengan Karom dan JCH lainnya, komunikasi dari awal sangat perlu dilakukan.
(7) Memastikan jadwal, rute dan ketentuan transportasi JCH dari pondokan ke Masjidil Harom PP sehingga dapat memanfaatkan fasilitas tersebut dengan gratis. Yang kami lakukan dalam tahun 2010 ini, untuk melakukan umroh kami mencarter transportasi sendiri seharga SR. 100 untuk pergi-pulang dari pondokan ke Mekkah (total untuk 20 orang JCH, diatur melaui contact person di Mekkah). Dengan cara ini kita dibantu guide untuk perjalanan yang pertama dari pondokan ke Masjidil Haromnya.
(8) Memastikan bahwa satu-satunya JCH mengetahui posisi dan alamat pondokan/hotel dimana JCH tinggal dan bagaimana caranya menuju ke Masjidil Harom dari pondokan/hotel atau menuju ke pondokan/hotel dari Masjidil Harom. Hal ini perlu dilakukan in case ada JCH yang terpisah atau harus pulang secara terpisah dari rombongan.
(9) Memastikan bahwa satu-satunya JCH dapat secara mandiri melakukan kegiatan rangkaian ibadah thowaf di Baitulloh dan sai di Shofa-Marwah karena akan sulit megkondisikan semua JCH thowaf dan sai secara bersama-sama. Yang perlu dan penting untuk dilakukan adalah membuat konsensus dimana harus berkumpul jika dalam proses thowaf dan sai sampai ada yang terpisah.
Dalam hal ini, sebagai tempat pertemuan yang dapat dipilih sehabis thowaf adalah di tangga – lurusnya Baitulloh dan Maqom Ibrohim. Tempat ini juga dapat dijadikan pos pertemuan bagi JCH yang: (a) terpisah dari rombongan, (b) mencari teman untuk bersama-sama pulang ke pondokan/hotel, terutama bagi JCH perempuan yang tidak direkomendasikan untuk pulang sendirian, atau (c) sebagai tempat janji untuk bertemu dengan sesama warga LDII dari Kota/Kabupaten lainnya. Sedangkan tempat pertemuan jika sudah menyelesaikan sai adalah di Pintu Marwah.
(10) Dalam kasus kami, kebetulan para JCH perempuannya tidak ada yang haid selama perjalanan menuju Mekkah dan dapat menjalankan rangkaian ibadah umroh. Jika kebetulan ada yang haid, harus diingatkan pada yang bersangkutan untuk tetap berihrom, mengambil miqot di Bir Ali, melafalkan niat tetapi tidak perlu sholat sunnah dua rokaat. Selanjutnya, yang bersangkutan diberitahu bahwa bagi dia berlaku larangan ihrom sampai dengan suci (haidnya selesai dan dia mandi jinabat) serta menyelesaikan rangkaian thowaf dan sai. Ketika akan thowaf dan sai, dia tidak perlu mengambil miqot lagi ke Tan’im.
(11) Diingatkan bagi JCH agar dalam melaksanakan thowaf dan sai supaya tetap mengikuti ketentuan-ketentuan yang sudah dikajikan saja dan supaya tidak terpengaruh dengan apa yang dilihat atau didengar selama melakukan rangkaian thowaf dan sai. Semua yang telah dikajikan dalam pengajian manasik haji sebelum JCH berangkat ke tanah suci sudah lebih dari mencukupi sehingga tidak perlu ditambahi dengan amalan yang sifatnya hanya ikut-ikutan saja.
Moga-moga Alloh SWT paring manfaat dan barokah dan semoga informasi ini ada manfaatnya.(Makkatu al-Mukarommah, 20 Oktober 2010).
MAKKATU AL-MUKAROMMAH – DAY 1: KEGIATAN IBADAH DI MASJIDIL HAROM
Berhasil sampai di kota Mekkah sungguh merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi jama’ah calon haji (JCH) asal Indonesia. Mekkah adalah kota yang menjadi tempat dimana agama Islam berawal. Selanjutnya, nampu mendatangi Masjidil Harom di Mekkah sungguh merupakan satu pengalaman hidup yang tidak terlupakan.
