Kehidupan berkeluarga seringkali diibaratkan seperti bahtera yang berlayar di samudra. Terkadang tenang dan damai, namun tak jarang diterpa badai dan gelombang. Agar bahtera tetap bertahan, setiap pasangan harus mengupayakan keharmonisan dalam keluarga.
Hal tersebut disampaikan Anggota Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) DPP LDII Dian Alia Putri dalam tayangan Lines Talk LDII TV beberapa waktu lalu.
“Menurut saya harmonis itu, selaras dan sepadan. Ketika suami atau istri merasa senang maka semua ikut merasakanya, jika salah satu merasa susah yang lain juga menguatkan. Harmonis itu melalui susah senang bersama,” ungkapnya.
Konselor pernikahan tersebut menjelaskan, suatu hubungan harmonis harus melaksanakan komunikasi dua arah yang baik antara suami dan istri. Antarpihak dapat berdiskusi membahas masalah ringan sampai isu serius lainnya. Tujuannya, pasangan merasa nyaman untuk mengkomunikasikan karena durasi pernikahan diharapkan memakan waktu panjang
“Terkadang kebanyakan istri itu hanya ingin didengar ceritanya tanpa mencari pendapat dan solusi. Dia hanya ingin suami menyediakan waktu untuk menceritakan keluh kesahnya dari rutinitas harian atau bahkan masalah yang sudah istri hadapi dan telah diselesaikannya,” terang Dian.
Ia mengingatkan, sebelum mengkomunikasikan keinginan kepada pasangan, harus memahami dan mengerti kebutuhan dan keinginan diri. Jika tidak mengerti kebutuhan atau keinginan diri sendiri, dan hanya ingin dimengerti oleh pasangan saja, dapat menimbulkan komunikasi yang buruk dan permasalahan baru.
“Selain itu, harus belajar memahami pasangan dengan segala latar belakangnya. Jangan hanya melihat pasangan dari sisi ketidaksukaanya saja, tetapi lihat latar belakangnya seperti keluarga yang telah membentuk watak dan sifatnya. Dengan melihat sisi lain pasangan, akan lebih memahami dan dapat mencari solusi terbaik untuk hubungan dalam keluarga,” ungkapnya.
Dian menegaskan, pernikahan harmonis itu harus mampu menuntaskan permasalahan dalam hubungan pernikahan. Setiap permasalahan jangan ditunda untuk diselesaikan, agar ketika muncul permasalahan baru tidak menjadi pemicu permasalahan lama timbul kembali yang akhirnya menumpuk.
“Perlu niat dan usaha untuk mewujudkan hubungan harmonis dalam keluarga. Terkadang untuk merawat hubungan antar pasangan, hal-hal sederhana mulai terlewatkan karena rutinitas harian dan kewajiban mendidik anak. Hal ini membuat hubungan dengan pasangan menjadi bukan prioritas utama lagi. Padahal jika ingin menjadi orang tua yang baik, jadilah pasangan yang baik dulu,” terangnya.
Ia menjelaskan, hubungan antar pasangan harus selalu dirawat. Karena ketika kewajiban mendidik anak selesai, seperti anak sudah menikah, akan tinggal berdua lagi bersama pasangan.
“Mulai lagi lakukan hal sederhana yang bisa memunculkan percikan api cinta seperti awal pernikahan. Mulai berbincang dengan menatap pasangan dan memperhatikannya saat berbicara. Mulai lagi menggandeng tangannya, berikan sentuhan lembut padanya, tunjukkan bahwa Anda hadir di sampingnya,” jelasnya.
Membangun keluarga harmonis membutuhkan tiga kunci yaitu komunikasi dua arah yang baik, mampu menuntaskan masalah dan perlu niat serta usaha. Ingat, menikah itu komitmen dengan Allah SWT, komitmen dengan diri dan komitmen dengan pasangan. Sehingga membutuhkan kerja keras, tidak seperti dongeng yang mengisahkan setelah menikah pasti hidup bahagia selamanya. (Nabil)