Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Jika sempat main ke bilangan Bumi Serpong Damai (BSD), mampirlah ke Masjid Baiturrahim. Tepatnya di Jalan Wotel Sektor 1-6. Patokannya, masuk dari jalan di depan Ruko Versailles, jajaran bangunan di sebelah kiri arah masuk Tol BSD – Jakarta. Nah, sebelum menyeberangi kali, ada sebuah masjid indah nan unik. Berukuran kurang lebih 12 x 12 meter. Kokoh, tinggi menjulang. Selain unik, juga artistik. Sebab tak berdinding, di keempat sisinya. Hanya sebaris tembok di antara tiang setinggi sandaran orang. Keluar-masuk masjid melewati tiga jalur yang terbuka, tidak bertembok, di antara dua tiang. Arah timur, utara dan selatan. Konon dirancang dengan konsep keterbukaan. Orang bisa melihat apa saja dan bagaimana orang beribadah dan beraktivitas di dalam masjid itu. Tidak ditutup-tutupi, tidak sembunyi. Walau, tetap menyisakan tanda tanya bagi banyak kepala yang melihatnya.
Jangankan sekarang, dalam proses desain rancang-bangunnya pun dulu sempat ramai perdebatan. Lagi-lagi karena ketidakumuman konsepnya. Maklum inisiatornya visioner. Out of the box. Kala itu, pertanyaan sederhana pun meluncur; “Pintunya mana?” Akhirnya dijelaskan bahwa sesuai konsep, argumentasi dan filosofinya, yang tertuang dalam gambar, tidak ada pintu, tidak ada dinding. Seperti pendopo dalam konsep adat Jawa. Walau seolah salah tempat dan salah waktu, melalui pertimbangan yang panjang, akhirnya disetujui. Dan ketika sudah terbangun, orang-orang pun terbelalak dibuatnya. Tak terkecuali saya, yang terkesima tatkala pertama kali melihatnya. Inilah masjid tanpa dinding dan tanpa pintu. Sebuah ikon baru dalam arsitektur peribadatan, di mana arus utama mengusahakan bagaimana memperindah pintu, masjid ini justru menghilangkannya.
Pintu adalah tempat masuk dan keluar. Ia tidak harus berbentuk persegi panjang dengan daun pintu dan asesorisnya. Asal merupakan akses keluar-masuk ke suatu tempat, ia layak disebut pintu. Pintu gua misalnya, tanpa daun pintu hanya sebuah lubang dengan bentuk bermacam-macam. Alami. Ada pintu air, yang berfungsi membagi keluar-masuk air. Ada lagi istilah pintu hati. Sebuah bentuk gaib tempat sesuatu bisa masuk dan keluar hati. Nah, terkait ini saya tergelitik dengan perilaku para pencari kebahagiaan. Dalam pencariannya, ternyata banyak terhambat oleh pintu. Sang Guru Bijak sering mengingatkan; “Saat salah satu pintu kebahagiaan tertutup, sebenarnya pintu yang lain terbuka. Hanya seringkali kita terpaku begitu lama pada pintu yang tertutup, sehingga tak melihat yang telah terbuka untuk kita.” Dan Baginda Rasul pun menggunakan istilah pintu untuk menitahkan kebaikan, sebagaimana dalam sabda indahnya berikut ini.
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ؛ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ ! أَخْبِرْنِـيْ بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِـيْ الْـجَنَّةَ ، وَيُبَاعِدُنِـيْ مِنَ النَّارِ. قَالَ : «لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ عَظِيْمٍ ، وَإِنَّهُ لَيَسِيْرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَـى عَلَيْهِ : تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ ، وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ ، وَتَحُجُّ الْبَيْتَ». ثُمَّ قَالَ : «أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَـى أَبْوَابِ الْـخَيْرِ ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْـخَطِيْئَةَ كَمَـا يُطْفِئُ الْـمَـاءُ النَّارَ ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِـيْ جَوْفِ اللَّيْلِ» ، ثُمَّ تَلاَ : تَتَجَافَـى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْـمَضَاجِعِ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّـا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَآ أُخْفِيَ لَــهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَآءً بِـمَـا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ [السجدة : ١٦-١٧]. رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ
Dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullâh! Jelaskan kepadaku amal perbuatan yang memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, engkau telah bertanya tentang sesuatu yang besar, namun itu mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah Azza wa Jalla baginya, yaitu: engkau beribadah kepada Allah Azza wa Jalla dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, melaksanakan shalat, membayar zakat, berpuasa Ramadhan, dan haji ke Baitullah.” Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah engkau aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, sedekah memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang di tengah malam.” Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah Azza wa Jalla, “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Maka, tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.”(As-Sajdah/32:16-17). [HR at-Tirmidzi. Beliau mengatakan, “Hadits ini hasan shahîh.”]