Bagi JCH yang memahami berbagai kefadholan yang ada di dalam Masjidil Harom, bisa mendatangi Mekkah haruslah mampu memotivasi JCH untuk beribadah semaksimal mungkin di Masjidil Harom. Namun demikian tetap harus diingat bahwa tujuan utama kedatangan para JCH ke tanah suci adalah untuk melaksanakan ibadah haji, sedangkan kegiatan ibadah yang lain sifatnya adalah sebagai pelengkap. Sehingga masing-masing JCH supaya bisa mengukur kemampuan dan kekuatan dirinya dalam melaksanakan berbagai kegiatan ibadah di Masjidil Harom sebelum Wukuf di Arofah.
Alhamdulillah, berkat penjelasan yang telah dilakukan baik yang berupa ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadits serta pengalaman dari jama’ah haji sebelumnya melalui berbagai kegiatan pengajian rutin sebelum berangkat ke tanah suci, 20 orang JCH warga LDII yang tergabung dalam Kloter 02/JKS, Rombongan X, Regu 39 dan 40 sudah secara mandiri tahu apa saja yang harus dikerjakan selama berada di Mekkah (Masjidil Harom). Sebagaimana JCH umumnya, berbagai kegiatan untuk mengisi waktu selama di Mekkah meliputi: (1) kegiatan ibadah, (2) kegiatan ziaroh, dan (3) kegiatan yang sifatnya non-religius, seperti belanja oleh-oleh.
Untuk hal-hal yang berkaitan dengan ibadah, kegiatannya berpusat di Masjidil Harom. Setiap JCH warga LDII disarankan memprogramkan kegiatan ibadah sebagai berikut: (1) menunaikan sholat wajib sebanyak-banyaknya secara berjama’ah di Masjidil Harrom, (2) berusaha untuk menunaikan Sholat Tasbih setiap harinya, (3) menunaikan Sholat Dhuha setiap pagi – baik yang 2 roka’at, yang 4 roka’at, atau yang 12 roka’at, (4) menunaikan Sholat Hajad, Sholat Lail, serta sholat sunnah lainnya, dan (5) melaksanakan thowaf sunnah sebanyak 50 kali rangkaian thowaf.
Salah satu kafadholan Masjidil Harom (yang dimaksud bukan setiap masjid di tanah harom Mekkah, tetapi “the Masjidil Harom”), sebagaimana dijelaskan dalam hadits yaitu pahala sholat di Masjidil Harom adalah 100.000 kali pahala sholat di selainnya Masjidil Harom. Jadi, kalau kita sholat 100.000x di Indonesia, pahalanya baru akan menyamai 1x sholat di Masjidil Harom. Oleh karena besarnya pahala yang dijanjikan Alloh, JCH warga LDII yang tergabung dalam Kloter 02/JKS selalu berusaha sebanyak mungkin menunaikan sholat wajib di dalam Masjidil Harom dan tidak di masjid atau tempat lain seperti di hotel/pondokan, meskipun tempat-tempat lain tersebut ada di tanah harom.
Berbeda dengan di Masjid Nabawi, yang ada hitungan tertentunya untuk sholat wajib berturut-turut yang harus dilakukan (Arba’in – 40 kali sholat wajib), baru ada kefadholan khususnya dan setiap sholat pahalanya dilipatkan 1000x, maka di Masjidil Harom tidak ada hitungan khusus untuk pelaksanaan sholat wajibnya. Semakin banyak semakin baik karena setiap sholat wajib yang ditunaikan mendapat kelipatan pahala 100.000x pahala sholat di Indonesia.
Menunaikan Sholat Tasbih, Sholat Dhuha, Sholat Hajad, Sholat Lail, dan Sholat-sholat sunnah lainnya selain masing-masing mempunyai kefadholan dan tujuan sendiri-sendiri, jika dilakukan di Masjidil Harom juga akan mendapatkan lipatan pahala sebesar 100.000x dibandingkan jika dilakukan di Indonesia. Sehingga bagi yang mampu, menunaikan berbagai sholat-sholat sunnah tersebut di Masjidil Harom seolah-olah dijadikan sebagai rutinitas yang harus dikerjakan (hijjib) karena kefadholan dan lipatan pahala yang akan didapatkan.
