Jakarta (8/8) PB Persinas menggelar pertandingan pencak silat nasional untuk mempersiapkan atlet-atlet nasional sejak dini. Kejuaraan yang dinamai Pasanggirinas dan Kejurnas ASAD 2017 ini, diikuti oleh 3.000 atlet silat remaja dari 34 provinsi. Acara yang dihelat pada 8-11 Agustus ini juga dihadiri 2.000 ulama yang berasal dari provinsi yang mengirim atlet mereka.
“Kejuaraan ini merupakan perhelatan rutin, yang bertujuan untuk melahirkan atlet-atlet muda di internal perguruan Persinas ASAD. Mereka adalah atlet-atlet pilihan melalui seleksi ketat di tingkat Kejuaraan Daerah di Kabupaten, lalu provinsi,” ujar Teddy Suratmadji Sekretaris Umum PB Persinas ASAD.
Menurut Teddy Sutratmadji, silat merupakan seni bela diri khas Indonesia yang merupakan warisan budaya leluhur bangsa Indonesia. Bahkan di seluruh wilayah Indonesia, terdapat seni bela diri pencak silat yang khas. “Warisan budaya ini harus dilestarikan dari generasi ke generasi, untuk itu PB Persinas ASAD menggelar kejuaraan nasional yang kelima kalinya ini,” imbuh Teddy.
Selain itu, Teddy menegaskan bahwa perhelatan ini untuk mencari bibit unggul atlet nasional yang akan membawa nama baik perguruan maupun individu di level nasional dan internasional. Meskipun usia Persinas ASAD dibanding perguruan tinggi lainnya relatif lebih muda, namun atlet-atlet Persinas ASAD telah mengharumkan nama daerahnya pada level Pekan Olah Raga Nasional (PON) bahkan di level SEA Games maupun ASIAN Games. Atlet silat nasional Eka Yulianto adalah salah satu atlet nasional yang dilahirkan oleh Persinas ASAD.
Menurut Teddy, sejak didirikan pada 1900-an Persinas ASAD telah menyebar ke 34 provinsi hanya beberapa tahun setelah berdiri. Pertumbuhan yang pesat ini karena Persinas ASAD merupakan seni bela diri berbasis pesantren, masjid, dan majelis taklim. Cikal bakal silat ASAD sudah ada sejak sebelum kemerdekaan, namun baru pada 30 April tahun 1993 diakta-notariskan menjadi sebuah badan hukum dengan nama Yayasan Perguruan Pencak Silat Nasional ASAD dan diperbaharui melalui notaris pada 2010 menjadi perkumpulan.
“Sejak berdiri pada 1993, Persinas ASAD berasaskan Pancasila dan UUD 1945, Persinas ASAD berniat untuk menghimpun seluruh potensi bangsa yang memiliki persamaan cita-cita, wawasan dan tujuan dalam melestarikan budaya bangsa, khususnya ilmu seni bela diri pencak silat nasional,” ujar Teddy. Pelestarian budaya bangsa ini, menurut Teddy, dapat dilihat dari para pendekar yang membentuk Persinas ASAD berasal dari sembilan perguruan, yaitu Cimande, Kuntaw, Cikaret, Singa Mogok, Nagan, Cikalong, Syahbandar, Garuda Mas, Sabeni, dan Tangkap Menangkap (TM).
Sementara itu Ketua Umum PB Persinas ASAD, Brigjen TNI (Purn) Agus Susarso, mengatakan ASAD memiliki arti Ampuh, Sehat, Aman, dan Damai. Di dalamnya terdapat tujuh jurus tangan kosong, tiga jurus senjata (golok, toya, dan trisula), dan lima jurus seni (Arak-arakan, Tepak Tilu, Tepak Dua, Salancar Masal dan Selasar Angka Delapan).
“Di usia menjelang 25 tahun, PERSINAS ASAD adalah satu-satunya Perguruan Pencak Silat yang sudah ada di seluruh provinsi di Indonesia, karena memiliki basis di pondok pesantren, majelis taklim, masjid, dan mushola di seluruh pelosok Indonesia,” tutur Agus. Pertumbuhan yang cepat itu karena para santri mengajarkan silat ASAD di tempat dakwah mereka, yang kemudian terus berkembang.
Sebagai bagian dari olah raga prestasi, Persinas ASAD sudah menyumbangkan banyak pesilat-pesilat yang menjadi juara di tingkat daerah, nasional, bahkan internasional. Mereka bertanding dan menjuarai PON, SEA Games, SEA University Games, Asian Beach Games, bahkan menjadi juara dunia. Prestasi terakhir pesilat Persinas ASAD adalah menjadi Pesilat Terbaik Putera di Belgia Open, Eropa.
“Saat ini ada dua pesilat kategori Tanding dari Persinas ASAD dari Jawa Barat dan Jawa Timur yang masuk sebagai Tim Nasional SEA Games 2017 dan Tim Nasional untuk Asia Games 2018, dimana untuk pertama kalinya dalam sejarah, pencak silat akan dipertandingkan,” imbuh Teddy Suratmadji.
Menurut Teddy, pada Kejurnas dipertandingkan jurus-jurus yang dipergunakan dalam kejuaraan mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional, serta kejuaraan internasional antar negara, dan kejuaraan dunia, “Pada Psanggirinas dipertandingkan jurus-jurus khas ASAD yang dipergunakan di kejuaraan internal Persinas ASAD,” imbuh Teddy.
Sebagai organisasi pencak silat modern, Persinas ASAD menggunakan peranti teknologi informasi untuk memantau perkembangan dan potensi atlet, “Seluruh data pesilat, pelatih dan wasit juri, kami simpan di dalam ASAD Information System (AIS) yang dapat diakses secara online melalui asad.or.id. Data ini diperlukan untuk memonitor pesilat-pesilat berbakat dan berprestasi,” ujar Teddy.
Selain itu, para pendekar ASAD juga menciptakan papan skor nirkabel, yang untuk pertama kalinya digunakan pada Kejurnas 2017 ini. Data skor itu nanti juga diolah dalam sistem informasi AIS, sehingga bibit-bibit atlet silat terbaik terus terpantau.
Prestasi Persinas ASAD
Prestasi dunia Persinas ASAD salah satunya adalah mewakili Indonesia dalam Festival Beladiri Dunia Chungju World Martial Arts Festival di Chungju, Korea Selatan, pada 2008. Pada perhelatan itu Persinas ASAD meraih prestasi tiga besar peserta terbaik, dengan predikat luar biasa (outstanding performance) bersama peserta dari Jepang dan China.
Dalam pertandingan internasional, atlet Persinas ASAD menjuarai Kejuaraan Dunia Belgia Open 2017, dengan meraih satu medali emas atas nama Eka Yulianto dan satu medali perunggu atas nama Amri Rusdana. Pada 2016, Eka Yulianto juga meraih emas dalam kejuaraan dunia di Bali. Pada kejuaraan dunia di Padang pada 2016, atlet Seni Ganda, Restu dan Arief menyabet juara pertama. Sementara pada 2014, atlet Persinas ASAD, Linggar, meraih juara Seni Tunggal dalam ASEAN UNIVERSITY GAME.
Pada perhelatan Kejuaraan Dunia Martial Art di Chung Ju Korea Selatan pada 2013, atlet Bintang yang mewakili Persinas ASAD menjadi pesilat terbaik. Pada PON 2016 di Jawa Barat Eka Yulianto dan Amri Rusdana meraih dua emas. Sementara pada Kejuaraan Nasional 2016, atlet Pandu meraih medali emas dan pesilat terbaik.