Kemudian sebelum maghrib, Galuh sudah kembali ke rumah lalu merawat ibunya. Galuh tidak pernah mengeluhkan keadaannya yang sulititu. Ia selalu bersyukur pada Allah karena hingga saat ini ia masih diberikan kesehatan, kesempatan bersekolah gratis dan juga bisa tidur di samping ibunya.
Suatu hari ibunya jatuh sakit dan tidak bisa membuat opak seperti biasanya. Itu berarti tidak ada penghasilan untuk membiayai kehidupan sehari-harinya. Galuh kebingungan apa ya kira-kira yang bisa ia jual untuk ibunya agar cepat sembuh. Namun akhirnya Galuh memutuskan untuk datang ke rumah-rumah di sebuah komplek elit untuk menawarkan jasa mencuci baju ataupun bersih-bersih rumah.
Dengan kesabaran ia melewati rumah satu persatu dan menawarkan jasa tersebut. Hingga akhirnya di sebuah rumah tua ia bertemu dengan seorang nenek dan kakek yang sedang duduk di teras rumahnya.Galuh menawarkan jasanya dan diterima oleh kakek dan nenek itu. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, sang nenek memberikan upah dan juga rantang berisi makanan enak. Dan mengatakan kepada Galuh, agar dia bisa datang kembali setiap sore hari untuk membantu membersihkan rumahnya.
Galuh dan ibunya makan malam bersama dan sang ibu memandangi galuh penuh arti. Merasa dilihat seperti itu Galuh bertanya “Ada apa ibu? apakah makanannya kurang?”. “Tidak nak, ini sudah lebih dari cukup untuk ibu. Hanya saja ibu kasihan denganmu yang berusaha mencari nafkah untuk kita berdua. Ibu selama ini sudah terlalu banyak merepotkanmu nak. Bagi ibu, kamu adalah pahlawanku”.
Tanpa berkata apa-apa, Galuh memeluk erat tubuh ibunya. Kemudian selesai makan ia sholat isya. Dalam doanya Galuh mengucapkan syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Dan ia memohon pada Allah agar mereka selalu dapat hidup sehat, dan bisa menjadi hamba yang selalu bersyukur…
“Walaupun aku belum bisa menjadi pahlawan untuk masyarakat tapi menjadi pahlawan bagi ibuku sendiri itu adalah penghargaan terindah dalam hidupku..”