Kalau di Masjid Nabawi ada area yang dikenal dengan nama Roudhoh, sebagai salah satu tempat mustajab untuk berdoa maka di Masjidil Harom, tempat-tempat yang mustajab tersebut ada lebih dari satu. InsyaAlloh akan diposting dimana tempat-tempat tersebut (lihat posting tempat-tempat mustajab di Masjidil Harom).
Salah satu kegiatan ibadah sunnah yang JCH dari Indonesia mengerjakannya adalah melakukan thowaf sunnah sebanyak 50x rangkaian thowaf. Yang dimaksud dengan satu rangkaian thowaf adalah memutari Baitulloh (Ka’bah) 7x putaran dan diakhiri dengan sholat sunnah 2 roka’at di belakang Maqom Ibrohim. Jadi yang dimaksud dengan 50x thowaf – ya 50x @ rangkaian 7x putaran Ka’bah yang diakhiri sholat sunnah dua rokaat di belakang Maqom Ibrohim. Pahala dari thowaf sunnah 50x ini sungguh besar bagi yang mampu melakukan, sehingga setiap JCH warga LDII yang datang ke Masjidil Harom pasti memprogramkan thowaf sunnah 50x sebagai kegiatan ibadah mereka. Selain itu, bagi orang yang melakukan juga tetap mendapatkan kefadholan setiap rangkaian thowafnya masing-masing (lihat posting pahala thowaf).
Maka tidak mengherankan bagi JCH warga LDII yang mendapat kesempatan datang ke Masjidil Harom dalam pelaksanaan haji, pasti akan berusaha mempersungguh untuk menyelesaikan thowah sunnah 50x sebagai salah satu target ketika berada di Mekkah. Demikian pula yang dilakukan oleh JCH warga LDII dari Bogor dalam musim Haji tahun 2010 ini, semuanya berusaha memprogramkan untuk menyelesaikan thowaf sunnah 50x selama ada di Mekkah.
Moga-moga Alloh SWT paring manfaat dan barokah dan semoga informasi ini ada manfaatnya.(Makkatu al-Mukarommah, 21 Oktober 2010).
MAKKATU AL-MUKAROMMAH – DAY 1: BAITULLOH (KA’BAH) – Part 1
Sebagian besar jama’ah calon haji (JCH) begitu sampai di Mekkah, yang diinginkan untuk segera dilakukan adalah menuju Masjidil Harom dan masuk ke dalamnya. Maka begitu masuk Masjidil Harom, segera yang dicari adalah bangunan Baitulloh (Ka’bah).
Begitu bangunan Ka’bah terpampang dihapan para JCH, maka kami terus terang tidak tahu apa yang ada dan berkecamuk di dalam dada (hati) dan kepala (pikiran) para JCH. Yang bisa kami lihat adalah pada umumnya ada raut wajah (a) tidak percaya, (b) tertegun, (c) terharu, dan ada yang (d) tersedu-sedu menahan tangis atau bahkan (e) terbengong-bengong, atau (f) tidak menunjukkan perubahan raut muka sama sekali – di hadapan bangunan Ka’bah yang jaraknya masih sekitar 100 m dari posisi berdirinya JCH.
Kalau boleh menebak apa yang berkecamuk di dalam hati dan pikiran mereka, mungkin saja yang menampilkan raut wajah:
(a) Tidak percaya – barangkali yang bersangkutan (ybs.) masih ingin meyakinkan diri – benarkan dia benar-benar ada di hadapan Baitulloh (Ka’bah) ataukah ini hanya mimpi saja? Ketidakyakinannya tercermin dalam raut wajah tidak percaya bahwa dia sudah berdiri di depan Baitulloh (Ka’bah).