Di rumah pun, saya lagi banyak berurusan dengan pintu. Sudah lama ditahan-tahan, tapi gak kuat juga. Desakan keamanan dan tuntutan zaman, plus persekusi orang rumah, maka segera dilakukan penggantian. Renovasi besar. Pintu depan, ternyata sudah rusak di sana-sini. Sebagian lapuk oleh waktu, dan dimakan gregemetan – kutu kayu. Luarnya bagus, tapi dalamnya rapuh. Bahkan secara tak sengaja, anak bungsu saya membuat lubang tembus luar-dalam. Hanya dengan telunjuknya. Pintu belakang juga sama. Pintu gerbang pun kemakan karat hingga berlubang dan keropos di berbagai sisi. Demikian juga dengan pintu dalam. Pintu kamar tidur paling rentan. Penuh perjuangan buka dan nutupnya. Walau luar masih tampak bagus. Pintu kamar mandi pun sama. Sudah dari PVC, tetapi tetap gak tahan terhadap waktu. Lapuk. Mengsle engselnya. Penuh perjuangan nutupnya. Menghadapi situasi ini, jiwa pun bergetar puitis. Bunyinya; yang membuatku resah, apakah itu jiwaku yang mencoba bebas, ataukah jiwa dari dunia luar yang mengetuk pintu hatiku untuk masuk? Sebab, pintu yang kita buka dan tutup setiap hari menentukan hidup yang kita jalani. Oleh karena itu, untuk menjaga kecukupannya, ketika kita hendak keluar-masuk melangkah melewati pintu selalulah berusaha sekuat tenaga untuk melantunkan doa.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ” إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ ” . قَالَ ” يُقَالُ حِينَئِذٍ هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ ”
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika seseorang keluar dari rumahnya lalu membaca (zikir): Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi, walaa haula wala quwwata illa billah (Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada-Nya, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya), maka malaikat akan berkata kepadanya: “(sungguh) kamu telah diberi petunjuk (oleh Allah Ta’ala), dicukupkan (dalam segala keperluanmu) dan dijaga (dari semua keburukan)”, sehingga setan-setanpun tidak bisa mendekatinya, dan setan yang lain berkata kepada temannya: Bagaimana (mungkin) kamu bisa (mencelakakan) seorang yang telah diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga (oleh Allah Ta’ala) (HR. Abu Daud)
عَنْ أَبِي مَالِكٍ الأَشْعَرِيِّ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم “ إِذَا وَلَجَ الرَّجُلُ فِي بَيْتِهِ فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَ الْمَوْلِجِ وَخَيْرَ الْمَخْرَجِ بِسْمِ اللَّهِ وَلَجْنَا وَبِسْمِ اللَّهِ خَرَجْنَا وَعَلَى اللَّهِ رَبِّنَا تَوَكَّلْنَا ثُمَّ لْيُسَلِّمْ عَلَى أَهْلِهِ ” .
Dari Abu Malik Al Asy’ari, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seseorang memasuki rumahnya, maka ucapkanlah ‘Allahumma inni as-aluka khoirol mawlaji wa khoirol makhroji, bismillahi walajnaa wa bismillahi khorojnaa wa ‘alallahi robbinaa tawakkalnaa’ (Ya Allah, aku memohon pada-Mu kebaikan ketika masuk dan keluar dari rumah. Dengan nama Allah, kami masuk dan dengan nama Allah kami keluar dan hanya kepada Allah Rabb kami, kami bertawakkal). Lalu hendaklah mengucapkan salam pada keluarganya.” (HR. Abu Daud)
Terkait masalah pintu juga, Sang Guru Bijak sering berpesan; “Jangan pernah membuka pintu bagi kejahatan yang kecil, karena kejahatan yang lebih besar dan yang lainnya akan silih berganti menyelinap setelah itu.” Saya pun bersyukur, bisa membenahi pintu rumah semampunya. Setidaknya bisa membentengi keluarga yang tinggal di dalamnya. Dari gangguan-gangguan kecil yang mencoba menerobos masuk ke dalam. Pintu sebagai penghalang pertama. Dan jika ada yang memandang dari luar pun, mata berjumpa dengan nuansa estetika. Tidak wah, cukup sederhana penuh warna. Harapannya, bermula dari pintu yang indah dan kuat, maka terbangun rumah yang indah dan kokoh pula. Setelah itu baru kembali membenahi pintu hati para penghuninya. Saling menghormati, kerja sama yang baik, saling menyayangi, saling percaya, suka memaafkan dan saling mengisi. Dan ketika membuka pintu, mulailah tersebar kebaikan dengan pintu terdekat para tetangga.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّ لِي جَارَيْنِ ، فَإِلَى أَيِّهِمَا أُهْدِي ؟ قَالَ : إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكِ بَابًا
“Wahai Rasulullah, aku memiliki 2 tetangga, kepada yang mana yang aku harus beri hadiah (terlebih dahulu)? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Kepada pintu yang lebih dekat dengan rumahmu.” (HR Al-Bukhary).
Dari sini, dari sebuah pintu, lahirlah inspirasi. Mulai dari pintu masjid, pintu rumah, pintu –pintu ghaib dan pada akhirnya mengerucut ke pintu hati. Untuk hal ini, setelah melewati beberapa pintu kehidupan silih-berganti, rasanya beginilah janji hati;
Bila maaf umpama pintu,
Di hatiku engkau bisa masuk, tanpa perlu
Mengetuknya lebih dulu.
Dari sebuah pintu menuntun jadi pemaaf. Model yang banyak didambakan. Tak terkecuali. Semoga bisa menjadi renungan sejati. Kapan lagi?
Masyaalloh,…luar biasa,….semoga Alloh meridhoi aku ut membangun masjid yg ispiratif ,elegan, barokah seperti itu suatu saat di daerahQ dan in shaa Alloh akan Q beri nama ” BAITAL MAKMUR “…aamiin YRA…..
Om, gregemetan, kayaknya yg pas gegremetan. Ajkh
Masyaallah