(b) Tertegun – barangkali ybs. belum menyadari betul bahwa dia sudah sampai di Masjidil Harom dalam waktu yang rasa-rasanya sedemikian singkat (meskipun sebetulnya peristiwa ini sudah ditunggu selama sekitar 10 hari sebelumnya atau bahkan lebih!). Kekagetan dan keterkejutannya tercermin dalam raut wajah yang tertegun ketika melihat Ka’bah.
(c) Terharu – barangkali ybs. sudah menunggu sekian waktu untuk bisa melihat langsung Baitulloh (Ka’bah) yang selama ini hanya didengar lewat ceritera atau dilihat lewat gambar saja. Betapa tersentuhnya hati JCH ketika apa yang dilihat langsung ternyata mempunyai keagungan yang jauh lebih terasa menyentuh hati dibandingkan dengan apa yang didengar dari ceritera atau yang dilihat dari gambarnya saja. Sentuhan keagungan yang terjadi dihatinya membuat penampilan terharu tercermin dalam raut wajahnya.
(d) Tersedu-sedu menahan tangis – barangkali sentuhan keagungan dalam hati orang ini sedemikian besarnya sehingga ybs. sampai menangis. Tetapi ketakjuban akan keagungan Ka’bah membuat dia menahan tangisnya hingga menampilkan raut muka tersedu-sedu menahan tangis.
(e) Terbengong-bengong – barangkali yang bersangkutan belum sadar sudah sampai di Mekkah serta sudah masuk di Masjidil Harom dan bahkan sudah berdiri di hadapan Ka’bah. Karena masih setengah sadar, akhirnya raut wajah yang tertampil adalah terbengong-bengong.
(f) Tidak menunjukkan perubahan raut wajah sama sekali – Nah ini yang sulit ditebak. Karena raut mukanya tidak berubah, jelas kami tidak bisa – meskipun hanya menebak apa yang terjadi di hati dan pikiran ybs. Bisa saja yang ada di hati dan pikiran ybs. adalah salah satu atau campuran dari beberapa perasaan yang disebutkan terdahulu. Sebaliknya, bisa juga memang ybs. sudah tidak merasakan apa-apa lagi akibat terlalu sering melihat Ka’bah.
Yang perlu diingat oleh yang membaca entry ini bahwa apa yang kami uraikan diatas hanyalah tebakan saja loh…, yang kecil kemungkinan benarnya atau lebih besar kemungkinan salahnya. Yang jelas, jika ingin tahu jawaban yang benar dari perasaan apa di balik raut muka yang ditampilkan ketika melihat Ka’bah adalah dengan datang sendiri ke Masjidil Harom dalam rangka melakukan ibadah haji. Ketika itu, tanyalah kepada diri sendiri bagaimana perasaan masing-masing ketika melihat Baitullah.
Sedangkan bagi jama’ah yang sudah pernah haji, barangkali dapat mengingat kembali apa perasaannya ketika pertama kali datang ke Masjidil Harom dan melihat Ka’bah. Lebih lengkap lagi kalau ybs. mau sharing dan mengirimkan komentar terhadap entry ini, yaitu tentang apa yang ada di hati dan pikirannya ketika pertama kali melihat Ka’bah.
Moga-moga Alloh SWT paring manfaat dan barokah dan semoga informasi ini ada manfaatnya.(Makkatu al-Mukarommah, 21 Oktober 2010).
MAKKATU AL-MUKAROMMAH – DAY 1: BAITULLOH (KA’BAH) – Part 2
Selain mampu membuat orang yang pertama kali melihatnya menampilkan berbagai raut wajah yang berbeda-beda, Baitulloh (Ka’bah) di Masjidil Harom, Mekkah merupakan bangunan yang mempunyai sejarah sangat panjang. Menurut keyakinan ummat Islam, Ka’bah merupakan bangunan yang didirikan oleh Nabi Ibrohim. Sejarah panjang Ka’bah tersebutlah barangkali yang menjadi salah satu faktor penyebab keagungan Ka’bah (dengan idzin Alloh, tentunya!).
Jika kita mengamati bangunan Ka’bah, maka perhatian kita akan tertuju pada bagian-bagian Ka’bah yang berdasarkan ceritera di dalam hadits mempunyai kefadholan-kefadholan tertentu atau bagian-bagian yang banyak didatangi JCH tetapi kefadholan tidak pernah diketahui ada dasar syar’i-nya atau tidak.
Bagian bangunan Ka’bah yang diketahui mempunyai kefadholan tertentu berdasarkan dalil syar’i antara lain:
(1) Dua pojok yang mengarah ke Yaman (Dua rukun Yaman)
Dua rukun Yaman (pojok Ka’bah yang mengarah ke Yaman) merupakan dua bagian penting dari Ka’bah. Salah satu dari dua rukun Yaman adalah pojok dimana Hajar Aswad berada. Dalam rangkaian thowaf, ada ritual mencium atau mengusap atau isyaroh pada Hajar Aswad sebagai awal thowaf dan setiap kali akan memulai atau menyelesaikan satu putaran di dalam thowaf.
Hajar Aswad sendiri mempunyai kefadholan tertentu bagi orang yang mencium atau mengusap atau isyaroh kepadanya karena besok pada hari kiamat, batu tersebut akan menjadi saksi di hadapan Alloh. Selain itu, Hajar Aswad diyakini mampu menyedot dosa-dosa orang-orang iman yang menciumnya. Tidak heran setiap kali kita datang ke Baitulloh, selalu saja terlihat banyak orang berebut untuk mencium Hajar Aswad. Bahkan ada orang-orang yang menyediakan jasa bantuan agar kita mendapat kesempatan mencium Hajar Aswad, untuk sejumlah Saudi Riyal sebagai bayaran dari servis yang mereka berikan.
Rukun Yaman yang kedua juga mempunyai posisi istimewa karena dalam thowaf – jika memungkinkan – kita disunnahkan untuk mengusapnya juga. Tetapi jika tidak memungkinkan maka kita tidak perlu isyaroh sebagaimana mita isyaroh kepada Hajar Aswad. Rukun Yaman yang kedua ini juga sebagai tanda untuk mengganti doa ketika JCH melaksanakan thowaf.
(2) Multazam.
Multazam adalah bagian tembok Ka’bah yang posisinya ada diantara pintu Ka’bah dan Hajar Aswad. Multazam merupakan salah satu tempat mustajab/makbul untuk berdoa sehingga juga merupakan bagian dari Ka’bah yang menjadi rebutan banyak orang untuk mendapatkan kesempatan memananjatkan doa.
(3) Hijir Ismail.
Hijir Ismail seharusnya menjadi bagian dari bangunan Ka’bah. Konon karena kekurangan dana pada awal pemugaran/pembangunannya, bagian Hijir Ismail yang seharusnya menjadi satu bagian dengan Baitulloh – tidak mampu diselesaikan. Tinggalah sekarang sebagai tembok setengah melingkar setinggi orang dewasa yang posisinya ada di sebalik posisi dua rukun Yaman. Keistimewaan sholat sunnah atau berdoa di Hijr Ismail adalah sama dengan sholat sunnah atau berdoa di dalam Ka’bah.
Jika anda mempunyai kesempatan datang ke Masjidil harom maka carilah tiga bagian dari Ka’bah tersebut. Jika ada kesempatan dan kekuatan maka cobalah untuk mencium Hajar Aswad karena kelak di akhirat nanti Hajar Aswad oleh Alloh akan diberi idzin untuk menjadi saksi bagi orang-orang yang telah menciumnya. Selain itu, Hajar Aswad akan menyedot dosa-dosa orang yang menciumnya.
Jika ada kesempatan dan Kekuatan, cobalah untuk bisa berdoa di Multazam karena doa orang di Multazam mempunyai tingkat kemakbulan yang besar. Jika ada kekuatan atau kesempatan, cobalah juga untuk merasakan bagaimana rasanya sholat dan berdoa di dalam Ka’bah dengan melakukan sholat sunnah atau berdoa di dalam Hijir Ismail.
Moga-moga Alloh SWT paring manfaat dan barokah dan semoga informasi ini ada manfaatnya.(Makkatu al-Mukarommah, 21 Oktober 2010)
Oleh: Pak Dar
Bersambung…